Cerita Kakek Iskandar: 15 Tahun Jatuh Bangun Hingga Dagang Tape untuk Biayai Anaknya Berobat
Sejak 15 tahun lalu, Iskandar memutuskan untuk menjadi penjual tape dengan sistem setoran
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Meski usia sudah memasuki 76 tahun, kakek Iskandar masih terlihat semangat berjualan tape.
Dengan langkah yang tertatih, Iskandar mendorong gerobak kayu berisikan tape berkeliling pemukiman.
Topi caping berwarna biru muda itu melekat di kepalanya, melindunginya dari sengatan sinar matahari ataupun rintik hujan.
"Sudah lelah, makanya ini mau pulang," ujarnya kepada TribunJakarta.com, Senin (20/1/2020).
Sejak 15 tahun lalu, Iskandar memutuskan untuk menjadi penjual tape dengan sistem setoran.
Hal ini lantaran, usaha yang ia rintis sejak bujang bangkrut selepas krisis moneter.
Mulanya, di tahun 1965, ia merantau dari Ciawi, Jawa Barat ke Jakarta karena ajakan teman sekampungnya.
Sesampainya di Jakarta, ia bekerja sebagai pedagang minyak sayur pikul keliling kampung.
Sembari mengumpulkan modal, akhirnya Iskandar memberanikan diri untuk bangkit dan memiliki usaha sendiri tanpa berpangku tangan pada bosnya.
"Awalnya saya melihat tukang kredit perabotan. Karena tekad kuat akhirnya saya bisa jadi penjual kredit. Saya hutangin ke tiap-tiap warga. Tapi pas krismon itu bangkrut semua. Kan kala itu harga mahal-mahal," sambungnya.
Bertahun-tahun jatuh bangun dengan bekerja serabutan, akhirnya di tahun 2005 ia memutuskan berjualan tape akibat modal yang tak mencukupi.
"Bukan menyerah, karena modal yang saya kumpulkan terus saja habis untuk kebutuhan istri dan 4 anak di kampung, akhirnya saya putuskan bekerja lagi sama orang," ungkapnya.
Saat ini, untuk satu kilogram tape yang dibawanya ia harus membayar sebesar Rp 5 ribu dan menyewa gerobak perhari seharga Rp 1.500.
"Tiap malam diantar ini tape dari Cijantung ke Bekasi. Sekitar 30-35 kg pasti dianter. Tapi biaya setoran saya ditambah karena saya pinjam gerobak ini. Kan hitungannya sewa juga," jelasnya.