Ayah Eki, Pacar Vina Muncul ke Publik, Ungkap Selama 8 Tahun Tak Diam, Terus Berjuang Tangkap Pelaku
Ayah dari Muhammad Rizky Rudiana alias Eki pacar Vina, Iptu Rudiana buka suara terkait kasus pembunuhan yang menimpa Eki dan Vina pada 2016 lalu.
Penulis: Faryyanida Putwiliani
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Ayah dari Muhammad Rizky Rudiana alias Eki, Iptu Rudiana yang juga merupakan Kapolsek Kapetakan Polres Cirebon Kota akhirnya muncul ke publik untuk membahas kasus pembunuhan yang menimpa anaknya.
Diketahui Eki dan pacarnya Vina merupakan korban pembunuhan yang dilakukan oleh geng motor di Cirebon, Jawa Barat pada tahun 2016 silam.
Melalui akun Instagram pribadinya @rudianabison, Iptu Rudiana mengunggah sebuah video berisikan pesan terkait kasus pembunuhan yang menimpa Eki dan Vina.
Iptu Rudiana mengatakan, Eki adalah anak kandungnya yang meninggal karena menjadi korban pembuhan.
Kapolsek Kapetakan Polres Cirebon Kota itu menegaskan, selama delapan tahun ini ia tidak tinggal diam.
Ia terus bekerjasama dengan Reskrim untuk mencari para pelaku pembunuhan Eki.
Buktinya Iptu Rudiana berhasil mengamankan beberapa pelaku, dan sisanya masih ia perjuangkan untuk dilakukan penangkapan.
"Saya mohon kepada seluruh warga negara Indonesia, agar jangan membuat kami lebih sakit. Eki adalah anak kandung kami, yang mana menjadi korban daripada kelompok-kelompok yang kejam."
"Saya tidak diam, saya terus berupaya dan bekerja sama dengan Reskrim. Terbukti, beberapa kami amankan dan sisanya sedang kami perjuangkan untuk dilakukan pengungkapan," terang Iptu Rudiana.
Lebih lanjut Iptu Rudiana memohon doa agar para pelaku pembunuhan Eki bisa segera terungkap dan ditangkap.
Iptu Rudiana juga meminta agar tak ada lagi pihak-pihak yang berasumsi liar terkait kasus yang menimpa anaknya ini.
Baca juga: Profil Iptu Rudiana SH MH, Ayah Eky Pacar Vina, Jabat Kapolsek di Cirebon
Karena itu justru membuat keluarganya menjadi lebih sakit.
"Sekali lagi saya mohon doa, mudah-mudahan orang-orang yang telah mengambil nyawa anak saya bisa segera terungkap dan sekali lagi kepada seluruh warga negara Indonesia, agar jangan berasumsi atau memberikan statement yang mungkin lebih membuat kami sakit."
"Kami cukup yang mengalami. Selama delapan tahun saya berupaya untuk sabar."