Sebelum Mayatnya Ditemukan di Lemari Pakaian, Warga Sempat Mengira APA Diculik Makhluk Halus
Sebelum ditemukan tewas di lemari pakaian NF (15), warga menyangka anak berusia 6 tahun itu diculik makhluk halus.
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Keluarga korban dan warga sekitar tidak menyangka NF (15) membunuh seorang anak berusia 6 tahun. Sebab, anak itu dikenal sering bermain dengan NF dan adiknya.
Kartono, ayah korban, mengaku keluarganya dengan pihak keluarga NF bertetangga. Dua keluarga itu tinggal di lingkungan yang sama.
Hubungan kedekatan itu yang membuat Kartono dan istrinya tidak curiga terhadap tingkah laku NF.
"Orangnya biasa. Baik. (Anak,-red) Tiap hari main ke situ. Masih tetangga," ujar Kartono, ditemui di sekitar lokasi tempat kejadian perkara pembunuhan di Sawah Besar, Jakarta Pusat, Minggu (8/3/2020).
Berdasarkan pemantauan, rumah korban dan TKP pembunuhan berjarak sekitar 50 meter.
Untuk masuk ke pemukiman penduduk itu, dapat dilalui dengan berjalan kaki masuk ke gang kecil.
Hanya kendaraan sepeda motor yang dapat digunakan sebagai alat transportasi.
Sementara itu, Yanti, warga sekitar, mengaku NF kerap mengajak anak-anak di lingkungan tempat tinggalnya untuk bermain di rumahnya.
Namun, kata dia, itu terjadi sewaktu NF duduk di bangku Sekolah Dasar (SD).
Baca: Selidiki Kasus Mayat Dalam Karung, Polisi Periksa 10 Saksi
Baca: Bamsoet Bagikan Masker dan Hand Sanitizer ke Pengemudi Ojek Online
Sedangkan, pada saat sudah masuk ke Sekolah Menengah Pertama (SMP), NF sudah jarang terlihat bermain.
"Dia tidak main. Dulu lagi SD pernah main, mengajak anak-anak ke atas," kata Yanti.
Yanti menambahkan, NF kerap mengurung diri di kamarnya yang berada di lantai dua rumah.
Sebelum ditemukan tewas di lemari pakaian NF (15), seorang anak berusia 6 tahun diketahui sempat menghilang.
Warga menyangka anak berusia 6 tahun itu diculik makhluk halus.
Pengakuan itu disampaikan seorang wanita paruh baya bernama Uak Mameh.
Uak Mameh mengatakan orang tua anak korban pembunuhan itu sempat melaporkan kejadian itu kepada ketua rukun tetangga (RT) setempat.
Setelah menerima laporan itu, ketua RT setempat memerintahkan kepada anak buahnya dan warga sekitar tempat tinggal korban untuk membantu pencarian.
Uak Mameh mengungkapkan warga sempat khawatir korban diculik oleh makhluk halus. Apalagi, waktu anak itu menghilang bertepatan dengan Kamis malam atau ‘Malam Jumat’.
Baca: [POPULER] 5 dari 6 WNI Positif Virus Corona di Indonesia Berasal dari Klaster Kelompok Dansa
Baca: Sebelum Flandy Limpele, 3 Pelatih Asing Ini Juga Mengundurkan Diri Timnas Bulu Tangkis India
"Diculik kolong wewe. (Warga,-red) mengetok-getok tampah sambil menyebut-nyebut nama korban. (Khawatir korban,-red) dibawa makhluk halus," kata Uak Mameh, sambil memeragakan memukul-mukul tampah.
Dia mengaku warga sempat meminta bantuan kepada orang pintar untuk mencari dimana keberadaan korban.
"Ada yang bilang, Ustaz Karyadi, ini anak ada di rumah tetangga daerah sini. Cuma gelap, tidak kelihatan anaknya," tutur Uak Mameh.
Sementara itu, Yanti, warga lainnya mengungkapkan, Ketua RT dan tokoh masyarakat di daerah tempat tinggal korban melakukan pencarian hingga ke seluruh rumah tetangga korban. Namun, anak itu tidak ditemukan.
"Dicari terus, rumah-rumah disenter. Dicari," ujar Yanti.
Menurut dia, NF sosok berprestasi di sekolahnya yang berada tidak jauh dari kediamannya di Sawah Besar, Jakarta Pusat.
"Dia dari SD ranking terus. Anak berprestasi," kata Yanti.
Sehari-hari, kata dia, NF seperti anak lainnya, bersekolah. Setelah sekolah, NF pulang ke rumah.
Baca: Pimpinan MPR Bicara Soal Bathsul Masail
Baca: Para Penumpang Kapal Pesiar Viking Sun Ditolak di Semarang Tapi Bisa Jalan-jalan di Bali
Namun, Yanti, jarang melihat NF bermain dengan anak-anak sebaya di lingkungan tempat tinggal. Dia lebih banyak menutup diri di lantai 2 rumahnya.
