Makam Ade Irma Berada di Area Kompleks Kantor Wali Kota Jaksel dan Ada Kalimat Menyentuh Sang Ayah
Ade putri bungsu Jenderal AH Nasution yang tewas terbunuh oleh peluru yang ditembakan pasukan yang menyerbu rumah peristiwa G30S PKI
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nama Ade Irma Suryani bukanlan nama asing bagi masyarakat Indonesia.
Ade adalah merupakan putri bungsu Jenderal AH Nasution yang tewas terbunuh oleh peluru yang ditembakan pasukan yang menyerbu rumah AH Nasution pada peristiwa G30S atau Gerakan 30 September.
Saat terbunuh, Ade masih berusia 5 tahun.
Lokasi makam Ade Irma Suryani berada di area kantor Wali Kota Jakarta Selatan, Jalan Raya Prapanca Raya Nomor 9, RT 01 RW 01, Petogogan, Kebayoran Baru.
Menurut TribunJakarta.com, saat memasuki area makam tersebut, sebuah monumen yang tinggi dan megah bakal menyambut.
Di setiap sisi monumen berwarna abu-abu itu, tertempel foto-foto Jenderal Nasution kala bertugas bersama beberapa tokoh negara.
Ke arah selatan dari monumen tersebut, ada makam Ade Irma Suryani.
Baca: VIRAL Temukan Surat Bersih Diri dari G30S PKI Jadi Bungkus Bawang, Tertulis Tahun 1968
Di sekitar area makam itu, terdapat pohon tinggi yang daunnya rimbun.
Makam tersebut dihiasi batu marmer berwarna hitam.
Di tengahnya, ada papan nisan berwarna putih.
Pada makam tersebut, terdapat kata-kata atau pesan dari Jenderal AH Nasution untuk anak tercintanya itu.
"Anak saja jang tertjinta, engkau telah mendahului gugur sebagai perisai ajahmu," tulis pesan itu dalam ejaan lama.
Di tahun-tahun sebelumnya, bertepatan dengan peringatan Hari Kesaktian Pancasila pada 1 Oktober, bakal dilakukan prosesi tabur bunga di makam Ade Irma Suryani.
Proses tabur bunga dilakukan oleh pejabat Pemerintah Kota Jakarta Selatan.
Baca: Perkelahian Terjadi di Duren Sawit Jakarta Timur, Pemicunya Komisi Penjualan Angkot
Dalam sebuah wawancara, Hendrianti Sahara Nasution atau Yanti yang merupakan kakak kandung dari Ade Irma pernah menceritakan detik-detik peristiwa mencekam yang menyebabkan adiknya terbunuh.
Saat malam 1 Oktober dini hari itu, Ade Irma tengah tertidur bersama kedua orangtuanya, AH Nasution dan Johanna Sunari.
AH Nasution dan istrinya sempat terbangun karena ada nyamuk.
Persis ketika mereka bangun, pintu depan rumah hendak dibuka orang.
"Lalu mama lihat, mengintip, terus mama lihat (pasukan) Tjakrabirawanya masuk," cerita Yanti mengawali kisah penyerbuan di rumahnya, dikutip TribunJabar.id dari wawancaranya di TV One.
Johanna Sunari kemudian memberi tahu bahwa pasukan yang akan membunuh suaminya datang.
Dia mewanti-wanti agar Jenderal AH Nasution jangan keluar.
AH Nasution lalu berkata kepada istrinya, bahwa biar dirinya lah yang menghadapi pasukan itu.
"Biar saya hadapi," ujar AH Nasution kepada istrinya.
Sang Jenderal membuka pintu, lalu pasukan menembak lagi.
AH Nasution pun menjatuhkan diri.
Kala Tjakrabirawa datang, Ade Irma Suryani berdiri di antara ayah dan ibunya.
Mendengar suara letusan tembakan beberapa kali, ibunda dari AH Nasution juga terbangun dari tidurnya.
Baca: Dulu Bekas Kantor Pos Belanda, Jenderal AH Nasution Pertahankan Gedung Masjid Cut Meutia
Kamarnya persis berada di sebelah kamar AH Nasution.
Dia keluar kamar bersama adik AH Nasution, Mardiah untuk melihat apa yang terjadi.
"Jadi beliau keluar, bersama adik bapak," kata Yanti.
Johanna lalu mengatakan, yang harus diselamatkan dirinya adalah suaminya, AH Nasution.
Dia pun meminta agar Mardiah memegang Ade Irma.
"Tolong pegang Irma, saya mau menyelamatkan bapak," ujarnya.
Karena panik, Mardiah membawa keluar Ade Irma lewat pintu yang seharusnya tak dibuka.
Pasukan Tjakrabirawa langsung menghujani tembakan kepada Mardiah dan Ade Irma.
Jarak tembakan tersebut begitu dekat.
Ade Irma terkena tembakan.
Johanna akhirnya menghampiri mereka.
Dia memeluk Ade Irma yang bercucuran darah dan pergi menjauh.
Setelah itu, Johanna kemudian meraih telepon untuk menghubungi Mayjend Umar Wirahadikusumah.
Namun sambungan telepon diputus, dan Johanna akhirnya bertemu dengan Tjakrabirawa yang mencari AH Nasution.
"Pak Nasution sudah 2 hari tidak di rumah!" kata Johanna kepada Tjakrabirawa.
Tjakrabirawa pergi, mereka malah membawa Lettu Pierre Andreas Tendean yang merupakan ajudan AH Nasution.
Demi melindungi atasannya, Lettu Pierre Tendean menyebut dirinya sebagai Jenderal AH Nasution.
Di sisi lain, Johanna kemudian membawa Ade Irma ke RSPAD, meminta agar Yanti bersembunyi.
Beberapa jam kemudian, Yanti menyusul Johanna dan Ade Irma ke RSPAD.
"Saya lihat adik saya di situ, sudah berdarah-darah. Terus saya lihat dia, saya menangis, dia bilang, 'Kakak jangan menangis'. Terus dia tanya sama ibu saya, 'Mama, kenapa Ayah ditembak?' Itu yang terakhir saya lihat," kenang Yanti di hari meninggalnya sang Adik, Ade Irma Suryani.
Ada sekitar tiga peluru menembus punggung si kecil Ade Irma.
Setelah menjalani operasi, lima hari kemudian ia dipanggil Sang Maha Kuasa. (Yongky Yulius)
Artikel ini telah tayang di tribunjabar.id dengan judul Inilah Makam Ade Irma Suryani, Korban G30S, Ada Kalimat Menyentuh dari Ayahnya, Jenderal AH Nasution