Akademisi UNJ dan Tokoh Lokal Kolaborasi Kenalkan Tradisi Palang Pintu ke Generasi Muda Pulau Tidung
Akademisi UNJ, Siti Gomo Attas bersama tokoh lokal berkolaborasi untuk memperkenalkan tradisi palang pintu ke generasimuda Pulau Tidung.
Penulis: Reza Deni
Editor: Whiesa Daniswara
Laporan Reporter Tribunnews.com, Reza Deni
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Akademisi Universitas Negeri Jakarta, Siti Gomo Attas menjelaskan soal pelatihan tradisi palang pintu bagi generasi muda di Pulau Tidung, Kepulauan Seribu.
Siti berharap pelatihan yang diketuai olehnya melalui Tim Pengabdian pada Masyarakat Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta (P2M FBS UNJ) ini, dapat mengembangkan revitalisasi dan pewarisan seni tradisi pantun dan Pencak Mandar.
"Pelatihan Tradisi palang pintu diselenggarakan dalam rangka membangkitkan kembali tradisi memantun dan bersilat di kalangan masyarakat Pulau Tidung, terutama anggota Sanggar Seribu Ceria Kelurahan Pulau Tidung," kata Siti dalam keterangan yang diterima, Jumat (26/8/2022).
"Pelatihan ini juga bertujuan mengembangkan tradisi Pencak Mandar yang menjadi tradisi bela diri yang banyak dipelajari oleh masyarakat Pulau Tidung," ujar dia
Sementara itu, tokoh masyarakat sekaligus Pendiri Sanggar Seribu Ceria Pulau Tidung, Masaupi berterima kasih kepada tim P2M FBS UNJ yang terus melakukan kajian dan pengembangan terhadap seni tradisi Pencak Mandar.
Baca juga: Indonesia Open Rampung Digelar, PB IPSI Yakin Kedepan Pencak Silat Dipertandingkan di Olimpiade
"Tradisi Pencak Mandar harus terus dikembangkan agar tradisi ini bisa terus hidup dan bertahan di generasi berikutnya," ujar dia
Dia bercerita bahwa Pencak Mandar sudah dipelajari oleh masyarakat Pulau Tidung sebagai tradisi bela diri yang dipelajari di sekolah sebagai muatan lokal dari SD-SMK.
"Namun sejak wabah Covid-19 melanda seluruh dunia, tak terkecuali masyarakat Pulau Tidung, tradisi ini sempat vakum."
"Maka sejak 2021 hingga sekarang tradisi Pencak Mandar dikembangkan kembali dalam sebuah pelatihan menuju pertunjukan Palang Pintu sebagai bentuk pewarisan yang dikemas dalam pelatihan pengembangan," katanya
Menurutnya, pengembangan Pencak Mandar dalam pertunjukan Palang Pintu adalah sebuah terobosan yang baik untuk pelestarian Pencak Mandar.
Baca juga: Turnamen Pencak Silat Indonesia Open Diagendakan PB IPSI Dua Tahun Sekali
"Namun perlu ditekankan meski Palang Pintu adalah sebuah pertunjukan, tidak berarti Pencak Mandar boleh dimainkan dengan serampangan dalam palang pintu oleh karena itu, perlu kehati-hatian dalam melatih Palang Pintu tetap terjaga pakem dari Pencak Mandar sendiri, terutama dalam jurus dan langkah yang dipilih untuk dimainkan di dalam pertunjukan Palang Pintu,” tambah Masaupi.
Dalam model pelatihan, Siti Gomo memformulasikan soal model pelatihan dengan memperhatikan atau menonton pertunjukan Palang Pintu.
"Kami juga memperhatikan pantun yang dituturkan pemain, lalu memeragakan silat mandar sebagai bentuk revitalisasi pewarisan dan kreatif dengan cara memodelkan, yaitu murid menonton, lalu mempraktekkan, selanjutnya mempertunjukan. Ketiga tahap pemodelan pewarisan tradisi ini dianggap efektif dalam proses pelatihan," katanya.
Selanjutnya, dikatakan Siti, fokus revitalisasi dan pewarisan terutama untuk belajar pantun dan gerakan silat yang memegang kendali dan berperan sebagai leader dalam Palang Pintu adalah pemain profesional.
"Termasuk dalam hal industri kreatif dikembangkan melalui penerapan aplikasi untuk sosialisasi dan pemasaran produk serta inovasi yang ditawarkan kepada masyarakat. Tidak ada pelatihan yang langsung mencapai target tapi ada proses penyerapan dan penghayatan terhadap sebuah tradisi yang sedang dipelajari," pungkasnya.