Warga Korban Banjir Mulai Frustasi dan Lelah
Banjir di tempat tinggal mereka, yang memasuki hari keempat, merupakan bencana banjir kedua yang warga alami pada Februari 2020.
Editor: Hasanudin Aco
"Bisa sampai Rp 200.000, makanya walaupun banjir ada yang nekat kerja," kata dia.
Warga alami hipertensi dan stres
Mira menambahkan, sebagian besar pengungsi, khususnya yang berusia dewasa, mengalami sakit darah tinggi.
"Yang paling banyak (penyakit diderita) justru darah tinggi," kata Mira.
Mira mengatakan, kemungkinan tekanan darah para pengungsi naik dikarenakan stres akibat dari banjir yang tak kunjung surut.
Apalagi sejumlah barang yang rusak atau hanyut akibat banjir.
"Banyak yang kehilangan, kendaraan rusak, surat-surat mereka basah, jadi mungkin itu yang buat stres," kata Mira.
Mira sendiri mengaku stres dan merasakan pusing.
Dia mengira awalnya hanya efek naik perahu evakuasi atau jembatan apung yang bergoyang-goyang sehingga membuat kepalanya pusing.
"Saya coba cek kesehatan di posko, ternyata tekanan darahnya tinggi," kata dia.
Adapun pada banjir sebelumnya, 1 Februari 2020 lalu Dinas Kesehatan Kota Tangerang juga mendata banyak warga yang stres akibat bencana banjir berkepanjangan di Periuk Kota Tangerang.
Ratusan orang korban banjir di Periuk, Kota Tangerang, mengalami gangguan kesehatan setelah banjir di wilayahnya tidak surut hingga enam hari.
Bahkan, ada korban yang mengalami stres sampai harus dirujuk ke rumah sakit.
"Datanya yang masuk (korban banjir yang sakit) sampai tanggal 5 ada 506 kasus dengan empat rujukan, salah satunya itu yang stres," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang, Liza Puspadewi di Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, Kamis (6/2/2020).