Curhat Yayu, Driver Ojek Online Perempuan di Hari Kartini: Hidup Harus Disukuri
Yayu dalam kesehariannya, biasa menanti orderan di sebuah warung kopi di kawasan Cijantung, Jakarta Timur.
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-Nama Raden Ajeng Kartini tentunya tak asing di telinga masyarakat Indonesia. Ia adalah tokoh wanita yang memperjuangkan harkat dan martabat kaum perempuan di eranya.
Berkat Kartini, wanita Indonesia hari ini memiliki kesempatan yang sepadan dengan laki-laki. Yayu Poli'i (50), seorang driver ojek online perempuan, mengenal sosok Kartini.
Baca: Luhut Ungkap Kondisi Terkini Budi Karya Sumadi: Kondisinya Makin Sehat dan Sudah Bisa Berkomunikasi
Yayu dalam kesehariannya, biasa menanti orderan di sebuah warung kopi di kawasan Cijantung, Jakarta Timur.
Baca: PSBB Bandung Raya Diperketat, Warga yang Tak Patuh Akan Tercatat Melanggar Hukum
Yayu mengungkapkan, driver ojol perempuan sangat jarang. Hal ini yang membuat Yayu merasa bangga. Bukan hanya sebagai bukti, dirinya bisa melakoni pekerjaan yang dilakukan oleh kaum laki-laki , sekaligus bukti ia bisa bertahan dalam beratnya cobaan hidup.
"Saya bangga dengan pelopor ibu kita Kartini. Yang membawa kita, kaum perempuan bisa maju juga. Perempuan itu lemah, belum tentu. Perempuan lebih kuat dari laki-laki ," ujar Yayu kepada Tribun, Selasa (21/4/2020).
Yayu bercerita, sudah sejak tahun 2015 dirinya menjadi driver ojek online. Keputusan menjadi driver diambil Yayu lantaran kebutuhan hidup.
Yayu adalah seorang single parent. Sebelumnya, ia menggantungkan hidup hanya dari pemasukan suami. Namun, begitu sang suami pergi untuk selamanya di tahun 2015, Yayu harus bekerja keras untuk menyambung hidup.
Baca: MS Glow dan ACT Bagikan Sembako Serta Masker dan Sanitizer di Kota Malang
Keperluan anak-anaknya adalah yang utama. Di samping itu, ia tak mungkin berpangku tangan meminta bantuan kepada orang lain ."Umur segini mau cari kerjaan susah. Dulu sebenarnya pernah kerja, tapi begitu menikah ikut suami tidak bekerja,"cerita Yayu.
"Setelah suami saya meninggal, saya berpikir bagaimana cari nafkah. Tidak mungkin mengandalkan saudara, karena masing-masing punya keluarga," lanjutnya
"Mau tidak mau saya jadi ojol. Sedikit demi sedikit, untuk mencari tambahan. Yang penting untuk anak-anak, untuk biaya sekolah atau uang jajan," jelas Yayu.
Menjadi driver ojol perempuan adalah prinsipnya."Sebenarnya, motivasi untuk seimbang dengan cowok-cowok tidak ada. Saya bilang gini, mereka bisa saya juga bisa. Itu saja sih prinsipnya," katanya.
Yayu bercerita, di tengah pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di wilayah Jakart pemasukannya kian menurun. Ia terdampak secara signifikan, khususnya karena ojol kini hanya boleh mengambil orderan makanan.
Baca: BREAKING NEWS - Belva Delvara Mengundurkan Diri dari Staf Khusus Presiden
"Berdampak sekali itu (pemberlakuan PSBB pada pemasukan, red). Benar-benar dampak. Saya saja kadang satu hari itu cuma dapat satu orderan makanan," terang Yayu.
Yayu kemudian bercerita pernah ia hanya mendapat dua orderan makanan. Di tengah isu virus Covid-19, Yayu terpaksa membatasi lingkup kerjanya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.