Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Cerita Kakek Iskandar: 15 Tahun Jatuh Bangun Hingga Dagang Tape untuk Biayai Anaknya Berobat

Sejak 15 tahun lalu, Iskandar memutuskan untuk menjadi penjual tape dengan sistem setoran

Editor: Imanuel Nicolas Manafe
zoom-in Cerita Kakek Iskandar: 15 Tahun Jatuh Bangun Hingga Dagang Tape untuk Biayai Anaknya Berobat
TribunJakarta.com/Nur Indah Farrah Audina
Iskandar, penjual tape keliling sejak 15 tahun lalu di Bekasi, Senin (20/1/2020) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Meski usia sudah memasuki 76 tahun, kakek Iskandar masih terlihat semangat berjualan tape.

Dengan langkah yang tertatih, Iskandar mendorong gerobak kayu berisikan tape berkeliling pemukiman.

Topi caping berwarna biru muda itu melekat di kepalanya, melindunginya dari sengatan sinar matahari ataupun rintik hujan.

Iskandar, penjual tape keliling sejak 15 tahun lalu di Bekasi, Senin (20/1/2020)
Iskandar, penjual tape keliling sejak 15 tahun lalu di Bekasi, Senin (20/1/2020) (Tribunjakarta.com/Nur Indah Farrah Audina)

"Sudah lelah, makanya ini mau pulang," ujarnya kepada TribunJakarta.com, Senin (20/1/2020).

Sejak 15 tahun lalu, Iskandar memutuskan untuk menjadi penjual tape dengan sistem setoran.

Hal ini lantaran, usaha yang ia rintis sejak bujang bangkrut selepas krisis moneter.

Mulanya, di tahun 1965, ia merantau dari Ciawi, Jawa Barat ke Jakarta karena ajakan teman sekampungnya.

Berita Rekomendasi

Sesampainya di Jakarta, ia bekerja sebagai pedagang minyak sayur pikul keliling kampung.

Sembari mengumpulkan modal, akhirnya Iskandar memberanikan diri untuk bangkit dan memiliki usaha sendiri tanpa berpangku tangan pada bosnya.

Iskandar, penjual tape keliling sejak 15 tahun lalu di Bekasi, Senin (20/1/2020)
Iskandar, penjual tape keliling sejak 15 tahun lalu di Bekasi, Senin (20/1/2020) (Tribunjakarta.com/Nur Indah Farrah Audina)

"Awalnya saya melihat tukang kredit perabotan. Karena tekad kuat akhirnya saya bisa jadi penjual kredit. Saya hutangin ke tiap-tiap warga. Tapi pas krismon itu bangkrut semua. Kan kala itu harga mahal-mahal," sambungnya.

Bertahun-tahun jatuh bangun dengan bekerja serabutan, akhirnya di tahun 2005 ia memutuskan berjualan tape akibat modal yang tak mencukupi.

"Bukan menyerah, karena modal yang saya kumpulkan terus saja habis untuk kebutuhan istri dan 4 anak di kampung, akhirnya saya putuskan bekerja lagi sama orang," ungkapnya.

Saat ini, untuk satu kilogram tape yang dibawanya ia harus membayar sebesar Rp 5 ribu dan menyewa gerobak perhari seharga Rp 1.500.

"Tiap malam diantar ini tape dari Cijantung ke Bekasi. Sekitar 30-35 kg pasti dianter. Tapi biaya setoran saya ditambah karena saya pinjam gerobak ini. Kan hitungannya sewa juga," jelasnya.

Halaman
123
Sumber: TribunJakarta
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas