Siasat Gubernur Anies Halau Banjir Jakarta: Gerebek Lumpur, Perahu Khusus untuk Pengungsi Covid-19
Melihat program Gubernur Anies Baswedan dan Wakil Gubernur Ahmad Riza Patria antisipasi banjir di Jakarta, ada gerebek lumpur hingga keringkan waduk.
Penulis: Theresia Felisiani
Anies menyebut, kala itu curah hujan di ibu kota mencapai lebih dari 300 milimeter.
Padahal, kapasitas tampung air di DKI diklaim hanya 100 milimeter.
"Bila curah hujan lokal intensif, maka di situ muncul potensi banjir," tuturnya.
Minta anak buah bisa keringkan banjir kurang dari 6 jam
Memasuki musim hujan, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meminta jajarannya untuk siap siaga menghadapi banjir.
Hal ini disampaikan Anies saat menggelar apel kesiapsiagaan menghadapi menghadapi musim hujan tingkat provinsi di lapangan JITC II, Tanjung Priok, Jakarta Utara.
"Kita tahu bahwa tahun ini akan ada fenomena La Nina dan ini mengakibatkan curah hujan yang jauh lebih intensif dari biasanya," ucapnya, Rabu (4/11/2020).
Harus diakui, Jakarta memang kerap dilanda banjir saat hujan deras melanda ibu kota.
Seperti banjir besar yang merendam sebagian besar wilayah Jakarta di awal tahun 2020 ini.
Bila banjir kembali terjadi, Anies pun meminta seluruh jajarannya untuk segera mengevakusi warga.
"Tanggung jawab kita memastikan seluruh, semua selamat, jangan ada korban," ujarnya.
Selain itu, ia juga meminta jajarannya untuk mengikuti perkembangan cuaca di sekitar kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).
Tujuannya, agar banjir yang terjadi bisa segera diatasi.
Sebab, ada tiga faktor penyebab banjir di Jakarta, yaitu hujan lokal, banjir kiriman dari wilayah lain, dan akibat kenaikan muka air laut di utara ibu kota.
"Genangan bisa surut dalam waktu kurang dari enam jam. Tanggung jawab kita menyiapkan seluruh kekuatan untuk bisa mengeringkan dalam waktu kurang dari enam jam," kata Anies.
Dua indikator kesuksesan penanganan banjir versi Anies Baswedan
Antisipasi penanganan banjir menjelang musim hujan mulai digencarkan Pemprov DKI Jakarta.
Pengerahan seluruh stakeholder terkait serta pengerukan saluran air menjadi beberapa contoh upaya antisipasi musim hujan di DKI Jakarta.
Lantas, bagaimana menakar kesuksesan penanganan banjir nantinya seiring musim hujan yang akan berlangsung?
Menurut Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, penanganan banjir dikatakan sukses apabila memenuhi dua indikator.
Indikator pertama ialah tidak adanya korban jiwa akibat bencana banjir.
"Dua indikator suksesnya. Satu tidak ada korban, semua warga selamat," kata Anies di Dermaga JICT 2, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (4/11/2020).
Selain nihilnya korban jiwa, Anies juga mengatakan bahwa indikator lainnya adalah jangka waktu surutnya genangan.
Dikatakan Anies, penanganan banjir dapat dikatakan sukses apabila genangan bisa surut dalam waktu 6 jam sehingga tidak sampai menganggu aktivitas masyarakat.
"Yang kedua, genangan harus surut dalam 6 jam. Ini bila curah hujan di atas kapasitas sistem drainase kita," kata Anies.
"Seluruh unsur bersiaga di sini. Insya Allah Jakarta bisa terbebas dari banjir. Jika ada curah hujan yang amat lebat, kita bisa surut dalam waktu kurang dari 6 jam," sambungnya.
Anies menjelaskan bahwa sistem drainase di DKI Jakarta bisa menampung apabila curah hujan 100 milimeter per hari.
Sehingga, lanjutnya, ditargetkan DKI Jakarta bisa bebas dari banjir bila intensitas curah hujan tak melebihi angka itu.
"Karena itu bila hujan lokal di bawah 100 milimeter, ditargetkan tidak boleh terjadi banjir," kata Anies.
Di sisi lain, apabila curah hujan di atas 100 milimeter, penanganan banjir harus maksimal agar bisa surut dalam waktu cepat.
"Dan bila hujan di atas 100 milimeter seperti di awal tahun lalu, terjadi curah hujan sampai 377 milimeter, maka tanggung jawab kita adalah ini sampaikan sebagai arahan," katanya.
Adapun dalam upaya penanganan banjir di DKI Jakarta, seluruh stakeholder terkait dikerahkan, mulai dari Pemerintah Provinsi, TNI-Polri, pihak swasta, hingga masyarakat. (tribun network/thf/Tribunnews.com/TribunJakarta.com)