Dr Aggi Tjetje SH, Kakak Pengusaha Jusuf Hamka yang Namanya Digunakan untuk Krematorium Cilincing
Yayasan Daya Besar Krematorium di Cilincing, Jakarta Utara, resmi berganti nama menjadi Krematorium Dr Aggi Tjetje SH sejak 17 Juli 2021.
Editor: Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Yayasan Daya Besar Krematorium di Cilincing, Jakarta Utara, resmi berganti nama menjadi Krematorium Dr Aggi Tjetje SH sejak 17 Juli 2021.
Pergantian nama dilakukan manajemen Krematorium Cilincing untuk mengenang ketokohan, juga memperjuangkan visi-misi dari sosok Dr Aggi Tjetje SH, yang merupakan tokoh Buddhis nasional.
Kepala Manajemen dan Personalia Krematorium Dr Aggi Tjetje SH, Heru Prayitno awalnya menceritakan bahwa sosok Dr Aggi adalah pria kelahiran Balikpapan, Kalimantan Timur, 17 April 1950.
Baca juga: Hingga Sore Ini, Krematorium TPU Tegal Alur Sudah Kremasi 14 Jenazah Covid-19
Semasa hidup Dr Aggi dikenal sebagai pribadi yang kerap melakukan berbagai kegiatan sosial untuk umat Budha di seluruh Indonesia, juga untuk masyarakat umum.
"Semasa hidup beliau itu memang banyak bergerak di bidang sosial," ucap Heru kepada Tribunnews.com di Jakarta, Minggu (1/8/2021).
Heru juga mengungkapkan bahwa Dr Aggi pernah menerima penghargaan rekor muri atas 12 gelar akademis.
"Beliau dapat rekor muri atas 12 gelar akademis. Gelar-gelar beliau itu banyak, 12 itu ada sastra, hukum ada. Jadi dia secara umum bergerak di bidang sosial, dan ada 30 keahlian dari gelar-gelar yang beliau peroleh," kata Heru.
Perangi Kartel Kremasi yang Patok Harga Fantastis di Masa Pandemi
Dr Aggi merupakan kakak dari pengusaha Jusuf Hamka, yang belakangan terlibat dalam upaya melawan pelaku kartel kremasi yang mematok harga tinggi di masa pandemi Covid-19.
Sebagai informasi, saat kasus corona di Indonesia meledak beberapa pekan lalu, viral pemberitaan tentang pelayanan kremasi jenazah Covid-19 yang harganya fantastis.
Heru mengatakan, kondisi ini menjadi pemicu bagi Krematorium Dr Aggi Tjetje SH untuk menerapkan standar harga minimal dalam melakukan kremasi jenazah Covid-19.
Baca juga: DPRD DKI Minta Pemprov Tambah Fasilitas Kremasi Gratis
"Kemarin sebelum kita terima kremasi jenazah Covid-19, itu di luaran sudah berjalan kremasi-kremasi untuk jenazah Covid-19. Dari cerita-cerita dan berita-berita yang viral kemarin itu, kremasi jenazah Covid-19 dengan pembiayaan yang bengkak dan besar, itu jadi pemicu bagi kita pengurus Krematorium Dr Aggi Tjetje ini," ujar Heru.
"Pak Jusuf Hamka saat itu ajak kita berembuk untuk membuka pelayanan kremasi jenazah Covid-19 dengan standar (pembiayaan) minimal untuk membantu umat-umat kita yang sedang kesusahan dalam kremasi karena kasus Covid-19," sambung Heru.
Penerapan standar harga minimal untuk pelayanan kremasi jenazah Covid-19 itu terinspirasi dari kisah hidup Dr Aggi Tjetje.
Baca juga: Permintaan Kremasi Jenazah di Tegal Alur Sangat Tinggi
Heru menceritakan, Dr Aggi Tjetje, sebagai penganut agama Budha, sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
Dr Aggi, semasa hidupnya, juga merupakan pribadi yang sangat mengedepankan pelayanan keumatan, salah satunya berfokus dalam urusan kremasi.
"Itu awal kita melestarikan visi dan misi dari Pak Aggi Tjetje. Bahwa salah satu fungsi dari Krematorium Cilincing atau Yayasan Daya Besar, itu adalah melayani umat. Baik umat Budha, Hindu, Kristen, Katolik, semua yang mau melakukan kremasi di krematorium sini," ujar Heru.
"Dari situ kita abadikan nama beliau untuk menjadi sebutan Krematorium Cilincing, untuk menjadi Krematorium Dr Aggi Tjetje SH," sambung Heru.