Pengamat: Antisipasi Banjir Jakarta, Anies Harus Lakukan Langkah Extraordinary
Pengamat Kebijakan Publik dan Tata Kota Trubus Rahardiansyah menyarankan Gubernur DKI Jakarta melakukan langkah extraordinary dalam antisipasi banjir.
Penulis: Taufik Ismail
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews Taufik Ismail
TRIBUNNEWS. COM, JAKARTA - Pengamat Kebijakan Publik dan Tata Kota Trubus Rahardiansyah menyarankan Gubernur DKI Jakarta melakukan langkah extraordinary dalam antisipasi banjir. Sehingga, banjir tidak kembali terjadi seperti pada 19-20 Februari lalu.
Apalagi menurut dia, berdasarkan prediksi Badan Meteorologi , Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) puncak musim hujan di DKI Jakarta dan sekitarnya masih akan terjadi hingga awal Maret.
"Sekarang ini dibutuhkan adalah langkah-langkah luar biasa, Extraordinary, bukan hanya sebatas rutinitas pengerukan sungai saja," kata Trubus kepada Tribunnews. Com, Jumat, (26/2/2021).
Baca juga: Warga Jababeka Kompak Jemur Perabot Bareng Tetangga setelah 2 Hari Tergenang Banjir, Videonya Viral
Trubus mengatakan program antisipasi Banjir dari Anies yang disampaikan pada saat Kampanye Pilkada tiga tahun lalu menurutnya tidak berjalan dengan baik.
Pertama kata dia, langkah Anies yang akan mengendalikan air dari hulu dengan menggandeng Pemda wilayah penyangga. Trubus menilai hingga saat ini tidak ada langkah konkrit dari pengendalian air di hulu tersebut.
Padahal menurutnya, saat ini telah ada Perpres Nomor 60 Tahun 2020 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, dan Cianjur
"Seharusnya, sudah ada itu hasilnya, eksekusinya, seperti pembangunan tempat penampungan mulai dari Embung, Situ, waduk, atau lainnya di wilayah atas seperti Depok, Puncak, atau Cianjur. Tapi nyatanya belum ada perubahan signifikan, hanya sebatas kordinasi kordinasi saja," kata dia.
Yang kedua menurut dia rencana Anies membangun sumur resapan juga tidak dilakukan secara masif dan merata. Jumlah sumur resapan yang dibangun masih jauh dari target, serta hanya terpusat di beberapa titik saja.
"Kalau tidak salah satu juta yang ditargetkan dibangun sampai 2022, yang terealisasi baru ribuan, jadi kurang masif. Ditambah lagi sumur resapan tersebut hanya terpusat di tengah kota saja, seperti Sudirman -Thamrin," katanya.
Ketiga menurut Trubus yakni pengerukan saluran air yang hanya dilakukan ala kadarnya. Apabila kendalanya adalah keterbatasan petugas PPSU, kata Trubus, Anies dapat melakukan program padat karya dengan melibatkan masyarakat sekitar untuk mengeruk saluran air.
"Yang keempat juga masalah sedimentasi yang kurang dibersihkan, banjir kemarin membuktikan bahwa sedimentasi masih tebal, sehingga aliran air terhambat," katanya.
Oleh karenanya menurut dia, tidak heran apabila banjir masih terjadi di Jakarta apabila memasuki musim penghujan. Bahkan kondisinya bisa dikatakan lebih buruk, karena daerah seperti Kemang yang sebelumnya tidak terdampak, kali ini justru banjir.
"Karena selama tiga tahun ini tidak ada gebrakan dalam penanganan banjir, hanya rutinitas biasa saja," pungkas dia.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.