Dalam Sidang, Kombes Tubagus Beberkan Diterbitkannya Sprindik untuk Buntuti Rombongan Laskar FPI
(Ditreskrimum) memerintahkan 7 anggotanya untuk melakukan langkah-langkah surveilance atau pembuntutan untuk melakukan monitoring secara tertutup
Penulis: Ilham Rian Pratama
Editor: Johnson Simanjuntak

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Kriminal Umum (Dirkrimum) Polda Metro Jaya Kombes Pol Tubagus Ade Hidayat dihadirkan oleh jaksa penuntut umum (JPU) sebagai saksi dalam sidang lanjutan perkara dugaan pembunuhan di luar hukum alias unlawful killing, Selasa (9/11/2021).
Dalam persidangan yang digelar di ruang sidang utama Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan ini, Tubagus hadir secara langsung untuk bersaksi terhadap dua terdakwa yakni Briptu Fikri Ramadhan dan IPDA M. Yusmin Ohorella.
Berdasarkan dakwaan jaksa, perkara yang menewaskan enam anggota Laskar FPI ini bermula saat eks Pimpinan FPI Muhammad Rizieq Shihab yang berkali-kali mangkir dari panggilan Polda Metro Jaya atas kasus pelanggaran protokol kesehatan pada Desember lalu.
Kemudian pihak Polda Metro Jaya mendapatkan informasi dari media sosial kalau akan ada pengerahan massa pendukung Rizieq atau anggota Laskar FPI ke Mapolda Metro Jaya.
Atas hal itu, Polda Metro Jaya melalui Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) memerintahkan 7 anggotanya untuk melakukan langkah-langkah surveilance atau pembuntutan untuk melakukan monitoring secara tertutup.
Hal itu merujuk pada Surat Perintah Penyelidikan (Sprindik) Nomor: SP.Lidik/5626/XII/Ditreskrimum tertanggal 5 Desember 2020 yang di dalamnya juga tertuang Surat Perintah Tugas Nomor: SP.Gas 9769/12/2020/SubditIII/Resmob tertanggal 5 Desember 2020.
Beranjak ke persidangan, Tubagus yang dihadirkan sebagai saksi mengatakan, pihak kepolisian sebelumnya, telah memanggil Rizieq ke Polda Metro Jaya untuk diperiksa pada 1 Desember 2020. Hanya saja, eks Pentolan FPI itu tak hadir untuk memenuhi panggilan tersebut.

Menindaklanjuti hal tersebut, pihak kepolisian kata Tubagus kembali melayangkan panggilan kedua. Namun, Rizieq kembali tak penuhi panggilan.
"Pertama khusus MRS datang di tanggal 1 Desember oleh Subdit nama dan negara Kemudian MRS dkk tidak hadir, kalau panggilan pertama tidak hadir kami layangkan panggilan kedua. Baik pertama kedua tidak semudah yang dibayangkan," beber Tubagus dalam persidangan.
Merujuk informasi yang diterima pihaknya, Tubagus mengatakan, Rizieq dan pengikutnya akan datang ke Polda Metro Jaya pada tanggal 7 Desember 2020.
Informasi yang didapat itu juga menyebutkan jika rombongan FPI itu bakal membuat aksi "memutihkan" Polda Metro Jaya.
"Laporan yang diberikan bahwa MRS akan datang dan memutihkan Polda Metro Jaya. Memutihkan menggunakan baju putih, sumber lain bilang akan mengepung Polda Metro Jaya," katanya.
Dari informasi itu, Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya menerbitkan surat perintah penyelidikan. Hal itu dilakukan guna mengetahui rencana pengepungan rombongan FPI yang akan datang ke Polda Metro Jaya.
"Surat perintah penyelidikan untuk mengetahui kantong-kantong (massa FPI), mengetahui rencana pergerakan massa," ucap Tubagus.
Baca juga: Sidang Lanjutan Unlawful Killing, Jaksa Hadirkan Dirkrimum Polda Metro Jaya Kombes Tubagus Ade
Mendengar hal itu, jaksa lantas menanyakan terkait tugas Tubagus selaku Dirkrimum Polda Metro Jaya. Tubagus menjelaskan kalau tugasnya yakni menjalankan fungsi penyelidikan, pengawasan penyelidikan, hingga melakukan analisa pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan.
Jaksa lantas kembali menanyakan terkait analisis dari surat perintah penyelidikan yang dikeluarkan Tubagus untuk membuntuti massa dari FPI.
"Saat saudara menerbitkan surat perintah tugas dan surat perintah penyelidikan, kemudian tugas dan tanggung jawab memberikan pengawasan, yang surat anda terbitkan analisis seperti apa yang anda keluarkan?," tanya Jaksa.
Menjawab pertanyaan itu, Tubagus mengatakan, pihaknya menemukan suatu tindak pidana baru, yakni akan ada pengerahan massa dalam jumlah banyak ke Polda Metro Jaya.
Tubagus mengatakan, dari aksi itu dikhawatirkan akan menimbulkan tindak pidana yakni kerumunan massa, mengingat kala itu DKI Jakarta sedang menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) karena pandemi Covid-19.
"Kalau analisis, sebagaimana menemukan tindak pidana dalam rangka tindak pidana ada bahaya andai kata itu datang dalam jumlah masa yang banyak maka akan lahir tindak pidana baru kerumunan Sehingga perlu dilakukan kontrol monitoring masa yang akan datang," beber Tubagus.
Lantas, jaksa kembali bertanya pada Tubagus, kepada siapa perintah itu ditujukan, Tubagus menyebut kalau, sprindik itu diteruskan ke Subdit III Resmob Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya.
