Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Bertahan Hidup Dekat Megahnya JIS, Harapan Keluarga Eti yang Tinggal di Pinggir di Rel Kereta Api

Eti (55) dan keluarganya tak pernah menyangka bakal hidup berdampingan dengan lintasan kereta api. 

Editor: Wahyu Aji
zoom-in Bertahan Hidup Dekat Megahnya JIS, Harapan Keluarga Eti yang Tinggal di Pinggir di Rel Kereta Api
Tribunnews.com/Lusius Genik Ndau Lendong
Penampakan rumah bedeng warga Kebon Bayam yang berjarak kurang dari satu meter dengan rel kereta api di kawasan Papanggo, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Total ada 26 KK yang membangun bedeng. Mereka tidak akan pindah sebelum mendapatkan kompensasi atas pembongkaran rumah tinggal demi pembangunan JIS, Senin (24/1/2022). 

26 KK ini urung memperoleh kompensasi karena PT Jakpro menilai bahwa mereka ini, selama ini, tinggal di Kebun Bayam secara ilegal.

Permasalah yang dihadapi Eti dan keluarganya adalah belum adanya titik temu antara warga Kebun Bayam yang membangun bedeng di samping rel kereta api dengan PT Jakpro terkait kompensasi. 

Padahal selama ini warga Kebun Bayam terus memohon belas kasih. 

"Yang 26 KK ini tidak dapat kompensasi, diklaim sebagai ilegal tinggal di sini. 26 KK ini akhirnya bikin bedeng di sepanjang rel ini," tutur Suprianto, suami Eti.

Penampakan rumah bedeng warga Kebon Bayam yang berjarak kurang dari satu meter dengan rel kereta api di kawasan Papanggo, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Total ada 26 KK yang membangun bedeng. Mereka tidak akan pindah sebelum mendapatkan kompensasi atas pembongkaran rumah tinggal demi pembangunan JIS, Senin (24/1/2022).
Penampakan rumah bedeng warga Kebon Bayam yang berjarak kurang dari satu meter dengan rel kereta api di kawasan Papanggo, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Total ada 26 KK yang membangun bedeng. Mereka tidak akan pindah sebelum mendapatkan kompensasi atas pembongkaran rumah tinggal demi pembangunan JIS, Senin (24/1/2022). (Tribunnews.com/Lucius Genik Ndau Lendong)

"Perundingan tidak pernah ada titik temunya antara kami. Padahal kita sudah mengeluh, sudah memohon belas kasih sama mereka, tapi belum juga ketemu titiknya. Belum ada kesepakatan kompensasi itu," sambung Suprianto. 

Belum adanya kompensasi atas penggusuran rumah tinggal ini melandasi aksi warga Kebun Bayam mendirikan bedeng di sepanjang jalur kereta api.

"Kami bertahan di samping rel ini karena belum mendapatkan kompensasi atas penggusuran. Akhirnya kita mendirikan bedeng ini sambil menunggu kompensasi itu keluar," ucap Suprianto.

Berita Rekomendasi

Suprianto berujar siap tinggal di bedeng samping rel kereta api ini selamanya. 

"Kalau bisa sambil menunggu duitnya (kompensasi), selamanya (tinggal di samping rel) gini tidak jadi masalah," pungkas Suprianto.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas