Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Resah karena Sampah, Lusi Ajarkan Ibu-ibu Buat Sabun dari Minyak Jelantah

Lusi Driyanti Budi warga desa Setiadarma, Tambun Selatan ini tergerak mengolahnya menjadi barang bernilai.

Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Wahyu Aji
zoom-in Resah karena Sampah, Lusi Ajarkan Ibu-ibu Buat Sabun dari Minyak Jelantah
Tribunnews.com/Rina Ayu
Lusi Driyanti Budi, warga desa Setiadarma, Tambun Selatan ini tergerak mengolah minyak jelantah menjadi barang bernilai melalui sabun Sebuka atau Selamatkan Bumi Kita. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Berawal dari keresahan melihat banyaknya sampah rumah tangga, Lusi Driyanti Budi warga desa Setiadarma, Tambun Selatan ini tergerak mengolahnya menjadi barang bernilai.

Ia memilih minyak jelantah untuk disulap menjadi sabun pembersih rumah tangga yang memiliki nilai ekonomis.

Bersama kader PKK di sekitar rumahnya, perempuan berkacamata ini terus membagikan ilmu pembuatan sabun yang dinamai Sebuka atau Selamatkan Bumi Kita.

"Saya mulai 2018 tapi kan masyarakat tidak serta mau cuman 5 orang yang mau bergabung saya ajarin," kata dia yang ditemui Tribunnews.com di kediamanya di Tambun Selatan, Senin (08/05/2023).

Lusi menceritakan, tak mudah untuk mengajak ibu-ibu rumah tangga berkarya dalam pembuatan sabun Sebuka.

Ia pun tak patah arang, hingga di tahun 2020, Lusi menyabet juara harapan 2 lomba perempuan inspiratif Kabupaten Bekasi.

Berita Rekomendasi

Penghargaan inilah yang mengantarkan Lusi dipercaya memberikan pelatihan di desa maupun kecamatan di kabupaten Bekasi.

"Kemudian menang lomba inspirasi. Setelah itu baru Desa sendiri mau mengundang saya untuk menjadi perhatian di desa Setiadarma. Sebelumnya enggak ada yang mau nganggap," tutur Lusi.

Ibu dari dua orang anak ini pun kemudian membentuk komunitas pembuatan limbah rumah tangga bersama ibu-ibu PKK desa Setiadarma.

Selain minyak jelantah, dikembangkan juga sampah kulit buah menjadi eco enzyme atau larutan multifungsi.

Serta sampah kertas semen yang diolah menjadi kipas dan payung sebagai souvenir.

"Saya kembangkan lagi di ecoprint karena saya belajar ecoprint, bagaimana sak semen dibuang-buang biasanya, saya coba bikin ecoprint kertas semen. Hasilnya jadi kipas, payung. Bisa untuk souvenir," terang perempuan lulusan teknik sipil ini.

Harapkan Warga Bisa Kurangi Sampah

Ia menyadari, mengajak warga untuk bisa mengolah limbah sampah tak mudah.

Namun sejak awal Lusi berniat apa yang dia lakukan dapat memberi manfaat untuk warga sekitar.

"Jadi saya lebih banyak untuk masyarakat saja dan saya kembangkan ini bagaimana bikin usaha untuk ibu-ibu. Kalau pribadi saya bisa tapi lebih untuk masyarakat kan banyak yang mau ngerjain apa tapi bingung," ungkap Lusi.

Kini banyak warga di sekitar rumahnya menjadi pemasok sampah seperti minyak jelantah dan kulit buah untuk diolah.

Di samping itu, kesadaran warga mulai timbul untuk memilah sampah.

Baca juga: Ide Usaha Mengolah Sampah Jadi Rupiah

"Memang susah untuk melakukan edukasi. Saya bilang yang paling mudah minyak jelantah jangan dibuang tapi dikumpulkan. Bisa bikin sabun atau dikumpulkan kemudian dijual menjadi biodiesel. Lumayan harganya 1 liter Rp 4.000 sampai Rp 5.000," tutur Lusi.

Beri Pelatihan hingga ke Bogor dan Bimbing Mahasiswa KKN

Lusi mengaku bersama komunitasnya juga disibukkan dengan sejumlah undangan pelatihan mengolah sampah.

Selain itu pihaknya menyambut baik kerja sama dengan Universitas perihal pengabdian masyarakat atau KKN masyarakat.

Namun sayangnya, respons baik tak selalu datang.

Ada beragam hambatan yang ia temui ketika memberikan pelatihan.

"Saya kasih semua bahannya. Saya cek lagi seminggu, belum ada. Padahal kita mau bantu bikin kemasan. Tapi kembali lagi masyarakat agak susah menggerakkan, lebih antusias ke materi (uang). Mereka kalau diminta bantu ini kalau enggak dapat langsung hasilnya enggak mau. Mereka enggak mau, ngapain keluar rumah kalau tidak ada (honornya)," ungkap dia.

Padahal harga sabun pembersih rumah tangga ini bisa dijual satuan seharga Rp 5 ribu.

Ke depan, Lusi berharap ada perhatian besar dari pemerintah daerah khususnya Kabupaten Bekasi maupun BRI.

Olahan minyak jelantah menjadi barang bernilai melalui sabun Sebuka atau Selamatkan Bumi Kita.
Olahan minyak jelantah menjadi barang bernilai melalui sabun Sebuka atau Selamatkan Bumi Kita. (Tribunnews.com/Rina Ayu)

Seperti bisa membantu menggencarkan promosi terkait hasil olahan sampah rumah tangga ini.

"Satu kantor cabang pembantu (BRI) bisa mengumpulkan kami UMKM di Tambun Selatan. kemudian ditanya apa yang diperlukan, apakah perlu pelatihan, apakah nanti hasilnya bisa untuk souvenir BRI juga," harap dia.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas