PSI: Utamakan Keselamatan Pesepeda, Bukan Bangun Tugu
Plt Sekjen DPP PSI, Dea Tunggaesti nilai keselamatan para pesepeda harus menjadi prioritas, Hal-hal lain yang bersifat kosmetik bisa dinomorduakan.
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Theresia Felisiani
“Nah, aku agak merasa kurang aman kalau berkelompok meski di jalur sepeda. Ini semua harus dipikirkan semua pihak supaya keselamatan pesepeda tetap terjamin,” kata Wulan.
Senada dengan Wulan, Widjanarko Hastario yang juga seorang dokter mengungkap bersepeda memang mengandung banyak manfaat.
“Ini kegiatan yang menyehatkan, menambah semangat, dan membuat kita bisa memahami lingkungan. Kan kadang-kadang kita harus mencari jalan alternatif. Juga penting bahwa bersepeda itu melatih kesabaran karena ada prinsip road sharing. Sepeda itu kasta terendah dalam transportasi, paling kecil dan lamban. Kita harus lebih humble dan sopan,” kata Yoyok, panggilan Widjanarko.
Baca juga: Polemik Tugu Sepeda, Fraksi PDIP: Hanya untuk Kepentingan Kelompok Bukan Rakyat yang Sedang Sengsara
Sementara mantan atlet downhill Risa Suseanty mengungkap dari sisi atlet bahwa sepeda ini olahraga individu, melawan waktu dan mengandalkan diri sendiri.
“Pagi-pagi sudah harus bangun untuk berlatih. Untuk atlet, mentalnya tidak bisa setengah-setengah. Kalau menang baru satu kali, baru keberuntungan. Jadi harus terus berlatih Disiplin gak bisa main-main,” kata Risa yang sekarang tinggal di Belgia.
Soal disiplin yang tumbuh dari bersepeda juga digarisbawahi Wakil Ketua Umum PB ISSI, Toto Sugito. Sebab, bersepeda itu harus sepagi mungkin untuk menghindari mobil dan sepeda motor.
“Mulai pukul 05.30, paling telat pukul 06.00. Selesai paling telat pukul 07.30. Setelah pukul 07.00 sebenarnya kurang aman bersepeda di jalanan. Karena mobil dan sepeda motor sudah mulai banyak,” kata Toto yang juga Co-Founder B2W.
Terkait keselamatan, menurut Toto, aturan sebenarnta sudah ada. Tinggal soal penegakan hukum.
“Tinggal soal law enforcement, harus dijalankan dengan tegas dan konsisten. Seperti polisi lalu lintas dulu memberlakukan aturan safety belt. Harus tegas dan konsisten. Akhirnya dalam 3-5 bulan warga terbiasa,” kaya Toto.