Temukan Warganya Konsumsi Kental Manis, Ini Langkah Pemkot Bekasi
Pemberian Kental Manis kepada balita itu tergantung pengasuhan dari ibunya, apakah memberikannya karena mengikuti kesukaan anak atau aturan ibunya
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, BEKASI - Angka stunting di Kota Bekasi dari tahun ke tahun mengalami penurunan.
Tahun 2020 angka stunting di kota ini hanya mencapai 10,6% atau masih di bawah ambang batas nasional.
Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu lama.
Hal ini terjadi karena asupan makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi.
Sayangnya, di tengah rendahnya angka stunting di Kota Bekasi ini, masih ada anggota masyarakatnya yang memberikan Kental Manis kepada para balita.
Saat melakukan edukasi mengenai gizi kepada masyarakat di Rawa Semut, Margahayu, Bekasi Timur, Yayasan Abipraya Insan Cendikia (YAICI) dan Koalisi Perlindungan Kesehatan Masyarakat (KOPMAS), menemukan beberapa anak balita yang mengkonsumsi Kental Manis.
Fattah, merupakan balita berumur 4 tahun mengonsumsi kental manis dengan rasa cokelat.
Ia mengkonsumsinya sebanyak 3 hari sekali menggunakan botol.
Baca juga: Penculikan Anak Modus Iming-iming Ikan Cupang Terjadi di Bekasi Utara
Habibah, balita berumur 4 tahun mengkonsumsi Kental Manis sebanyak 1 sampai 2 hari sekali dengan varian coklat.
Alya, berumur 4,5 tahun suka minum kental manis dengan varian putih.
Kemudian Iyan, balita berumur 3,5 tahun sudah minum kental manis sejak umur 2 tahun.
Orang tuanya membeli kental manis dalam bentuk sachet dan mengkonsumsinya sebagai minuman tunggal sebanyak 2 kali dalam sehari khususnya sebelum Iyan tidur.
Biasanya, Iyan sendiri yang meminta untuk minum Kental Manis, kemudian dibuatkan oleh ibunya.
Sebagaimana diketahui, Rawa Semut merupakan salah satu kawasan padat penduduk di Bekasi.
Berada di jantung kota Bekasi, sekitar 1,5 km dari terminal Bekasi Timur, akses dekat ke stasiun KRL Bekasi Timur serta pusat perbelanjaan Trans Park, menjadikan Rawa Semut sebagai kawasan pemukiman yang strategis, menjadikan kontrakan dan kos-kosan karyawan berpadu gang sempit menjadi pemandangan lumrah di kawasan ini.