"Kalau pagi berangkat sekolah. Pulang sekolah, di atas. Paling turun untuk makan," ujarnya.
Dia melihat NF sebagai sosok pendiam dan tidak pernah bertegur sapa dengan warga sekitar.
"Anak itu pendiam. Dia tidak pernah ngomong sama orang (yang lebih,-red) tua. Tidak pernah tanya, tidak pernah," tuturnya.
Dia mengungkapkan ibu dan ayah kandung NF sudah berpisah. Kini, NF mempunyai satu adik kandung dan satu adik sambung.
"Dia tinggal sama ibu kandung. Kadang, ada neneknya yang dari Kuningan tinggal di sini. Anak yang kecil sering main (sama korban,-red)," tambahnya.
Warga kata Yanti juga sempat melihat pakaian dan sandal korban pada saat mencari keberadaan korban pembunuhan di rumah NF, pada Kamis (5/3/2020) malam.
Yanti mengungkapkan warga berupaya mencari APA, setelah orang tua korban mencari keberadaan anaknya.
Sejak Kamis sekitar pukul 16.00 WIB, APA sudah tidak terlihat di rumah ataupun di lingkungan sekitar tempat tinggalnya.
Baca: Perampok dan Pembunuh Pak Kadus Itu Akhirnya Tewas Setelah Baku Tembak di Tempat Persembunyiannya
Baca: Ditemukan 38 Pil Happy Five, Ririn Ekawati Diduga Konsumsi Beberapa Hari sebelum Ditangkap
Akhirnya, orang tua korban menemui ketua rukun tetangga (RT). RT memerintahkan anak buahnya dan warga sekitar untuk mencari korban.
Menurut Yanti, Ketua RT sempat naik ke lantai 2 rumah NF. Di lantai 2 itu terdapat kamar NF.
"Itu baju sama sandal di kamar mandi," kata Yanti.
Dia mengungkapkan, Ketua RT sempat menanyakan apakah NF melihat korban.
Pada saat itu, kata dia, NF menjawab tidak melihat. Terlihat, NF hanya sibuk bermain gadget.
"Bapak RT tanya. Anak (NF,-red) main HP. Ditanya, lihat tidak, dijawab tidak. Dia tidak mengaku," ujar Yanti.
Meskipun merasa curiga melihat pakaian dan sandal korban di rumah NF, namun, kata dia, ketua RT tidak membongkar rumah tersebut.
Dia menegaskan, ketua RT hanya melihat-lihat seisi rumah.
"Dia tidak berani membongkar, cuma melongok kamar," ujarnya.
Baca: 66 Pasang Warga Cinben Tangerang Peroleh Akta Perkawinan
Baca: Siswi SMP Bunuh Bocah Ngaku Puas, Gambar Aneh Mirip Kondisi Terakhir Korban Ditemukan
Tes Kejiwaan
NF (15), pelaku pembunuhan APA (6) menjalani pemeriksaan kejiwaan di Rumah Sakit Bhayangkara Tk. 1 R. Said Sukanto, Jakarta Timur.
Pernyataan itu disampaikan Wakapolres Metro Jakarta Pusat AKBP Susatyo Purnomo Condro.
"Diobservasi," kata Susatyo.
Menurut dia, tim dokter dan psikiater memeriksa kejiwaan NF. Namun dia mengaku, belum mengetahui hasil pemeriksaan kejiwaan.
"Dicek sama dokter sama psikater. Kami belum tau hasilnya ya. Nanti nunggu pemeriksaan," tambahnya.
Faktor Pola Asuh
Deputi Perlindungan Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) Nahar mengatakan kasus remaja berinisial NF (15) membunuh bocah berinisial APA (6) terkait dengan masalah pola asuh dan lingkungan.
Nahar mengatakan masalah pola asuh terlihat dari keadaan keluarga NF yang diketahui tak utuh lagi atau broken home. NF tinggal bersama orang tua sambung.
"Dari sisi pelaku, diketahui keluarganya nggak utuh, tinggal bersama orang tua sambung. Jadi pertama ini terkait dengan pola asuh," ujar Nahar.
Masalah kedua adalah terkait lingkungan.
Baca: Anies Baswedan Tak Pernah Melaporkan Penghinanya, Rocky Gerung: Dia Ngerti Demokrasi, Gak Baper
Baca: Murka Suami Jauh Kerja ke Korea, Istri Malah Selingkuh & Hamil, Video Hancurkan Rumah Viral
Menurut Nahar, NF tinggal di lingkungan yang sering ditinggal oleh orang tuanya dan lingkungan yang terlalu padat.
Nahar mengatakan pihaknya belum mendalami secara detail apakah di lingkungan tersebut NF menerima aktivitas perlindungan anak hingga hak anaknya dipenuhi atau tidak.
"Tapi ini sinyal sesungguhnya bahwa peran orang tua menjadi penting, peran lingkungan menjadi penting, peran daerah terkait dengan respon terjadinya kasus seperti ini menjadi penting," jelasnya.
Oleh karenanya, Nahar menyebut kasus ini harus menjadi kewaspadaan bagi semua pihak.
Dan karena pelakunya anak, kasus ini disebutnya harus disikapi secara bijak dan tepat.
"Artinya penegakan hukum jalan tapi juga kan pada prinsipnya mereka semua korban. Kalau untuk anak pelaku (NF), kita menggunakan UU Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Sementara untuk korban tentu UU Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak," ujarnya.
Nahar mengaku sudah berkoordinasi dengan sejumlah pihak terkait kasus NF (15 tahun), remaja yang membunuh APA (6).
"Kita sudah menugaskan Asisten Deputi Perlindungan Anak ke keluarga korban, anak pelaku (NF, - red) dan ke kepolisian," ujar Nahar.
Baca: Sandiaga Uno Sebut Punya Solusi untuk Tangani Isu Ekonomi Indonesia di Tengah Virus Corona
Baca: Pagi Ini Kabarnya Polisi Akan Gelar Rilis Kasus Narkoba yang Menyeret Nama Ririn Ekawati
Nahar menceritakan sejak kepolisian mendapatkan laporan dan pengakuan NF, pihaknya sudah berkoordinasi dengan sejumlah pihak yang harus terlibat dalam penanganan ini.
Pihak-pihak tersebut antara lain Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A), Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinas PPPA), kepolisian dan lingkungan dimana NF tinggal.
"Itu sudah didatangi dan kita berharap proses pendampingan selanjutnya bisa dikawal dengan baik," jelasnya.
Evaluasi Film Horor
Komisi VIII Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) prihatin atas peristiwa pembunuhan anak berusia lima tahun oleh ABG perempuan berusia 15 tahun di Sawah Besar, Jakarta Pusat.
"Yang membuat kita lebih prihatin yang melakukan pembunuhan itu ABG perempuan dengan usia yang sangat belia," ujar Anggota Komisi VIII DPR RI dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) KH Maman Imanulhaq.
Dia meminta polisi mengungkap motif sebenarnya dari ABG perempuan melakukan pembunuhan sadis kepada anak berusia lima tahun.
Meskipun memang ABG tersebut sudah menyatakan peristiwa pembunuhan itu terinsipirasi film horor dan sadis Chucky.
"Polisi tentu harus tetap mengungkap apa motif du balik pembunuhan ini," ujar politikus PKB ini.
Bila memang motifnya tayangan film horor, maka, dia meminta Komisi Penyiaran Indonesia bisa mengkaji dan melakukan evaluasi bersama terhadap film-film yang tidak ramah anak di televisi.
"Kalau itu karena tayangan-tayangan televisi berupa film-film horor apa pun itu seperti pengakuannya itu harus menjadi kajian bersama Komisi Penyiaran Indonesia," jelas Kang Maman.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) pun menurut dia, harus bertindak cepat untuk melindungi anak-anak Indonesia dari tayangan-tayangan horor, kekerasan, radikal dan terorisme.
"Kementerian Kominfo pun harus bertindak cepat melindungi anak-anak Indonesia dari tayangan-tayangan horor, kekerasan, radikal dan teroris, atau yang tidak ramah anak," tegasnya.
Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia Retno Listyarti mengatakan, adegan yang ditampilkan dalam sebuah film dapat mempengaruhi perilaku seorang anak.
"Anak adalah peniru ulung dari apa yang dia lihat langsung di lingkungannya atau dia lihat melalui tayangan di televisi dan film," kata Retno.
Baca: Ibu Teriak Lihat Putrinya Tewas di Kamar, Ternyata Dibunuh Remaja yang Diam-diam Menyelinap
Baca: Fakta Kalista Iskandar Tak Bisa Sebutkan Pancasila di Puteri Indonesia 2020, Tapi Banyak Dibela
Kendati demikian, lanjut Retno, pembunuhan yang dilakukan NF tak sepenuhnya didasari oleh film yang ditonton si pelaku.
"Meskipun dampak tayangan tersebut bukanlah faktor tunggal, bisa saja ada faktor lain yang memicu perilaku tersangka," ujar Retno.
Oleh karena itu, Retno menegaskan perlunya pengawasan orang tua terhadap film dan sinetron yang ditonton anak-anak.
"Di sinilah pentingnya para orangtua untuk melakukan pendampingan dan pengawasan terhadap apa yang ditonton anak-anak mereka, baik melalui televisi maupun aplikasi Youtube, mengingat mayoritas anak sudah memiliki telepon genggam," ungkap Retno.(Tribun Network/dit/gle/mal/wly)