Meski Berkurang Peminatnya, Darto Tetap Setia Berjualan Klepon
Kue yang terbuat dari tepung beras ini kerap dijual di pasar ataupun jalan-jalan kota maupun desa dengan menggunakan gerobak.
Editor: Rachmat Hidayat
Laporan Wartawan Magang Muhammad Alberian Reformansyah
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Masih ada yang ingat putu dan klepon? Jajanan tradisonal asli Indonesia ini terkenal dengan bentuknya yang unik. Rasanya yang manis, harganya juga terjangkau.
Kue yang terbuat dari tepung beras ini kerap dijual di pasar ataupun jalan-jalan kota maupun desa dengan menggunakan gerobak. Tetapi sekarang, jajanan tersebut cukup jarang ditemui, terutama yang menggunakan gerobak.
Baca: Cerita Ayat Menghidupi Empat Anaknya dengan Berdagang Minuman Hingga Tisu
Darto (48) adalah salah satu penjualnya. Sudah 26 tahun menjual jajanan khas Indonesia tersebut. Pria asal Brebes ini menjajakan putu dan klepon di area Jakarta Barat hingga Tangerang Selatan. "Sekitar dari (tahun) 1993, berarti udah 26 tahun saya jual ini," ujar Darto saat ditemui di Kembangan, Jakarta Barat pada Selasa (26/11/2019).
Darto belajar membuat klepon dan putu dengan temannya di Jakarta untuk dijadikan sumber pendapatannya. Sampai saat ini, ia menjual jajanan tradisional tersebut dari siang hingga malam. "Tadi jam dua (siang) kurang sudah keluar jualan. Jualan sampai jam 11 malam. Kalau lagi ramai jam 9 sudah pulang," jelas Darto.
Setiap harinya, ia memasak terlebih dahulu bahan dasar utama kedua jenis jajanan tersebut sebelum menjualnya. Darto mengatakan dalam pembuatan jajanan khas nusantara tersebut, putu dan klepon mempunyai metode yang berbeda.
Baca: Belajar Bikin Klepon, Mahasiswa Korea: Yeaa Very Delicious
Klepon dibuat dari tepung beras yang dibentuk menjadi bola yang kemudian diisi dengan gula merah dan direbus. "Ini (klepon) direbus dulu, kan udah mateng jadi bisa langsung dijual," Darto menambahkan.
Sedangkan putu, dibuat dari tepung beras yang dimasukan kedalam bambu, kemudian dikukus dan mengeras. Sehingga, berbeda dengan klepon, putu berbentuk silinder. "Kalau putu harus dimasak dulu dari (tepung beras) ini. Dikukus dulu pake bambu, jadi masih anget," ujar Darto.
Warna hijau yang membuat kedua jenis jajanan tersebut menjadi khas berasal dari pewarna alami seperti daun pandan. "Bahannya dikukus, diayak lagi, terus kita bikin adonan pake air pandan yang diperes. Makanya warnanya hijau," jelas Darto.
Baca: Korporasi Borong Saham Bank Jatim
Menurutnya, peminat putu dan klepon masih ada walaupun tidak banyak. Terkadang, barang dagangannya itu laris, terkadang pula ia terpaksa membuang barang dagangannya karena tidak habis.
"Ya kalau musim hujan (penjualan) agak mendingan, kalau musim panas agak berkurang (peminatnya). Kadang-kadang tidak habis (dagangannya). Kalau tidak habis terpaksa saya buang," lanjutnya.
Baca: Kisah Bocah Penjaja Kue, Rajin Menabung Agar Bisa Beli Alquran
Walaupun pendapatan dari menjual putu dan klepon itu tidak menentu, ia tetap semangat berkeliling untuk menjajakannya. Suara nyaring yang menjadi keunikan penjual putu dan klepon selalu setia menemaninya mengais rezeki.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.