"Ke Kasubdit III Resmob Polda Metro Jaya dan anggota, anggotanya saya lupa bahwa perintah itu dibagi dalam pelaksanaan kantong-kantong masa terdiri dari setidaknya Petamburan, Bogor Megamendung, Sentul dan beberapa tempat lain saya lupa," kata dia.
"Artinya mereka disana untuk mengetahui masa datang tanggal 7 Desember 2020," tukasnya.
Diketahui, pada persidangan sebelumnya, Direktur Kriminal Umum (Dirkrimum) Polda Metro Jaya Kombes Pol Tubagus Ade Hidayat disebut menjadi pimpinan yang menugaskan anggotanya untuk mengikuti rombongan eks Pentolan FPI Muhammad Rizieq Shihab (MRS) dari Sentul.
Hal itu terungkap, dalam kesaksian Toni Suhendar yang dihadirkan jaksa penuntut umum (JPU) sebagai saksi dalam sidang lanjutan perkara yang menewaskan 6 anggota laskar FPI, Selasa (26/10/2021) lalu.
Toni sendiri merupakan anggota Subdit Resmob Ditreskrimum Polda Metro Jaya yang juga mendapat mandat untuk melakukan pembuntutan tersebut.
Kesaksian dari Toni terungkap, saat jaksa menanyakan kepada Toni terkait perintah untuk melakukan pembuntutan itu berdasar arahan siapa.
Toni menjawab, perintah itu datang dari pimpinan di Direktorat Kriminal Umum yakni Kombes Pol Tubagus Ade Hidayat.
"Kombes Tubagus Ade Hidayat, itu yang memperintahkan? Memperintahkan untuk penyidikan dan penyelidikan?" tanya jaksa dalam sidang.
"Iya (dia yang memperintahkan)," jawab Toni yang dihadirkan secara daring.
"Tubagus Ade Hidayat Dirkrimum Polda Metro Jaya?" cecer jaksa.
"Iya," jawab lagi Toni.
Diketahui, perintah itu tertuang dalam Surat Perintah Penyelidikan (Sprindik) Nomor : SP.Lidik/5626/XII/2020/Ditreskrimum tanggal 05 Desember 2020 perihal melakukan tindakan kepolisian dalam rangka penyelidikan berdasarkan informasi dari hasil Patroli Cyber tentang adanya rencana pergerakan jutaan massa PA212 yang akan menggeruduk Polda Metro Jaya dalam menanggapi Surat Panggilan ke-dua dari Penyidik Polda Metro Jaya kepada Moh. Rizieq Als Habib Muhammad Rizieq Shihab.
Lebih lanjut, Toni menyebut, terdapat 7 anggota kepolisian yang mendapat tugas untuk mengikuti rombongan Muhammad Rizieq Shihab tersebut.
"Ber 7, kami mengikuti rombongan, pakai tiga mobil," katanya.
Mengetahui hal itu, jaksa lantas menanyakan kepada Toni terkait kesiapan yang dilakukan timnya untuk mengikuti rombongan tersebut.
Kata dia, sehari sebelum melakukan pembuntutan tersebut, pihaknya melakukan perencanaan terlebih dahulu.
"Sebelum berangkat apa ada pengecekkan apa saja yang dibawa?" tanya jaksa.
"Masing-masing aja, persiapan masing-masing," kata Toni menjawab pertanyaan jaksa.
Adapun perlengkapan yang dibawa oleh masing-masing anggota pada saat itu kata Toni yakni smartphone dan senjata.
Senjata yang dibawa pun kata dia, merupakan senjata yang memang dipegang oleh masing-masing rekannya.
"Yang dibawa HP, mobil sama senjata api, masing-masing senjata api. Senjata pegangan, (memang) sudah lama pakai," bebernya.
Saat melakukan pembututan tersebut, Toni mengaku sempat terpisah dari rombongan.
Tak lama, dia menyebut ditelepon oleh Ipda Elwira Priadi --terdakwa yang sudah meninggal dunia-- untuk datang ke KM.50 Cikampek.
"Sekitar jam setengah 1 kurang. Bahwa kami disuruh merapat ke rest area KM.50, saya berangkat ke sana, tiba di rest area berenti di belakang mobil Chevrolet (mobil milik anggota Laskar FPI)," ujarnya.
Di lokasi, dirinya mengaku melihat ada 4 orang yang diketahui anggota eks Laskar FPI sedang tiarap dengan kondisi tangan tidak diborgol atau bahkan diikat.
"Waktu tempuh kurang lebih 1 jam, sampai sana di belakang mobil Chevrolet sudah ada orang yang tiarap 4 orang, yang tiarap orang lain bukan rekan," sambungnya.
Mendengar hal itu, Jaksa kembali melontarkan pertanyaan kepada Toni dengan menanyakan alasan tidak ada borgol saat melakukan pengamanan.
Lantas Toni menjelaskan, kalau pihaknya tidak membawa borgol saat itu karena bertugas hanya untuk mengamati.
"Karena untuk mengamati, jadi kita tidak membawa borgol," tukasnya.
Dakwaan Jaksa
Pada perkara ini, terdakwa Briptu Fikri Ramadhan dan IPDA M. Yusmin Ohorella didakwa telah melakukan penganiayaan yang membuat kematian secara sendiri atau bersama-sama terhadap 6 orang anggota eks Laskar FPI.
"Mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut serta melakukan, dengan sengaja merampas nyawa orang lain," kata jaksa dalam persidangan Senin (18/10/2021).
Atas hal itu, jaksa menyatakan, perbuatan para terdakwa merupakan tindak pidana sebagaimana diatur dan diancam dalam Pasal 338 KUHP jo Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP subsider Pasal 351 Ayat (3) KUHP jo Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP.