Harga Pangan Melejit, Pedagang Warteg Pilih Cari Telur Kecil Dibanding Naikkan Harga
Ketua Koperasi Warteg Nusantara (Kowantara) Mukroni berharap pemerintah bisa melakukan stabilisasi harga pangan.
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Para pedagang Warung Tegal alias Warteg terpaksa harus 'kreatif' untuk menyesuaikan harga pangan yang melejit beberapa waktu terakhir ini.
Ketua Koperasi Warteg Nusantara (Kowantara) Mukroni berharap pemerintah bisa melakukan stabilisasi harga pangan. Mukroni memperkirakan harga pangan akan naik-turun sampai pertengahan Januari.
Ia mencontohkan harga telur yang mulai turun. Sempat melambung tinggi, harga telur kini didapatinya sekira Rp 30 ribu per kilogram.
Baca juga: Harga Cabai - Telur Melonjak, DPRD DKI Minta Pemprov Genjot Stabilitas Harga di Pasar
"Kalau masih naik ini agak lama perkembangannya. Per tengahan Januari biasanya turun karena permintaan tidak banyak. Saat ini agak turun sedikit, misal telur dari Rp 32 ribu, sekarang Rp 30 ribu per kilogram. Normalnya kan' Rp 25 ribu per kilogram," ujarnya saat dihubungi Tribunnews, Jumat (7/1/2022).
Mukroni meminta agar pemerintah menjaga distribusi, dan petani-petani supaya digalakkan panen yang bagus. Sebab, ucap Mukroni, para pedagang Warteg mengalami dilematis. Di satu sisi tidak bisa menaikan harga, namun tetap berusaha untuk tidak mengecewakan para pelanggan.
Baca juga: Harga Minyak Goreng dan Telur di Pasar Gede Solo Belum Juga Turun
"Warteg tidak bisa naikkan harga karena daya beli belum pulih. Mobilitas sudah, tapi kalau kita naikan harga malah tambah simalakama atau bumerang. Nanti tidak ada yang beli," tutur Mukroni.
Menurut Mukroni, para pedagang Warteg kini harus menyiasati makanan dagangannya. Ia mencontohkan, jika biasa beli telur per kilogram dapat 16 butir, maka kini para pedagang mencari 20 butir per kilogram. Meski ukuran telurnya lebih kecil, tapi butir yang diperoleh lebih banyak.
"Untuk sementara kita subsidi telur misal kita beli tadinya 16 butir 1 kilogram, sekarang cari 20 yang agak kecilan. Terus kurangi cabai. Supaya pelanggan tidak syok. Sekarang persaingan ketat. Teman-teman kreatif sendiri supaya harga tidak dinaikan," tuturnya.
Baca juga: Harga Telur Tembus Rp 2000 Per-Butir, Penjual Kue dan Bakso Menjerit
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa sejumlah komoditas pangan menjadi kontributor terbesar inflasi pada Desember 2021. Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan cabai rawit memberi andil inflasi sebesar 0,11 persen, minyak goreng sebesar 0,8 persen, dan telur ayam ras sebesar 0,05 persen.