Soal Remaja 15 Tahun Pembunuh Bocah 6 Tahun, Ahli Sebut Soal Tanda-tanda Psikopat
Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa turut menanggapi peristiwa remaja 15 tahun bunuh bocah 6 tahun dengan sadis memiliki ciri-ciri seorang psikopat.
Penulis: Indah Aprilin Cahyani
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Seorang remaja berinisial NF (15) tega menghabisi nyawa bocah berumur 6 tahun yang berinisial APA di Sawah Besar, Jakarta Pusat, Kamis (5/3/2020).
Secara sadis NF membunuh tetangganya itu dengan cara dimasukkan ke dalam air dan mayatnya disimpan di dalam lemari kamarnya.
Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa, Dharmawan Ardi Purnama turut menanggapi peristiwa remaja 15 tahun bunuh bocah 6 tahun dengan sadis.
Dharmawan menyebut NF yang beranjak remaja memiliki ciri-ciri seorang psikopat.
Menurutnya, tanda psikopat yang dimiliki NF satu di antaranya gangguan kepribadian yang ditandai oleh perilaku tidak memperdulikan lingkungan sekitar.
Baca: Dokter Kejiwaan Periksa Siswi SMP Pelaku Pembunuhan Bocah 6 Tahun, Bongkar Respon Saat Ditanya Ini
“Ada tanda-tanda psikopatik. Salah satunya antisosial."
"Dia berani melawan aturan, tidak punya empati, tidak bisa merasakan sekeliling dan merasakan orang-orang sekitar,” tutur Dharmawan kepada Kompas.com, Selasa (10/3/2020).
Selain itu, Dharmawan menambahkan tanda-tanda seorang psikopat sudah dapat dilihat dari umur empat tahun.
“Salah satu gejalanya dia suka menyakiti binatang. Hal ini sudah bisa dilihat dari usianya kecil sekali, sekitar 4 tahun," ujar Dharmawan Ardi.
Ia mengatakan gejala seorang psikopat juga bisa dilihat dari perilaku terhadap hewan suka menyakiti atau tidak.
"Biasanya dari kecil sudah mulai terlihat dia suka lempar binatang, mengelus kemudian mencekik binatang, itulah tanda-tanda psikopatik,” lanjutnya.
Baca: Beda dengan Psikolog, Dokter Spesialis Jiwa Sebut Siswi Bunuh Bocah adalah Psikopat dari Tanda Ini
Tak hanya itu, Dharmawan berujar seorang psikopat memiliki perasaan yang tumpul dan lamban dalam mengatur emosi.
“Pasien psikopat punya kecenderungan agak tumpul perasaannya. Agak lamban dalam hal sesuatu yang membangkitkan emosi."
"Hal itu juga terlihat pada kasus anak ini,” tambah Dharmawan.
Sementara itu, Dharmawan menjelaskan ada atau tidaknya tanda psikopatik ini merupakan bawaan sejak lahir dilihat dari beberapa bagian pada otak yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya.
“Ada area otak yang berhubungan dengan fungsi otaknya seperti orbitofrontal cortex, insular cortex, parahippocampal gyrus."
"Ada disfungsi pada area-area tersebut dan bisa dilihat lewat fungsional MRI dan CT Scan. Jadi (tanda psikopatik) memang bawaan,” paparnya.
Baca: Update Kasus Siswi SMP Bunuh Bocah: Permintaan Kak Seto hingga Kebiasaan Pelaku saat SD
Tidak Menyesal
Siswi SMP ini mengaku tidak menyesal atas perbuatannya yang telah menghilangkan nyawa bocah 6 tahun tersebut.
NF mengakui perbuatannya dengan mendatangi kantor polisi saat hendak berangkat sekolah.
Kemudian, ia melakukan aktivitas seperti biasanya setelah membunuh korbannya.
Wakapolres Metro Jakarta Pusat, AKBP Susatyo mengatakan, selain melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP), pihaknya akan melakukan tes kejiwaan terhadap NF.
