Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Fakta Covid-19 Menggila di Bogor, ASN WFH Sepekan, Penjual Oksigen Buka 24 Jam

Siasat Wali Kota Bogor tangani lonjakan Covid-19 di wilayahnya, ASN diminta WFH sepekan, disisi lain penjual oksigen keteteran buka 24 jam.

Penulis: Theresia Felisiani
zoom-in Fakta Covid-19 Menggila di Bogor, ASN WFH Sepekan, Penjual Oksigen Buka 24 Jam
Tribun Jabar/Angga Bhagya Nugraha
Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto, saat sesi foto di Gedung Balaikota Bogor, Jawa Barat, Selasa (1/6/2021). (Warta Kota/Angga Bhagya Nugraha) 

TRIBUNNEWS.COM, BOGOR - Kasus positif Covid-19 di Kota Bogor terus melonjak.

Tingkat keterisian tempat tidur pasien Covid-19 di rumah sakit rujukan semakin menipis.

Kota Bogor dalam fase darurat Covid-19.

Wali Kota Bogor Bima Arya langsung gerak cepat.

Sejumlah kebijakan telah diambil demi menangani lonjakan kasus Covid-19.

ASN di Pemkot Bogor WFH Sepekan

Wali Kota Bogor Bima Arya memerintahkan ASN Pemkot Bogor WFH Sepekan

Berita Rekomendasi

Bima Arya menggelar zoom meeting membahas persiapan pelaksanaan Work From House (WFH) ASN di lingkungan Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor, Senin (28/6/2021).

Didampingi Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bogor Syarifah Sofiah, Bima Arya menjelaskan lebih detail terkait WFH 100 persen ASN yang akan diterapkan selama sepekan ke depan mulai, Selasa (29/6) hingga Senin (5/7).

"Data-datanya sangat mengkhawatirkan, saya sudah sampaikan semua bahwa kalau tidak ada langkah-langkah signifikan ini akan kolaps semua, kita tidak tahu apa akan ada pemandangan seperti di Bekasi atau bahkan di India," ujar Bima Arya di Balai Kota Bogor.

Wali Kota Bogor, Bima Arya meninjau Tempat Pemakaman Umum (TPU) Blender yang berlokasi di Kelurahan Kebon Pedes, Kecamatan Tanah Sareal, Rabu (12/5/2021).
Wali Kota Bogor, Bima Arya meninjau Tempat Pemakaman Umum (TPU) Blender yang berlokasi di Kelurahan Kebon Pedes, Kecamatan Tanah Sareal, Rabu (12/5/2021). (ISTIMEWA/Pemkot Bogor)

100 persen ASN di Pemkot Depok WFH Kecuali Ini

Bima Arya mengatakan, ia pun memperhitungkan harus ada pembatasan yang lebih ketat, alias perlu kembali Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Untuk itu, ASN Kota Bogor harus menjadi contoh melalui kewenangan 100 persen Work From Home atau Kerja dari Rumah.

"Jadi mulai Selasa besok sampai tujuh hari kedepan semuanya WFH 100 persen. Terkecuali, Dinkes, RSUD, Satpol PP, BPBD, Dishub, UPTD pemakaman, pertamanan, persampahan, DPMPTSP, kecamatan, kelurahan dan bagian pengadaan barang jasa," jelasnya.

WFH Bukan Liburan, Pelayanan Harus Tetap Jalan

Ada beberapa persyaratan yang perlu dipenuhi dari 100 persen WFH ini yakni, pimpinan unit kerja harus menunjuk petugas piket.

Hal ini agar pelayanan, koordinasi internal maupun eksternal dengan instansi provinsi dan pusat tetap terhubung.

Ia pun menegaskan, semua program prioritas jangan sampai terbengkalai.

Sebut saja, lelang Suryakencana, Masjid Agung, Alun-alun Kota Bogor, semuanya harus berjalan.

"Jadi satu dua minggu WFH itu bukannya tidak ngapa-ngapain atau tidak ada kegiatan, kegiatan di kantor dibatasi, kalau bisa online, online saja, tapi jika harus ke lapangan betul-betul penting, silahkan," imbuhnya.

Baca juga: Pakai Kaos Turn Back Crime, 3 Polisi Gadungan Peras Sopir Angkot yang Berjudi

Baca juga: 30 Tahanan di Polsek Jatinegara Positif Corona, Anggota Polri Juga Tertular, Pelayanan Sempat Tutup

Ia menambahkan, bagi pegawai yang tidak mendapatkan tugas khusus, maka harus tetap di rumah, karena WFH bukan berarti tidak kerja, tidak jalan-jalan ke luar rumah karena ini bukan liburan.

"Bagi pegawai yang WFH, jika ada pekerjaan mendesak agar berkoordinasi dengan atasan langsung. Sekali lagi, WFH bukan berarti berhenti, semua tetap berjalan, diatur, kalau perlu ke lapangan silahkan, diatur semuanya program prioritas tetap berjalan," pungkasnya.

Cerita Penjual Oksigen di Kab Bogor Buka 24 jam

Oksigen kini mulai sulit didapat setelah banyak diburu masyarakat di tengah lonjakan kasus Covid-19 yang cukup tinggi belakangan ini.

Penjual oksigen isi ulang di Jalan Raya Jakarta - Bogor, KM 40, Pabuaran, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Didi Riyanto (30) bahkan mengaku sampai keteteran karena banyaknya pembeli yang berdatangan.

Didi mengaku bahwa lonjakan pembeli oksigen ini mulai dia rasakan sejak Rabu (23/6/2021) lalu.

Bahkan sampai ada pembeli yang rela isi ulang seadanya karena Didi kehabisan stok oksigen.

