Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Bertahan Hidup Dekat Megahnya JIS, Harapan Keluarga Eti yang Tinggal di Pinggir di Rel Kereta Api

Eti (55) dan keluarganya tak pernah menyangka bakal hidup berdampingan dengan lintasan kereta api. 

Editor: Wahyu Aji
zoom-in Bertahan Hidup Dekat Megahnya JIS, Harapan Keluarga Eti yang Tinggal di Pinggir di Rel Kereta Api
Tribunnews.com/Lusius Genik Ndau Lendong
Penampakan rumah bedeng warga Kebon Bayam yang berjarak kurang dari satu meter dengan rel kereta api di kawasan Papanggo, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Total ada 26 KK yang membangun bedeng. Mereka tidak akan pindah sebelum mendapatkan kompensasi atas pembongkaran rumah tinggal demi pembangunan JIS, Senin (24/1/2022). 

Laporan wartawan tribunnews.com, Lusius Genik

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Eti (55) dan keluarganya tak pernah menyangka bakal hidup berdampingan dengan lintasan kereta api

Sudah lima bulan lebih Eti dan suaminya, Suprianto (54), serta anak-anak dan cucu-cucunya, bertahan hidup di sebuah rumah bedeng yang berjarak kurang dari satu meter dengan rel kereta api di kawasan Papanggo, Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Rumah tinggal Eti di Kampung Kebun Bayam, Papanggo, Tanjung Priok, dibongkar PT Jakarta Propertindo (Jakpro) pada 23 Agustus 2021 silam demi pembangunan stadion bertaraf FIFA, Jakarta International Stadium (JIS).

Kemegahan stadion berkapasitas 82 ribu penonton yang kelak jadi kandang klub sepakbola Persija Jakarta itu menyisakan cerita pahit bagi Eti dan keluarganya.

Pagi, siang, sore, malam, atau bahkan subuh tak bisa tidur. Suara bising kereta melintas selalu mengganggu ketenangan yang coba didapat Eti dan keluarganya untuk sekadar beristirahat.

Bukan saja bising, kereta yang melintas tak jarang membuat tanah pijak bedeng tempat tinggal Eti dan keluarganya bergetar keras.

Baca juga: Anies Pamer Kemegahan JIS di Makassar, Gembong Warsono: Banyak Korban Banjir Menderita 

Berita Rekomendasi

Mengeluh bagi Eti rasanya wajar. Tidak enak hidup berdampingan dengan lintasan kereta api.

Sekadar untuk mendapatkan air bersih layak konsumsi, Eti dan keluarganya harus menimba di sumur yang jaraknya lebih dari 1 km. 

Namun, meski harus berpeluh keringat untuk bertahan hidup, Eti mengaku belum akan pindah.

Dia dan keluarganya bakal terus tinggal di samping rel kereta api hingga mendapatkan kompensasi atas rumah tinggalnya yang sebelumnya dibongkar.

Baca juga: Nidji Diundang Check Sound di JIS, Wagub DKI Bilang Sikap Anies Mencontoh Jokowi

"Walaupun susah tidur, terganggu kereta, berpeluh keringat hidup di sini, sudah kita jalani saja. Saya minta tolong, tolong kasihani kami, supaya kami itu bisa diberi jalan untuk bisa mendapatkan jalan keluar dari sini. Kita itu bukan sendirian, saya punya anak, cucu," ucap Eti saat ditemui Tribunnews.com, Senin (24/1/2022).

"Tidak muluk-muluk permintaan kami, kami hanya minta sesuai perjanjian agar ada untuk saya keluarga menyambung hidup," sambung dia. 

Total ada 26 Kepala Keluarga (KK) warga Kebun Bayam yang kini membangun bedeng di sepanjang jalur rel kereta api yang sama dengan Eti dan keluarganya.

Baca juga: Anies Undang Nidji Chek Sound di JIS Tanpa Giring, Reaksi PSI: Pak Gubernur Ternyata Nidjiholic

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas