Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

15 Ribu Orang di DKI Meninggal Akibat Covid, 1.477 Karena Omicron hingga Pentingnya Vaksin Booster

15.031 orang meninggal di Jakarta akibat Covid-19, Dinkes  DKI ungkap penyebabnya hingga pentingnya vaksin booster bagi para lansia.

Penulis: Theresia Felisiani
zoom-in 15 Ribu Orang di DKI Meninggal Akibat Covid, 1.477 Karena Omicron hingga Pentingnya Vaksin Booster
Dok. Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistika DKI Jakarta
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saat mengunjungi pemakaman khusus Covid-19 di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Rorotan, Cilincing, Jakarta Utara. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Data dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta hingga 16 Maret 2022 kemarin mencatat 15.031 orang meninggal dunia di DKI Jakarta akibat terpapar Covid-19.

Sementara itu, khusus saat merebaknya varian Omicron ada 1.477 pasien yang meninggal dunia.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Dwi Oktavia mengatakan, angka kematian ini didominasi oleh kelompok umur di atas 60 tahun atau lansia.

Sementara itu, faktor lainnya ialah adanya penyakit penyerta atau komorbid.

Dinkes DKI juga berpesan pentingnya vaksin booster bagi lansia.

Petugas saat mengangkat peti jenazah pasien covid-19 di TPU Rorotan, Jakarta Utara, Jumat (4/2/2022). Kasus covid-19 kembali meningkat hingga menelan korban jiwa, menurut petugas pemakaman pada Jumat (4/2) terdapat 13 jenazah terkonfirmasi covid telah dimakamkan di TPU Rorotan. Tribunnews/Jeprima
Petugas saat mengangkat peti jenazah pasien covid-19 di TPU Rorotan, Jakarta Utara, Jumat (4/2/2022). Kasus covid-19 kembali meningkat hingga menelan korban jiwa, menurut petugas pemakaman pada Jumat (4/2) terdapat 13 jenazah terkonfirmasi covid telah dimakamkan di TPU Rorotan. Tribunnews/Jeprima (Tribunnews/JEPRIMA)

15 Ribu Orang di Jakarta Meninggal Karena Covid-19

Sebanyak 15.031 orang meninggal dunia di DKI Jakarta akibat terpapar Covid-19.

Berita Rekomendasi

Data ini diperoleh dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta hingga 16 Maret 2022 kemarin.

Dinkes DKI Ungkap 3 Faktor Penyebabnya

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Dwi Oktavia mengatakan, angka kematian ini didominasi oleh kelompok umur di atas 60 tahun atau lansia.

"Kelompok orang yang meninggal ternyata lebih tinggi persentasenya pada kelompok pasien lanjut usia," ucapnya saat dikonfirmasi, Kamis (17/3/2022).

Oleh karena itu, anak buah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan ini meminta para lansia untuk segera mendapatkan vaksin lengkap dan booster.

Dengan demikian diharapkan bisa mengurai risiko bila terpapar penyakit yang disebabkan virus corona ini.

"Mereka harus vaksinasi dan kalau memang sudah lengkap, harus booster juga, jangan nunda lagi," ujarnya.

Baca juga: Beraksi di Tengah Kemacetan, Bajing Loncat Rampas HP hingga Palak Sopir Truk di Cilincing

Baca juga: Reaksi Wagub Ariza saat Ditanya Kabar Mohamad Taufik Bakal Dicopot dari Kursi Wakil Ketua DPRD DKI 

Selain itu, faktor komorbid atau penyakit penyerta ternyata juga turut andil dalam terus meningkatnya angka kematian karena Covid-19 di ibu kota.

Ia menyebut, ada empat penyakit penyerta yang acap kali menyebabkan kondisi pasien Covid-19 drop.

"Dari riwayat orang yang meninggal, ternyata ada komorbid utama yang ditemukan, yaitu penyakit jantung, hipertensi, kencing manis, sama gagal ginjal," kata dia.

Sama seperti lansia, Dwi juga meminta masyarakat yang punya riwayat penyakit-penyakit tersebut untuk segera melengkapi vaksin yang mereka dapat.

Baca juga: Parade MotoGP Sukses Sihir Warga Jakarta, Ajang Formula E Bakal Ada Parade Kendaraan Listrik ?

Faktor terakhir yang menyebabkan persentase kematian karena Covid-19 mencapai 1,2 persen ialah soal vaksin.

Ia mencontohkan, pada periode 1 November 2021 sampai 16 Maret 2022 tercatat ada 1477 kasus meninggal karena pasien Covid-19.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 50 persen di antaranya ternyata belum mendapat vaksin atau baru menerima vaksin dosis pertama.

"Jadi tiga faktor ini, yaitu lansia, komorbid, dan vaksin harus diwaspadai untuk dikendalikan, supaya bisa mengurangi risiko covid berat," tuturnya

Keluarga menaburkan bunga dimakam keluarganya yang meninggal akibat  covid-19 di TPU Rorotan, Jakarta Utara, Jumat (4/2/2022). Kasus covid-19 kembali meningkat hingga menelan korban jiwa, menurut petugas pemakaman pada Jumat (4/2) terdapat 13 jenazah terkonfirmasi covid telah dimakamkan di TPU Rorotan. Tribunnews/Jeprima
Keluarga menaburkan bunga dimakam keluarganya yang meninggal akibat covid-19 di TPU Rorotan, Jakarta Utara, Jumat (4/2/2022). Kasus covid-19 kembali meningkat hingga menelan korban jiwa, menurut petugas pemakaman pada Jumat (4/2) terdapat 13 jenazah terkonfirmasi covid telah dimakamkan di TPU Rorotan. Tribunnews/Jeprima (Tribunnews/JEPRIMA)

Omicron Tewaskan 1.477 Pasien di DKI

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan DKI Dwi Oktavia mengatakan pihaknya mencatat terdapat 1.477 orang positif Covid-19 meninggal dunia saat munculnya varian Omicron periode 1 November 2021 hingga 16 Maret 2022.

Semuanya diduga meninggal karena varian Omicron.

Adapun sebanyak 44 persen di antaranya meninggal lantaran belum divaksinasi.

"Saya hanya ambil data dari 1 November sampai 16 Maret, jadi kira-kira yang periode Omicronlah. Itu kita analisis dari 1.477 kasus meninggal periode 1 November sampai 16 Maret, nah ternyata 50 persen itu belum vaksin atau vaksin baru satu dosis, jadi belum lengkap," ucap Dwi saat dihubungi, Kamis (17/3/2022).

Anak buah Anies Baswedan ini pun membeberkan bahwa dari 1.477 orang, 44 persen di antaranya sama sekali belum divaksin.

Lalu sebanyak 6 persen kasus meninggal baru divaksin sekali, 36 persen sudah mendapatkan dua kali vaksinasi, dan tiga persen yang sudah mendapatkan vaksin dosis ketiga atau booste, serta tidak terdata sebanyak 12 persen.

"44 persen belum vaksin, 6 persen baru dosis 1, 36 persen dosis dua, yang udah booster 3 persen, yang tidak ada data 12 persen," tambah dia.

Kasus meningkat lagi, TPU Rorotan mulai ramai kedatangan jenazah pasien Covid-19, Kamis (3/2/2022). 
Kasus meningkat lagi, TPU Rorotan mulai ramai kedatangan jenazah pasien Covid-19, Kamis (3/2/2022).  (TRIBUNJAKARTA.COM/GERALD LEONARDO AGUSTINO)

Perempuan yang karib disapa Lies ini juga mengatakan bahwa kasus meninggal dunia yang sudah divaksin lengkap mayoritas warga lanjut usia dan pasien dengan komorbid.

Beberapa penyakit komorbid di antaranya, penyakit jantung, hipertensi, kencing manis, paru-paru, dan gagal ginjal.

"Iya dari 1.477, tapi jangan salah nulis ya, jangan sampe orang kesannya sudah vaksin lengkap masih meninggal juga, kita mesti lihat faktor komorbidnya gitu tidak terkendali," ucapnya

Dirinya juga menuturkan apabila dilihat dari persentase, kelompok yang meninggal masih relatif rendah dibandingkan dengan kelompok pasien usia lanjut. Sehingga, ia mengingatkan masyarakat segera melakukan vaksinasi dosis ketiga atau booster vaksin.