Baca juga: Warga dan Pengelola RS Berburu Tabung Oksigen di Pasar Pramuka

Baca juga: Puluhan ODGJ di Bogor Positif Covid-19, Begini Nasib dan Kondisinya

"Saya keteternya itu pas hari Sabtu (26/6/2021) kemarin. Saya isian gak sampai full, saya bilang ke pelanggan bahwa saya kehabisan oksigen, seadanya aja gimana ?, iya dah pak daripada gak ada, gitu kan. Akhirnya pelanggan itu mau isi (oksigen) seadanya," kata Didi Riyanto kepada TribunnewsBogor.com, Senin (28/6/2021).

Jam operasi buka toko isi ulang oksigen Didi ini pun saat ini mendadak dibuka selama 24 jam karena banyak pembeli yang datang di malam hari.

Sebelum Ada Lonjakan Covid-19, Buka 10 Jam

Sementara sebelum lonjakan Covid-19, Didi mengaku hanya membuka toko dari jam 08.00 WIB pagi sampai jam 18.00 WIB sore.

"Awalnya saya buka dari jam 08.00 WIB pagi, tutup jam 18.00 WIB sore. Tapi meningkatnya kasus Covid-19 ini saya sering ditelepon sama pelanggan, ada yang urgent, ada yang sakit, akhirnya saya rekrut karyawan untuk jaga (toko) malam hari," kata Didi.

Penjualan oksigen pun, kata Didi, meningkat drastis dari 6-8 tabung kecil dalam sehari kini bisa sampai 16 - 18 tabung kecil per hari.

Didi mengaku bahwa pembeli oksigen di malam hari saat ini memang cukup banyak.

"Setiap hari suka ada yang nanyain oksigen, malam pun ada, pak ada oksigen gak pak, gitu. Dinihari, jam 02.00 WIB, tetep, malem-malem ke sini. Buka 24 jam saya karena diteleponin terus, saya kasihan orang butuh oksigen gitu kan," kata Didi.

Tabung Gas. Ketersediaan tabung gas oksigen di Tangsel kini jadi buruan warga
Tabung Gas oksigen (Wartakotalive.com/Rizki Amana)

Harga Isi Ulang Oksigen Naik

Di tengah lonjakan Covid-19 ini, Didi memilih untuk menjual oksigen hanya ukuran kecil untuk orang yang memerlukannya seperti kebutuhan medis.

"Untuk industri saat ini kita tolak, seperti isi ulang tabung yang besar. Karena kita prioritas medis, tabung kecil. Karena satu tabung besar ini bisa jadi enam tabung kecil. Kalau saya jual satu tabung besar berarti saya nyelametin satu orang doang. Tapi kalau kita kecilin kita bisa nyelametin enam jiwa," katanya.

Sebab, pasokan oksigen di tingkat distributor di Bogor saat ini menurutnya juga sudah mulai terasa ada kelangkaan.

Bahkan harga oksigen tabung kecil kini ecerannya naik dari Rp 30 ribu menjadi Rp 35-40 ribu diduga karena kelangkaan tersebut.

"Saya sampai dua hari gak jualan, dari Sabtu siang sampai Minggu kemarin saya tutup total karena nyari oksigen. Ini (tabung besar kosong) saya taruh (di distributor) hari Jumat (25/6/2021), baru jadi tadi, tiga hari kurang lebih," kata Didi.

Baca juga: Kota Bogor Emergency Covid-19, Bima Arya Minta Pusat Keluarkan Kebijakan Lebih Ketat

RS Lapangan Segera Diaktifkan Kembali, Pemkot Bogor Bakal Tambah Faskes

Setelah melakukan pengkajian untuk mengaktivasi Rumah Sakit Lapangan (RS Lapangan) Kota Bogor, akhirnya Pemkot memutuskan untuk mengajukan pengoprasian RS Lapangan.

Seperti diketahui keradaan RS Lapangan merupakan bantuan dari Pemerintah Pusat Melalui BNPB.

Anggaran operasionalnya pun berasal dari pemerintah pusat.

Saat ini penambahan fasilitas kesehatan untuk layanan Covid-19 itu menunggu dibukanya RS Lapangan.

Pemkot Bogor sudah mengajuan permintaan untuk mengaktivasi RS Lapangan.

Bima Arya Sugiarto mengatakan bahwa pihak terus mempercepat langkah-langkah untuk menambah fakses.

"Insya Allah minggu ini RS Lapangan sudah bisa diaktivasi,"ujarnya.

Rumah Sakit Lapangan Kota Bogor miliki 68 tempat tidur , 70 persen pasien Covid-19 warga Kota Bogor.
Rumah Sakit Lapangan Kota Bogor miliki 68 tempat tidur , 70 persen pasien Covid-19 warga Kota Bogor. (Repro Instagram@bpbd.kotabogor)

Untuk jumlah kapasitas dan tenaga kesehatan yang bertugas Bima menyebut jumlah itu tetap sama ketika RS Lapangan dibuka.

Selain RS Lapangan pihaknya juga mempercepat penambahan pusat isolasi termasuk pusat isolasi berbasis masyarakat.

"Kita juga percepat pusat-pusat isolasi yang lain, dan berbasis masyarakat, sehingga ini managemen treatmennya, sehingga di Rs itu hanya yang kuning dan merah (kondisi pasien), Otg atau gejala ringan bisa di pusat isolasi tadi. Baik BPKP, atau di tempat yang berbasis masyarakat, atau yang dikerjasamakan dengan IPB," katanya. (tribun network/thf/Tribunnews.com/Wartakotalive.com)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas