Asal Usul Nama Glodok, Kawasan Pecinan di Jakarta Barat
Kawasan Glodok di Tamansari, Jakarta Barat, saat ini dikenal dengan nama Pecinan.
Editor: Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM - Kawasan Glodok di Tamansari, Jakarta Barat, saat ini dikenal dengan nama Pecinan.
Sebab, kita bisa lebih banyak menemukan masyarakat keturunan Tionghoa yang beraktivitas di daerah tersebut.
Para warga keturunan Tionghoa beraktivitas sebagai pedagang ataupun wiraswasta yang membuka restoran-restoran khas China.
Ketika perayaaan Imlek tiba, lampion-lampion yang didominasi warna merah siap menghiasi kawasan Glodok.
Pernahkah terlintas di benak kita, dari mana asal warga China tersebut?
Mengapa banyak warga China menempati kawasan Glodok? Lalu, apa arti nama Glodok itu sendiri?
Arti nama Glodok
Dikutip dari buku Ensiklopedia Jakarta yang ditulis Dinas Kebudayaan dan Kemuseuman DKI Jakarta, banyak pendapat terkait asal-usul nama Glodok.
Baca: Tergenang Air, Pengunjung Vihara Dharma Bakti Jakarta Barat Tetap Ramai
Baca: Menggali Makna Makanan Khas Imlek Kue Keranjang di Pasar Petak Sembilan Glodok
Salah satunya adalah "Glodok" berasal dari kata "Grojok" yang artinya onomatopi suara kucuran air dari pancuran.
Alasan pemberian nama itu karena pada zaman penjajahan Belanda, terdapat semacam waduk penampungan air dari Kali Ciliwung yang dikucurkan dengan pancuran terbuat dari kayu.
Baca: Vihara Dharma Bhakti Berikan Pelayanan Gratis Longevitologi atau Pengobatan dengan Tenaga Dalam
Ketinggian waduk tersebut sekitar 10 kaki. Warga keturunan Tionghoa yang menempati kawasan itu tak bisa mengucapkan kata Grojok.
Mereka mengucapkan kata Grojok menjadi Glodok, sesuai dengan lidah mereka.
Pendapat lainnya tentang pemberian nama Glodok berasal dari sebutan terhadap jembatan yang melintas di Kali Besar (Kali Ciliwung) di kawasan itu yang diberi nama Jembatan Glodok.
Pada jembatan tersebut, dibangun tangga-tangga yang menempel pada tepi Kali Besar yang digunakan untuk mandi dan mencuci.
Tangga itu dalam bahasa Sunda disebut golodok, sama seperti sebutan untuk tangga biasa. Oleh karena itu, kawasan itu dikenal dengan sebutan Glodok.
Dari mana asal warga keturunan Tionghoa di Glodok? Belum ada catatan sejarah lengkap tentang asal-usul warga China yang datang dan tinggal di Kota Batavia, nama Jakarta saat zaman Kolonial.
Buku Ensiklopedia Jakarta menyebutkan, Glodok merupakan salah satu kampung tertua di Batavia.
Glodok, pada tahun 1740-4an, bahkan bukan termasuk pusat pemerintahan Belanda kala itu. Glodok merupakan kawasan di luar tembok benteng Kota Batavia.
Pada tahun 1740-an terjadi pemberontakan warga China kepada penguasa VOC di Kota Batavia.
Dikutip dari buku Hikayat Jakarta karya Williard Hana, pemberontakan warga China menyebabkan pasukan Belanda membunuh secara kejam dan besar-besaran terhadap 10.000 orang China di Kota Batavia.
Pasukan Belanda dengan kejam membunuh perempuan dan anak-anak, merampok, dan membakar tempat tinggal warga China.
Mereka melakukan pembantaian tersebut atas perintah gubernur jenderal yang memimpin Batavia kala itu.
Selanjutnya, sejak November 1740, penguasa VOC membagi Kota Batavia menjadi beberapa distrik untuk tempat tinggal warga.
Pembagian distrik itu dilakukan untuk mempermudah VOC mengawasi gerak-gerik aktivitas warga.
Penguasa VOC menetapkan Glodok, benteng di luar Batavia, sebagai tempat tinggal para warga etnis China. Kawasan Glodok dipimpin oleh Kapitan China yang bertugas mengawasi aktivitas warga.
Sejak saat itulah, kawasan Glodok berkembang dan dikenal dengan nama pecinan atau daerah tempat tinggal warga China.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Menelusuri Arti Nama Glodok, Kawasan Pecinan di Jakarta