Kakek Muklis Mampu Hasilkan Rp 194 Juta dari Hasil Mengemis, Mengaku Buat Modal Bangun Rumah
Petugas Pelayanan Pengawasan dan Pengendalian Sosial Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan pernah mengamankan Kakek Muklis pada 2017 silam
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
TRIBUNNEWS,COM, JAKARTA - Datang dari kampung halamannya di Kota Sungai Penuh, Jambi, Kakek Muklis mencoba peruntungannya sebagai mengemis di Jakarta.
Dari usahanya tersebut, kakek Muklis mampu mengantongi uang Rp 194 juta.
Pria 65 tahun yang rambut dan janggutnya sudah memutih itu mengaku, mematok target hasil mengemis sampai Rp 200 juta.
"Yang bersangkutan tadi bilang uangnya buat modal dan bikin rumah di kampung," ungkap Marsudin, Kepala Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan kepada TribunJakarta.com, Jumat (29/11/2019).
Tahun itu ia pernah menetap di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 1, Kedoya, Jakarta Barat, untuk mendapat pembinaan karena ketahuan mengemis.
Uang hasil mengemis yang didapat Kakek Muklis saat diamankan petugas mencapai Rp 99 juta.
Saat itu Kakek Muklis dipulangkan ke kampung halamannya dengan dijemput keluarga.
Petugas di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 1 tak asing dengan wajah Kakek Muklis.
Mereka kaget karena kali ini Kakek Muklis kembali mengemis dan pendapatannya lebih besar dari dua tahun lalu.
"Bapak kenapa masuk lagi? Kan sudah dipulangin sama keluarganya."
"Pasti bawa uang banyak lagi ke sini," ungkap petugas itu kepada Kakek Muklis.
Kakek Muklis bersikeras kedatangannya ke Jakarta bukan untuk mengemis, tapi bekerja di sebuah warung sebagai pelayan.
Ia menolak disebut sudah pernah diamankan dan dibina oleh petugas Pelayanan, Pengawasan dan Pengendalian Sosial Jakarta Selatan.
Belakangan, Kakek Muklis tak bisa mengelak.
Pasalnya, foto dirinya terpampang jelas di dinding pemberitahuan pelayanan panti tersebut yang berada di lobi.
Di salah satu foto itu, Kakek Muklis berdiri bersama keluarganya yang menjemput.
"Pak coba ke sini. Ini siapa? Yang jemput siapa ini?" tanya seorang petugas kepada Kakek Muklis.
Perlahan ingatan Kakek Muklis kembali pulih.
Ia pun mengakui bahwa orang-orang yang di foto itu adalah sanak saudaranya yang beberapa tahun silam datang menjemputnya.
Petugas kemudian menggiring Kakek Muklis masuk dalam panti.
Kepergok mengemis di bank
Kakek Muklis kepergok mengemis di depan salah satu bank swasta di kawasan Gandaria, Jakarta Selatan.
Ia langsung masuk ke dalam bank agar tak diamankan petugas Dinas Sosial, dengan pura-pura ingin menukarkan sejumlah uang hasil mengemis.
"Ditegur dia marah dan masuk ke dalam bank."
"Pihak sekuriti menahan kita masuk dan bilang tunggu sampai di luar," ungkap Yunus, petugas yang memergoki Kakek Muklis.
Setelah keluar, Kakek Muklis segera diamankan oleh petugas Dinsos lalu digiring masuk ke dalam mobil operasional Sudin Sosial Jakarta Selatan yang membawanya ke panti.
"Awalnya enggak bilang kalau mengemis. Bilangnya usaha."
"Namun, enggak mungkin. Di sini dia enggak punya rumah dan saudara," Yunus menambahkan.
Akhirnya, setelah petugas menginterogasinya, Kakek Muklis mengaku mengemis.
Ranselnya Berisi Uang Rp 194 Juta
Petugas sempat memeriksa isi tas ransel Kakek Muklis di dalam mobil Dinso dan jumlah uang hasil mengemis di hari ia diamankan mencapai 194 juta.
Menurut Yunus, petugas di lapangan yang mengamankan baru menghitung uang hasil mengemis Kakek Yunus sebanyak Rp 182 juta.
Yunus melihat ada berlembar-lembar uang pecahan Rp 100 ribu sebanyak 18 ikat. Tiap ikatnya senilai Rp 10 juta.
Ia juga menemukan berlembar-lembar uang pecahan Rp 50 ribu di amplop terpisah totalnya senilai Rp 2 juta.
Dikatakan Yunus, petugas kembali menghitung ulang uang Kakek Yunus di Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 1.
Terungkap, total jumlah uang yang ada di dalam tas ransel Kakek Yunus sampai Rp 194.500.000.
"Awalnya kan memang saya tanya ini dari mana? Dari usaha bengkel katanya."
"Namun, akhirnya dia mengaku bahwa dari hasil mengemis," terang Yunus.
Kurang lebih selama tiga bulan, P3S berusaha melacak keberadaannya lantaran mengganggu kenyamanan masyarakat.
Selama ini Kakek Muklis kerap kali menukarkan uang Rp 500 ribu dari hasilnya mengemis ke bank.
"Misalkan terkumpul uang Rp 500 ribu, Ia langsung tukarkan uang itu ke bank dengan pecahan Rp 50 ribu atau Rp 100 ribu," ujar Yunus.
Uang dari hasilnya mengemis itu, ia selalu kumpulkan di dalam tas ranselnya.
Imbauan Dinsos
Kepala Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan, Marsudin, mengimbau sebaiknya masyarakat tak memberikan derma kepada pengemis.
"Kami mengimbau kepada masyarakat untuk tidak memberikan uang kepada pengemis," kata Marsudin.
Sebaiknya, lanjut Mursidin, masyarakat bisa menyalurkan sumbangannya melalui lembaga atau badan penyelenggara kesejahteraan sosial.
Menurut dia, cara seperti ini lebih bermanfaat dan jelas sasarannya.
"Artinya, sumbangan yang diberikan kepada lembaga atau yayasan lebih bermanfaat dan terarah."
"Sehingga dapat dinikmati kaum dhuafa lebih banyak," kata Marsudin.
Penulis: Satrio Sarwo Trengginas
Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul: Cerita Kakek Muklis Asal Jambi Ngemis di Jakarta Dapat Ratusan Juta