Sebab, secara sadar pelaku melakukannya dan tak menyesali perbuatan itu.
Baca: Cerita Ayah Bocah yang Dibunuh Gadis ABG, Ungkap Keseharian Korban Begini: Saya Ikhlas
"Selain melakukan olah TKP terhadap tempat hilangnya nyawa korban."
"Kami ingin mendalami sejauh mana hubungan atau aspek kejiwaan yang nanti dibutuhkan dalam pemeriksaan kejiwaan," kata AKBP Susatyo di lokasi, Jumat (6/3/2020), dikutip dari TribunnewsBogor.com.
Sementara itu, Kapolres Metro Jakarta Pusat, Heru Novianto menyampaikan pelaku mengaku sadar saat melakukan tindakan tersebut dan tak menyesalinya.
Hal itu berdasarkan dari hasil pemeriksaan sementara NF.
"Ini masih dalam pendalaman karena ini sedikit unik."
"Si pelaku ini dengan sadar diri dia menyatakan telah membunuh dan menyatakan tidak menyesalinya, bahkan merasa puas," kata Heru.
Baca: Ngaku Terinspirasi Nonton Chucky dan Slender Man, Pengakuan Siswi SMP Usai Bunuh Bocah: Saya Puas
Buku Catatan Pelaku
Polres Metro Jakarta Pusat melalukan olah TKP di lokasi pembunuhan APA yang ditemukan tewas dalam kondisi terikat di dalam lemari pakaian.
Pihak kepolisian dalam olah TKP ini mengamankan sejumlah barang bukti, seperti buku catatan.
"Di TKP tersebut yang pertama, kami menemukan papan curhat."
"Anak ini cukup cerdas, berkemampuan bahasa inggris cukup baik dan dia mengungkapkan berbagai perasaannya itu dalam berbagai tulisan," ucapnya, Jumat (6/3/2020).
Polisi berdasarkan dari hasil olah TKP menduga NF sebelumnya telah merencanakan pembunuhan terhadap APA.
Baca: Beredar Diduga Status FB Siswi SMP Bunuh Bocah, Pelaku Tersenyum: Saya Pelakunya, Borgol Saya Pak
Pasalnya, polisi menemukan salah satu buku catatan milik pelaku yang ditemukan gambar seorang wanita dalam posisi terikat.
"Ungkapan perasaan dia tuliskan semua dan lebih menarik lagi bahwa apa yang dilakukan hari ini, ini sudah tergambar," ujarnya saat ditemui di TKP.
"Ini adalah gambar seorang wanita dengan terikat, lalu ada tulisan 'keep calm and give me torture'," tambahnya sambil menunjukan buku catatan milik korban.
Susatyo memaparkan, seluruh bukti yang ditemukan di TKP akan langsung diperiksa dan dipelajari lebih lanjut.
"Ini akan menjadi bahan-bahan yang akan kami kumpulkan dari TKP untuk bisa kami kaji," kata dia.
Baca: Kasus ABG Bunuh Bocah di Sawah Besar, Ibu Korban: Saya Merasa Anak Saya Masih Ada di Rumah
Terinspirasi Film
Kebiasaan NF ini kerap menonton film bergenre sadis dan horor.
Bahkan, NF membunuh APA terinspirasi dari salah satu adegan film tersebut.
Yusri Yunus mengatakan, NF kerap menonton salah satu film yakni Chucky yang populer pada tahun 1980-an itu menceritakan tentang boneka pembunuh.
"Tersangka ini sering menonton film horor. Salah satunya Chucky."
"Dia senang menonton film horor itu memang hobinya itu," kata Yusri di Polres Metro Jakarta Pusat, Kemayoran, Sabtu (7/3/2020), dikutip dari Kompas.com.
(Tribunnews.com/Indah Aprilin Cahyani) (TribunnewsBogor.com/Vivi Febrianti) (Kompas.com/Sri Anindiati Nursastri/Bonfilio Mahendra Wahanaputra Ladjar)