"Harus booster kalau sudah bisa booster. Supaya mengurangi risiko karena memang ternyata keliatan risiko Covid-19 berat yang sampai meninggal itu ya tadi pada kelompok lansia, pada kelompok orang punya komorbid dan pada orang yang belum vaksin," ungkapnya

Dinkes DKI Ungkap Alasan Mengapa Perlu Melakukan Vaksinasi Booster

Masyarakat perlu mendapatkan vaksinasi Covid-19 dosis ketiga atau booster untuk meningkatkan kekebalan tubuhnya.

Masa kerja vaksin relatif terus menurun karena memiliki masa efektivitas.

Hal ini diungkap Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) di Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Dwi Oktavia.

"Dua tahun kita berusaha memahami perangai virus ini ya dan vaksinasi juga sudah jalan satu tahun. Kita lihat ada masa efektivitas, masa kerja vaksin yang relatif menurun setelah beberapa bulan vaksinasi. Sehingga ada kebijakan vaksin booster," ujar Dwi Oktavia kepada awak media, Kamis (17/3/2022).

Sentra vaksin booster.
Sentra vaksin booster. (Ist)

Hal ini pun menjadi tantangan tersendiri bagi herd immunity atau kekebalan tubuh.

Untuk menjaganya, anak buah Gubernur Anies ini perlu memantau cakupan vaksinasi yang telah diberikan kepada warga.

Tak hanya itu, pihaknya turut memantau tingkat kekebalan tubuh masyarakat setelah disuntikkan vaksin guna memutuskan kebijakan selanjutnya terkait vaksinasi.

"Tetapi lebih kepada melihat apakah tingkat kekebalan tubuh kepada orang-orang. Mayoritas itu tetap bertahan tinggi atau sudah mulai menurun. Sehingga ada kebijakan vaksinasi booster setelah periode waktu tertentu," kata dia.

"Itu yang terus kita menunggu nanti setelah ada vaksin booster (ketiga), apakah akan ada lagi booster berikutnya setelah periode tertentu atau tidak dalam rangka menjaga kekebalan antibody cukup tinggi. Sehingga mengurangi resiko sakit berat," tandasnya.

Deltacron Mulai Merebak di Eropa, Pemprov DKI Waspadai Potensi Penularan Varian Baru Covid-19

Pemprov DKI Jakarta mulai mewaspadai potensi penularan virus corona varian Deltacron yang belakangan mulai merebak di negara-negara eropa.

Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria pun mengaku sudah menginstruksikan jajarannya para Aparatur Sipil Negara (ASN) untuk tetap waspada dan memperketat pengawasan protokol kesehatan.

"Pasti kami di jajaran DKI harus lebih hati-hati, ASN di Jakarta harus menjadi contoh bagi masyarakat," ucapnya di Balai Kota, Senin (14/3/2022) malam.

Guna mengantisipasi penularan, evaluasi terhadap penerapan protokol kesehatan maupun pemantauan kondisi penyebaran Covid-19 terus dilakukan Pemprov DKI.

"Ya itu masih dievaluasi kita masih tunggu ya informasi tersebut," ujarnya.

Baca juga: Angka Kematian dan BOR Terus Turun, Wagub DKI Harap Minggu Depan Ibu Kota Turun Jadi PPKM Level 1

Walau demikian, belum ada aturan khusus yang dikeluarkan Pemprov DKI untuk mewaspadai penularan varian teranyar Covid-19 ini.

Ariza bilang, jajaran Pemprov DKI sampai saat ini masih menunggu arahan lebih lanjut dari pemerintah pusat melalui Satgas Covid-19 maupun Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI.

"Kami serahkan kepada Kemenkes, kami menunggu, kami tidak ingin mendahului semua terkait potensi adanya virus Deltacron dan sebagainya," tuturnya.

"Nanti pihak yang berwenang atau dalam hal ini Kemenkes yang akan memutuskan langkah yang harus diambil," tambahnya menjelaskan.

Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria.
Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria. (TribunJakarta.com/Dionisius Arya Bima Suci)

Dilansir dari Kompas.com, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengonfirmasi adanya hibrida atau kombinasi varian Delta dan Omicron yang dijuluki Deltacron.

Hal ini disampaikan oleh WHO dalam konferensi persnya pada Rabu (10/3/2022).

Pimpinan teknis Covid-19 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Maria Van Kerkhove mengatakan, konfirmasi adanya hibrida atau rekombinan varian Delta dan Omicron ini berdasarkan laporan dari para ilmuwan.

Maria mengatakan bahwa meskipun tingkat deteksinya masih sangat rendah, saat ini di banyak negara sedang mengawasi lebih lanjut terkait hibrida virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19, tepatnya rekombinan antara varian Delta dan Omicron.

Melansir Health (11/3/2022), sebuah organisasi ilmuwan di seluruh dunia yang berbagi data virus juga telah mengonfirmasi kemunculan Deltacron ini dan telah menyebar di sejumlah negara Eropa.

Hal ini juga telah dimuat di laman resmi Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID).

GISAID menegaskan, berdasarkan data yang dihimpun dan dilaporkan oleh Institut Pasteur Prancis, menjadi bukti yang cukup kuat untuk virus rekombinan antara Delta dan Omicron, dan diperkirakan sudah beredar sejak awal Januari 2022.

Baca juga: Epidemiolog Sebut Varian Deltacron Ancaman di Tengah Upaya Menuju Endemi 

Adapun, sejumlah negara yang diketahui telah mendeteksi kemunculan Deltacron ini adalah Prancis, Denmark, dan Belanda.

Selain itu, Jerman dan Amerika Serikat juga melaporkan penemuan rekombinan virus yang serupa.

Maria pun telah menegaskan hal ini melalui akun Twitter resminya, mengenai kemungkinan tentang rekombinan dari virus corona SARS-CoV-2 yang menjadi awal mula penyebab pandemi Covid-19 sejak 2 tahun lalu ini.

“Ini sudah bisa diduga, apalagi dengan sirkulasi (varian) Omicron dan Delta yang intens ini,” kata dia.

Apa itu Deltacron?

Deltacron adalah varian Covid-19 yang mengandung elemen Delta dan Omicron.

Dengan kata lain, Deltacron mengandung gen dari kedua varian tersebut dan menjadinnya apa yang dikenal sebagai virus rekombinan (hibrida).

“Rekombinan ini muncul ketika lebih dari satu varian menginfeksi dan bereplikasi pada orang yang sama, dalam sel yang sana,” kata Prof Lawrence Young, ahli virologi di University of Warwick dilansir dari The Guardian edisi 11 Maret 2022.

“Deltacron adalah produk varian Delta dan Omicron yang beredar di populasi yang sama,” tambahnya.

Baca juga: Deltacron Merambah di Eropa, Ahli Minta Waspada

Dr Etienne Simon Loriere dari Institut Pasteur pun menambahkan, kemunculan Deltacron ini memberikan peringatan bahwa mungkin ada beberapa virus rekombinan berbeda yang terbentuk dari Delta dan Omicron.

“Yang kita lihat di Prancis dan di Denmark atau Belanda, terlihat sangat mirip dan mungkin rekombinan yang sama (dengan virus induk yang sama) yang telah bepergian,” kata Simon.

Namun, hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa bisa saja rekombinan Delta-Omicron yang dilaporkan di negara-negera termasuk Inggris dan Amerika Serikat merupakan gabungan bagian berbeda dari virus induknya, dan itu akan memunculkan sesuatu yang berbeda dengan Deltacron yang terlihat di Prancis.

Artinya, masih banyak kemungkinan rekombinan ini terjadi dalam bentuk mutasi-mutasi lainnya lagi yang masih terus harus dipelajari oleh para ahli.

“Kami mungkin perlu mencari nama lain untuk menunjukkan rekombinan itu, atau mulai menambahkan nomor,” ujarnya. (tribun network/thf/TribunJakarta.com/Wartakotalive.com)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas