Banjir di Jakarta, Kenneth: Gubernur Harus Pekerja Keras Bukan yang Jago Ngomong!
"Ini banjir besar kembali terjadi di Jakarta, terakhir terjadi pada tahun 2007," kata Kenneth dalam keterangannya, Kamis (2/1/2020).
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hujan yang terus mengguyur Jakarta menyebabkan sejumlah daerah mengalami kebanjiran, akibat buruknya drainase di ibukota dan air kiriman dari kota-kota penyangga.
Anggota Komisi D DPRD Provinsi DKI Jakarta dari Fraksi PDI Perjuangan, Hardiyanto Kenneth sangat menyayangkan banjir besar kembali menerjang warga Jakarta.
"Ini banjir besar kembali terjadi di Jakarta, terakhir terjadi pada tahun 2007," kata Kenneth dalam keterangannya, Kamis (2/1/2020).
Diketahui, banjir Jakarta 2007 adalah bencana yang terjadi pada 1 Februari 2007 malam hari.
Selain sistem drainase yang buruk, banjir berawal dari hujan lebat yang berlangsung sejak sore hari tanggal 1 Februari hingga keesokan harinya tanggal 2 Februari.
Selain itu ditambah banyaknya volume air 13 sungai yang melintasi Jakarta yang berasal dari Bogor, Puncak, dan Cianjur dan air laut yang sedang pasang, mengakibatkan hampir 60 persen wilayah DKI Jakarta terendam banjir dengan kedalaman mencapai hingga 5 meter di beberapa titik lokasi banjir.
Menurut Kent-sapaan akrab Hardiyanto Kenneth- itu, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan harus bertanggung jawab atas bencana banjir yang melanda sebagian warga Jakarta.
Baca: Banjir Jakarta Hari Ini, Anies Baswedan: Kalau Diminta Evakuasi, Jangan Bilang Nanggung
Untuk memperbaiki hal tersebut, kata Kent, Anies harus menambah Pekerja Penanganan Sarana dan Prasarana Umum (PPSU), dan juga mengeruk kali di Jakarta agar lebih dalam.
“Tambah lagi petugas PPSU dan keruk kali di Jakarta biar lebih dalam serta program naturalisasi sungai harus segera di laksanakan”,sambungnya.
Kent pun sangat menyayangkan, sikap Anies yang lebih memilih merayakan hari pergantian tahun baru 2020 di Pantai Karnaval Ancol, Jakarta Utara dibandingkan mengantisipasi banjir yang akan datang ke Jakarta.
"Kan kita sudah tau bahwa hujan tidak berhenti-henti sejak sore hingga dini hari, seharusnya sebagai gubernur, Anies harus peka terhadap ancaman banjir yang akan datang," tegasnya.
Ia pun sangat mengapresiasi kinerja Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta, Juaini beserta jajarannya, karena bekerja dengan cepat untuk minimalisir banjir di Jakarta.
"Saya apresiasi kinerja Kepala Dinas SDA dan jajarannya, karena bekerja dengan cepat mengantisipasi banjir," tuturnya.
Dalam bencana banjir di Jakarta, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat ada delapan orang yang meninggal dunia akibat banjir yang melanda DKI Jakarta dan wilayah sekitarnya.
Selain menimbulkan korban, banjir dan tanah longsor menyebabkan kerusakan dan kerugian harta benda.
“Banjir ini sudah merenggut 8 nyawa pak Anies, jadi tolong dipikirkan lagi caranya supaya tidak banjir dan tidak memakan korban jiwa lagi. Jangan sekarang malah melakukan pencitraan dengan ikut ikutan mengevakuasi warga korban banjir, sudah telat pak Anies warga tidak butuh itu, harusnya musibah ini bisa di cegah sebelum kejadian dan seorang gubernur itu musti punya visi misi serta inovasi yang jelas, supaya warga bisa merasakan hasil kerjanya,” tuturnya.
Ia pun menyayangkan sikap Anies Baswedan yang memangkas anggaran pembebasan lahan waduk dan sungai untuk pengendalian banjir tahun ini sebesar Rp500 miliar. Pemangkasan dilakukan karena alasan adanya defisit anggaran Pemerintah DKI Jakarta.
Sebelumnya, Anies Baswedan mengklaim bahwa banjir di DKI Jakarta pada masa pemerintahan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok/BTP lebih parah dari masa pemerintahannya. Perlu diketahui, jabatan Ahok sebagai Gubernur DKI Jakarta mulai aktif dari November 2014 hingga Mei 2017.
Perihal banjir, Anies tidak melihat parahnya banjir akan tetapi melihat dari warga yang mengungsi. Sepanjang 2014 tercatat, ada 688 RW yang terendam. Total jumlah pengungsi mencapai 167.727 dengan korban jiwa mencapai 23 orang.
Kemudian pada 2015, dilansir dari BPBD DKI Jakarta, terhitung 702 RW yang terdampak banjir. Dari jumlah cakupan banjir yang meningkat itu, diketahui jumlah pengungsi menurun hingga 45.813 jiwa, korban meninggal pun turun dari 23 menjadi lima orang.
Selanjutnya, pada 2016 Ahok masih menjabat dan terjadi penurunan yang drastis terkait banjir. Tercatat sebanyak 460 RW terdampak banjir dengan jumlah pengungsi yang berkurang drastis enam kali lipat. Yakni sebesar 7.760 pengungsi dari jumlah sebelumnya 45.813 jiwa.
Kata Kent, seorang pemimpin haruslah pekerja keras bukanlah orang yang jago bersilat lidah dalam menanggapi setiap permasalahan yang terjadi di Jakarta.
"DKI Jakarta butuh sosok pekerja keras, bukan yang hanya jago ngomong," tegasnya.
Kent pun tak lupa mengucapkan Selamat Tahun Baru 2020 kepada orang nomor satu di DKI Jakarta itu agar semakin jaya.
“Saya ucapkan tahun baru untuk Pak Anies. Semoga semakin jaya, dan semakin berguna bagi masyarakat,” tutupnya.