Peter Gontha : Pemerintah Kurang Memberikan Penghormatan kepada Korban Tragedi Kecelakaan di Subang
Peter membandingkan dengan tewasnya 5 pekerja karena menghirup gas hidrogen Sulfida di Italia yang membuat seluruh Eropa berkabung
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kecelakaan maut bus rombongan siswa SMK Lingga Kencana asal Depok di Subang, Jawa Barat, pada Sabtu (11/5/2024) malam, yang menewaskan 11 orang jadi sorotan politisi dan pengusaha nasional, Peter Gontha.
Ia melihat kurang adanya penghormatan dari pemerintah atas tragedi kecelakaan yang menewaskan pelajar SMK Lingga Kencana Depok.
Hal itu dikatakan Peter Gontha melalui akun Instagramnya, @petergontha.
Ia membandingkan dengan tewasnya 5 pekerja karena menghirup gas hidrogen Sulfida di Italia yang membuat seluruh Eropa berkabung.
"Seluruh Itali bahkan Eropa berkabung karena 5 orang pekerja meninggal karena menghirup gas hidrogen Sulfida.
Pemain Bola menheningkan cipta sebelum mulai bertanding," tulis Peter, Selasa (14/5/2024).
"Broo! Cuman lima orang dikit banget di Indonesia 11 pelajar meninggal gara gara bis wisatanya ugal ugal dan kecelakaan biasa aja. Nga ada yang berkabung Broo!!," kecam Peter.
Baca juga: Dioperasi Selama 20 Jam, 7 Korban Kecelakaan Bus di Subang Dirawat di ICU RS Universitas Indonesia
Menurut Peter lima pekerja meninggal pada Senin sore saat bekerja di saluran pembuangan yang terhubung ke instalasi pengolahan air di kota Casteldaccia dekat Palermo, Sisilia, menurut petugas pemadam kebakaran yang menemukan mayat-mayat tersebut.
Pekerja keenam terluka parah dan berada dalam perawatan intensif, kata pejabat setempat.
"Girolamo Bentivoglio, kepala petugas pemadam kebakaran di Palermo, mengatakan para pekerja menghirup hidrogen sulfida, gas yang sering terdapat di pabrik pengolahan limbah dan beracun dalam konsentrasi tinggi. Tingkat kematian di lokasi di mana para pekerja sangat tinggi, sehingga “kematian bisa terjadi seketika,” kata Bentivoglio dalam wawancara yang disiarkan televisi di RaiNews24, saluran berita nasional," tulis Peter.
Sebelumnya Peter Gontha menyampaikan pernyataan yang ditujukan ke Kapolri Jenderal Lisyto Sigit Prabowo dengan mengunggah foto bus yang kecelakaan maut di Subang.
"Status ini saya tunjukan pada KAPOLRI.
Saya kembali dari semarang melalui Jalan darat, saya lihat bis bis semua ugalan ugalan, bahkan ada berita mereka minum minuman keras dulu agar berani mengemudi balap balapan," kata Peter Gonta.
Peter menyatakan ini dilihatnya berkali-kali namun polisi lalu lintas tampaknya diam saja.
Peter mengatakan seharusnya ada polisi yang selalu memonitor laju bus di jalan raya dan menindaknya bila ugal-ugalan.
Mesin bus harus distel agar tidak bisa mengebut dan melaju hanya pada batas maksimal 65 km/jam.
"Saya sudah berkali menulis ini tapi DIRLANTAS hanya CUEK aja. Harusnya ada polisi jalan raya yang selalu memonitor dan pemilik bis bis diharuskan menjadi penanggung jawab, dan bis bis tersebut harus di stel mesinnya tidak boleh jalan kebih cepat dari 65km per jam," ujat Peter.
"Pak Kapolri bayangkan kalau yang menjadi korban adakah anak, istri atau keluarga Bapak. Kebayang nga? (Wartakota/Budi Sam Law Malau)
Artikel ini telah tayang di WartaKotalive.com dengan judul Peter Gontha Heran 5 Pekerja Tewas Hirup Gas Eropa Berkabung, di Indonesia 11 Siswa SMK Tewas Tidak