Keluarga yang Lompat dari Apartemen Sempat Tinggal di Solo, Tak Bekerja dan 2 Anaknya Putus Sekolah
Satu keluarga yang tewas setelah melompat dari apartemen di Penjaringan ternyata sempat tinggal di Kota Solo, dua anaknya sudah putus sekolah.
Penulis: Nanda Lusiana Saputri
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Satu keluarga yang tewas setelah melompat dari atap apartemen di Penjaringan, Jakarta Utara, ternyata sempat tinggal di Kota Solo, Jawa Tengah.
Saat mereka tinggal di Solo, sang suami EA (50) dan istrinya, AEL (52) tidak bekerja, melansir TribunJakarta.com.
Sementara itu, dua anak mereka JL (15) dan JW (13) juga tidak sekolah.
Padahal, sebelumnya, kedua bocah tersebut tercatat bersekolah di wilayah Jakarta Utara.
"Si anak juga kan sudah tidak terdaftar di sekolah dan sudah tidak melanjutkan."
"Satu tahun anaknya sudah nggak sekolah dua-duanya," kata Kapolres Metro Jakarta Utara, Kombes Gidion Arif Setyawan, Senin (18/3/2024).
Sementara itu, jauh sebelum tragedi satu keluarga itu melompat dari apartemen, EA dan AEL sempat memiliki bisnis kapal ikan.
"Dulu yang bersangkutan punya kapal ikan, saya kurang paham pemilik atau apanya," kata Kasat Reskrim Polres Jakarta Utara, AKBP Hady Siagian, Senin, dilansir Kompas.com.
Namun, usaha kapal ikan tersebut mengalami kebangkrutan saat pandemi Covid-19.
Sejak saat itu, kondisi perekonomian keluarga tersebut mulai berantakan.
"Tapi pas Covid usahanya ini bangkrut. Di situlah mulai yang bersangkutan ekonominya kacau," ungkap dia.
Baca juga: Aktivitas Satu Keluarga sebelum Lompat dari Apartemen: Istri Berdoa, Suami dan Anak Tunggu di Kursi
Bahkan ada isu korban terlilit pinjaman online (pinjol).
Terkait rumor tersebut, pihak kepolisian belum bisa memastikannya.
Pasalnya, ponsel milik korban rusak karena dibawa ketika melompat, sehingga polisi kesulitan untuk mencari data dari ponsel tersebut.
"Itu belum bisa saya jawab. Pinjolnya jenis pinjol apa, orang handphone-nya saja enggak bisa dibuka," jelas Hady.
Dikatakan Hady, yang tersisa hanya bagian sim card ponsel milik korban.
Namun, pihaknya masih merahasiakan terkait apa saja yang ditemukan di sim card tersebut.
Sebab, sampai saat ini, pihak kepolisian masih melakukan serangkaian penyelidikan.
"Karena mungkin ini rahasia penyelidikan. Kalau saya buka di sini nanti para pelaku ini jadi tahu," tandasnya.
Menutup Diri Sejak 2 Tahun Terakhir
Sementara itu, keempat korban diketahui telah menutup diri sejak dua tahun terakhir.
Mereka sudah tidak pernah lagi berkomunikasi dengan keluarga besar dan kerabat.
Hal ini diketahui setelah polisi memeriksa 12 orang saksi.
"Kalau latar belakangnya kita sudah melakukan pemeriksaan terhadap kurang lebih 12 orang ya."
"Memang ada handicap-nya, ada ketertutupan, atau bisa dibilang introvert ya antara empat sekeluarga ini dengan keluarga besarnya," ujar Kapolres Metro Jakarta Utara, Kombes Gidion Arif Setyawan, Selasa, dilansir TribunJakarta.com.
Pihak keluarga pun menyebut, mereka sudah dua tahun ini tidak berkomunikasi dengan para korban.
Pihak keluarga juga mengaku tak mendapat informasi terkait keberadaan korban menjelang waktu kematian.
"Ini sudah gak komunikasi ya, sudah nggak komunikasi lama."
"Sudah ada 2 tahun nggak komunikasi dengan keluarganya," ungkap Gidion.
Tak Ada Jejak
Di sisi lain, pihak kepolisian mengalami kesulitan dalam mengungkap kasus satu keluarga melompat dari atap apartemen di Penjaringan pada Sabtu (9/3/2024) lalu.
Menurut Gidion, tidak ada jejak digital yang ditinggalkan oleh keempat korban.
Polisi juga tidak menemukan jejak apapun dari beberapa tempat dan dari penelusuran barang bukti di lapangan.
Bahkan, dari ponsel keempat korban didapati hasil yang nihil karena seluruhnya rusak.
Demikian juga dari dalam tas mereka, tidak ditemukan barang bukti yang signifikan.
"Kasus yang biasa kita tangani itu selalu meninggalkan jejak, ada pesankah, ada komunikasi terakhirkah, ada jejak digital kah."
"Tapi pada kasus ini tidak, tas yang dibawa tidak didapati apapun," terang Gidion di Mapolres Metro Jakarta Utara, Senin.
Polisi juga tak menemukan barang bukti apapun dari hotel tempat para korban menginap sebelum tewas.
Sesaat sebelum kejadian, satu keluarga itu diketahui datang ke apartemen menggunakan taksi online.
Baca juga: Motif Keluarga Lompat dari Apartemen Belum Diketahui, Ada Fakta Baru Terungkap
Komunikasi mereka dengan pengemudi taksi pun berlangsung seperti sewajarnya.
"Kita tracking mulai dari dia nginap di hotel, di dalam mobil itu kan dia pakai Grab, bahkan komunikasi terakhir dengan Grab juga sangat natural," jelasnya.
DISCLAIMER: Berita atau artikel ini tidak bertujuan menginspirasi tindakan mengakhiri hidup.
Pembaca yang merasa memerlukan layanan konsultasi masalah kejiwaan, terlebih pernah terbersit keinginan melakukan percobaan mengakhiri hidup, jangan ragu bercerita, konsultasi atau memeriksakan diri ke psikiater di rumah sakit yang memiliki fasilitas layanan kesehatan jiwa.
Berbagai saluran telah tersedia bagi pembaca untuk menghindari tindakan mengakhiri hidup.
Kontak bantuan
Mengakhiri hidup bisa terjadi di saat seseorang mengalami depresi dan tak ada orang yang membantu.
Jika Anda memiliki permasalahan yang sama, jangan menyerah dan memutuskan mengakhiri hidup. Anda tidak sendiri.
Layanan konseling bisa menjadi pilihan Anda untuk meringankan keresahan yang ada.
Untuk mendapatkan layanan kesehatan jiwa atau untuk mendapatkan berbagai alternatif layanan konseling,
Anda bisa klik link berikut >> LINK
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Tak Ada Jejak Digital, Polisi Kesulitan Ungkap Kasus Satu Keluarga Tewas di Apartemen Penjaringan
(Tribunnews.com/Nanda Lusiana, TribunJakarta.com/Gerald Leonardo Agustino, Kompas.com/Shinta Dwi Ayu)