Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Hartono Si Pelukis Spanduk Pecel Lele, Karyanya Mejeng Hingga ke Papua 

Hartono asal Madura membagikan kisahnya awal mula merantau ke Jakarta, buka warung pecel lele hingga gantung wajan jadi pelukis spanduk pecel lele.

Editor: Theresia Felisiani
zoom-in Hartono Si Pelukis Spanduk Pecel Lele, Karyanya Mejeng Hingga ke Papua 
TribunJakarta/Satria Sarwo Trengginas
Hartono (51), sosok pelukis spanduk pecel lele di rumah kontrakannya di kawasan Pekayon Jaya, Bekasi Selatan, Bekasi pada Senin (22/2/2021). 

TRIBUNNEWS.COM, BEKASI - Hasil karya Hartono (51) berupa spanduk pecel lele telah menghiasi berbagai daerah di Indonesia, bahkan sampai ke ujung Papua.

Dari sebuah rumah kontrakan sederhana seluas 3 x 12 meter, pria asal Desa Ngayung, Madura, Jawa Timur itu telah menghasikan sekira 4.000-an karya spanduk lukisan pecel lele.

Jumlah pengusaha pecel lele yang mengandalkan jasa lukisnya pun terus bertambah.

Hartono terlihat santai duduk di depan laptop sambil melihat-lihat desain spanduk pecel lele di rumah kontrakannya di kawasan Pekayon Jaya, Bekasi Selatan, Bekasi.

Hari itu, Sabtu (20/2/2021) ia tampak senggang.

Bila sedang ada pesanan, Hartono enggan menerima tamu lantaran waktunya banyak tercurahkan untuk menyablon dan melukis spanduk.

"Kalau saya ada tamu, biasanya saya cari waktu saat tidak sedang membuat spanduk. Soalnya, akan memakan waktu lama," ujarnya sambil menghembuskan asap rokok.

Baca juga: Viral Video Perayaan Momen Usai Sidang Skripsi, Gunakan Spanduk Ala Warung Pecel Lele sebagai Hadiah

BERITA REKOMENDASI

Hartono bercerita tentang masa lalunya saat merantau ke Jakarta pada tahun 1992.

Ia tak langsung menjadi seorang pelukis spanduk pecel lele kala itu.

Ia bekerja ikut adik sepupunya yang membuka usaha warung sea food di kawasan Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.

Hartono, yang saat itu masih bujang, juga menyambi pekerjaan lain ketika sedang tidak bekerja di tempat sepupunya itu. 

Siang hari ia berada di Depok untuk mengais rezeki tambahan sedangkan malam harinya bekerja di warung sea food.


"Dari tahun 1992 sampai 1997 itu saya mondar-mandir Depok ke Pondok Pinang. Di Depok saya pernah jadi tukang minyak dan tukang buah. Malam bantuin saudara, siang dorong minyak atau jual buah dingin," ungkapnya.

Pada tahun 1997, ia memutuskan untuk berhenti ikut saudaranya. 

Halaman
1234
Sumber: TribunJakarta
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas