PSI: Utamakan Keselamatan Pesepeda, Bukan Bangun Tugu
Plt Sekjen DPP PSI, Dea Tunggaesti nilai keselamatan para pesepeda harus menjadi prioritas, Hal-hal lain yang bersifat kosmetik bisa dinomorduakan.
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di tengah kian maraknya hobi bersepeda di masa pandemi, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) mendorong agar pemenuhan hak-hak pesepeda di jalan raya bisa segera dipenuhi sesuai amanat undang-undang.
“Pasal 25 UU 22/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) mengamanatkan bahwa setiap jalan yang digunakan untuk lalu lintas umum wajib dilengkapi perlengkapan jalan, yang salah satunya adalah fasilitas untuk pesepeda. Sedangkan Pasal 45 menjelaskan fasilitas pendukung LLAJ juga meliputi lajur sepeda,” ujar Plt Sekjen DPP PSI, Dea Tunggaesti, saat mengantarkan diskusi online 'Anak Muda dan Sepeda: Do’s and Don’ts', Senin (12/4/2021).
Dea menilai pemerintah daerah, khususnya di kawasan urban, harus lebih serius memenuhi hak-hak para pesepeda.
Jikalau fasilitas para pesepeda tidak kunjung dipenuhi, dikhawatirkan akan jatuh korban-korban.
“Pesepeda paling rentan jika dibandingkan pesepeda motor, apalagi dengan pengendara mobil. Menurut kami, langkah-langkah untuk melindungi hak dan keselamatan para pesepeda harus segera dikerjakan,” kata Dea yang rutin 3-4 kali seminggu bersepeda ini.
Intinya, kata Dea, keselamatan para pesepeda harus menjadi prioritas.
Hal-hal lain yang bersifat kosmetik bisa dinomorduakan.
“Kemarin saya baca berita, anggota Fraksi PSI DPRD DKI Jakarta, Sis Eneng Malianasari atau Sis Milly mempertanyakan langkah Pemprov DKI Jakarta membangun tugu sepeda dengan biaya Rp 800 juta di kawasan Sudirman-Thamrin. Saya setuju dengan Sis Milly bahwa pembangunan tugu sepeda tersebut bukan sesuatu yang sangat dibutuhkan saat ini,” kata Dea.
Baca juga: Habiskan Dana Rp 800 Juta, Pembangunan Tugu Sepeda Dikritik Komunitas Sepeda dan Legislator
Pada diskusi tersebut, artis Wulan Guritno juga berbagi pengalamannya bersepeda yang dimulai saat pandemi Covid-19 terjadi.
“Aku sudah rutin berolahraga sejak dulu. Ketika pandemi, tetap berolahraga. Tapi lama-lama bosan juga. Lalu, dengar dari sejumlah teman, kita bisa kok berolah raga di luar dengan tetap menjaga jarak. Nah, saya mulai dengan jogging. Lalu, ada yang ngajak bersepeda,” kata Wulan.
Wulan ikut dengan komunitas. Di sana ia menambah pengetahuan soal bersepeda, termasuk aspek keselamatan. Di komunitas itu juga ada coach.
“Banyak benefit yang aku dapat dari bersepeda. Pagi-pagi, kita sudah merasa achieve something. Jadi sepanjang hari akan bersemangat. Karena kita memulai hari dengan sesuatu yang menyenangkan,” kata Wulan.
Terkait soal keselamatan, Wulan beranggapan, jalur sepeda itu aman buat yang sendiri.
Padahal sekarang banyak yang bersepeda secara berkelompok.