Atal S Depari: 5G Terus Dibicarakan Oleh PWI Karena Dianggap Sangat Penting Bagi Awak Media
PWI Pusat gandeng Astra menggelar Safari Jurnalistik batch 3. Acara ini dibuka oleh Ketua Umum PWI Pusat Atal S. Depari.
Penulis: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PWI Pusat gandeng Astra menggelar Safari Jurnalistik batch 3. Acara ini dibuka oleh Ketua Umum PWI Pusat Atal S. Depari.
Para pembicara yang hadir di antaranya ialah Ketua KPI, Agung Suprio, Ketua ATVSI, Syafril Nasution, Ketua ATVLI, Bambang Santoso, dan Pengamat Televisi, Apni Jaya Putra dengan dimoderatori oleh Ahmed Kurnia, yang merupakan Direktur Sekolah Jurnalisme Indonesia.
Atal S Depari dalam sambutannya menjelaskan tema Safjur ialah Masa Depan Free to Air di Era Digital dan 5G.
Atal S Depari mengatakan bahwa 5G terus dibicarakan oleh PWI karena dianggap sangat penting bagi awak media.
Teknologi nirkabel 5G ini, lanjutnya merupakan generasi kelima yang akan sangat mengubah landscape digital ke depan.
“Ketika TV 60 tahun lalu televise tiba di rumah kita, konten disiarkan oleh sejumlah kecil stasiun tv yang mengontrol akses ke gelombang udara. Namun sekarang televiss berkembang pesat menjadi sangat luas dan beragam secara langsung maupun demand yang didukung teknologi broadband,” jelas Atal.
Atal menambahkan awak media harus bersiap memanfaatkan peluang yang ada melalui teknologi 5G. Sembari tetap mengupgrade diri untuk meraih kesempatan-kesempatan yang terbuka lebar kala inovasi 5G seperti migrasi Tv analog ke Tv digital pada 2022 telah dilakukan.
“Ini suka atau tidak suka kita telah masuk dunia digitalisasi, dengan hadirnya teknologi %G akan membuka banyak peluang sekaligus tantangan bagi wartawan dan masyarakat. Lahirnya banyak televise digital akan butuh banyak SDM kapabel dan kompeten lebih penting lagi media TV akan butuh konten unik dan spesifik yang menyasar wilayah dan komunitas tertentu. Maka siapapun yang mengedepankan keberagaman, lokalitas dan edukasi akan memenangkan persaingan ini. Program tersebut dibutuhkan pemirsa dan TV butuh mengisi slotnya masing-masing,” ungkap Atal S Depari.
Sementara itu, Ketua KPI Pusat, Agung Suprio mengatakan masyarakat termasuk awak media harus mulai bersiap dengan peralihan televise ke arah digital.
“Kami juga meminta masyarakat mulai memahami sistem siaran digital serta apa saja manfaat yang akan mereka peroleh,” tutur Ketua KPI Pusat, Agung Suprio,
Menurutnya migrasi TV ke digital menurutnya keniscayaan sehingga media televisi pun dipaksa untuk terus berinovasi.
“Milenial bahkan anak usia 11 tahun cenderung konsumsi konten melalui smartphone sudah jarang menonton TV dan nangis kalau handphonenya diambil. Mereka ingin mengendalikan konten melalui smartphone inilah perubahan perilaku yang membuat Tv free to air ditinggalkan oleh penontonnya walaupun secara subjektif kaum perempuan tetap suka nonton TV Free to air seperti sinetron,” ujar Agung.
Agung berpesan agar free to air digital di Indonesia segera bisa dinikmati secara gratis oleh masyarakat Indonesia seperti yang terjadi di Jerman. Sesuai tuntutan jaman.
“Ini demi menyesuaikan kebiasaan milenial melalui perubahan perilaku mereka seperti yang terjadi di Jerman,” jelasnya.