Kasus Geng Sekolah, Siswa MTS Madrasah Pembangunan Dipukuli Hingga Dicekoki Miras oleh Alumni
Mereka dipukul dan ditampar, disuruh push up sambil diduduki punggungnya, dicekoki miras oplosan, disuruh merokok oleh para senior itu.
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Jaisy Rahman Tohir
TRIBUNNEWS.COM, TANGSEL - Masih ada saja budaya penataran di sekolah tingkat SMP di Tangerang Selatan (Tangsel). Junior yang tidak tidak mengikuti kata senior, habis dianiaya.
Hal itu yang terjadi pada sembilan siswa MTS Madrasah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Ciputat: MD, AD, KSN, RJH, JS, MSY, N, FN dan MFM.
Sembilan anak ini dianiaya lima orang seniornya yang sudah alumni dan tersebar di sejumlah SMA di Tangsel dan Jakarta Selatan.
Kelima senior itu adalah: H, R, FA, DAD dan K.
Mereka dipukul dan ditampar, disuruh push up sambil diduduki punggungnya, dicekoki miras oplosan, disuruh merokok oleh para senior itu.
Bahkan ada anak yang disuruh mematikan rokok menggunakan lidah.
Pukulan yang bukan bercanda karena sangat keras itu membuat wajah para anak-anak yang ditatar bonyok.
Bahkan ada salah seorang anak yang mengaku sakit saat bernapas karena dadanya dipukul.
Kejadian pada Senin dan Selasa (14-15/10/2019) itu ketahuan setelah kesembilan anak akhirnya bercerita soal kondisi wajah dan badan mereka yang penuh luka lebam.
Para orang tua itupun akhirnya bertemu. Mereka juga sempat rapat dengan orang tua para pelaku dan pihak sekolah sampai akhirnya diputuskan untuk melanjutkan kasus itu ke polisi pada Sabtu (2/11/2019).
Iqbal, salah satu orang tua korban, mengatakan, pangkal masalahnya adalah, karena kesembilan junior itu ingin keluar dari gengster bernama Vembajak.
Di geng itu, para junior harus mengumpulkan uang sampai Rp 80 ribu per minggu. Uang itu digunakan untuk membeli miras sampai peralatan tawuran, dari mulai gear motor sampai celurit.
Para senior yang mengetahui para juniornya ingin keluar dan mulai tidak nongkrong bareng lagi itu kesal.