Psikolog Forensik: Jangan Terlalu Diekspos, Khawatir Menginspirasi Anak-Anak Lain
Reza Indragiri mengkhawatirkan, tindakan negatif tersebut akan menginspirasi remaja lainnya.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Psikolog forensik Reza Indragiri Amriel meminta agar ekspos kasus pembunuhan sadis oleh pelajar SMP berinisial NF (15) kepada bocah lima tahun berinisial APA di Sawah Besar, Jakarta Pusat, tidak bertendensi mengelu-elukan pelaku.
Kepala Bidang Pemantauan dan Kajian Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) ini mengkhawatirkan, tindakan negatif tersebut akan menginspirasi remaja lainnya.
"Berharap sekali ekspos kasus ini tidak berekses pada munculnya sikap mengelu-elukan si pelaku karena perilaku ekstremnya," ujar Reza kepada Tribunnews.com, Minggu (8/3/2020).
"Harus diakui, anak-anak saat ini lebih gampang meledak ketimbang generasi sebelumnya," jelasnya lebih lanjut.
Reza melihat, ada empat kondisi yang mewarnai tindakan sadis pelajar SMP tersebut, yakni impulsivity, aggression, manipulativeness dan defiant.
Baca: Terkait Penangkapan Ririn Ekawati, Polisi Masih Lakukan Pemeriksaan
Karenanya, empat kondisi ini akan menjadi tantangan bagi penyidik untuk mengungkap apakah jawaban pelaku adalah benar-benar nyata atau fabrikasi belaka.
Inisiatif pelaku datang sendiri menyerahkan diri ke polisi perlu ditelisik apakah tindakannya tersebut karena dilandasi penyesalan atau dia sedang mengikuti aturan agar nantinya bisa dia manfaatkan.
Baca: PO Pandawa 87 Kini Miliki Bus Mewah Berchassis Volvo B11R Garapan Karoseri Adi Putro
Dia mengatakan, studi kekinian di bidang psikologi dan neuroscience justru memandang, anak dengan tabiat callous unemotional (sebutan yang lebih lazim bagi anak-anak berkepribadian psikopat) tidak laik dihukum seperti para pelaku dewasa yang juga melakukan pembunuhan 'biasa'.
Program rehabilitasi psikis dan sosial pun, tegas dia, belum ada yang benar-benar memberikan faedah positif untuk kasus seperti dilakukan remaja tersebut.
"Studi kekinian di bidang psikologi dan neuroscience justru memandang bahwa anak dengan tabiat callous unemotional tidak laik dihukum seperti para ABH dan pelaku dewasa yang juga melakukan pembunuhan 'biasa,'" jelasnya.
Sebelumnya diberitakan, tersangka NF (15) membunuh APA (5) karena terinsipirasi dari film pembunuhan yang ditontonnya.
APA dibunuh di rumah NF di daerah Sawah Besar, Jakarta Pusat, Kamis (5/3/2020) lalu. NF diduga melakukan pembunuhan saat APA berkunjung ke rumahnya.
Setelah dibunuh, jenazah APA kemudian dia sembunyikan di dalam lemari. Keesokan harinya, tersangka beraktivitas seperti biasa.
Saat perjalanan menuju sekolah, tersangka memilih berganti pakaian dan menyerahkan diri ke kantor polisi.
Saat ini, motif pembunuhan masih diselidiki polisi. antara lain dengan memeriksa kondisi kejiwaannya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.