Kasus Pembacokan Seorang IRT di Ragunan Disebut Mirip Klitih, Kriminolog Beri Penjelasan
Ibu berinisial K (52) jadi korban pembacokan seorang pria bersepeda motor sekitar pukul 04.35 WIB saat hendak salat subuh di masjid.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fandi Permana
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ramai peristiwa 'klitih' di Yogyakarta disebut-sebut mulai marak pula di wilayah Jakarta usai peristiwa pembacokan seorang ibu di Jalan Harsono RM, Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan pada Kamis (7/4/2022) kemarin.
Ibu berinisial K (52) jadi korban pembacokan seorang pria bersepeda motor sekitar pukul 04.35 WIB saat hendak salat subuh di masjid.
Banyak yang menyebut jika K merupakan korban 'klitih' yang menyebabkan dirinya menderita luka di bagian pundak dan tangan akibat berusaha menangkis sabetan senjata tajam.
Kriminolog Universitas Indonesia (UI), Josias Simon menyoroti motif pelaku.
Ia melihat adanya motif ekonomi yang melandasi pelaku dalam melakukan aksi sadis yang berlangsung singkat.
"Yang saya lihat dari peristiwa ini, ini terjadi bukan karena motif ekonomi tetapi lebih ke eksistensi. Korban memang tidak atau sedang menggunakan barang berharga, beda lagi kalau pelaku beraksi karena bermotif ekonomi pasti dia incar korban yang memiliki barang berharga," kata Josias saat dihubungi Tribunnews.com, Jumat (8/4/2022).
Josias juga menyinggung istilah Klitih yang beberapa minggu ini santer terdengar di media sosial.
Menurutnya penanaman istilah tersebut lebih kepada lokasi kejadian di Jogja, sehingga sah-sah saja jika ada peristiwa serupa di Jakarta disebut juga Klitih.
"Istilah 'klitih' itu lebih kepada istilah yang memang tersemat di Jogja. Jika ada kejadian serupa di Jakarta, boleh saja masyarakat menyebut demikian. Tapi itu tidak jadi masalah, hanya selera penyebutan saja," imbuhnya.
Ia menuturkan juga fenomena 'klitih' ini sudah semestinya menjadi atensi bersama.
Ia menyebut masyarakat tak hanya bisa mengandalkan polisi sebagai penjaga keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas), tetapi harus dilakukan dengan bersinergi.
"Ini jadi perhatian dan fokus kita bersama ya. Artinya tidak bisa hanya mengandalkan polisi dalam hal ini, mesti ada sinergisitas antara polisi dengan pemerintah setempat. Itu bisa diwujudkan dengan patroli warga di mana polisi tidak bisa menjangkau di beberapa titik keamanan," papar dia.
Kasus pembacokan terhadap K kini dalam penyelidikan aparat kepolisian.
Baca juga: Soal Klitih di Jogja, Psikolog Forensik Singgung Peran Keluarga dan Sekolah Perlu Hadir