Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kebingungan Keluarga Bos Aksesori Saat Kematian Asep: Istri Tidak Terlihat Sedih, Anak Senyum-senyum

Juhariah (45) istri korban berada di ruangan yang berbeda. Dia tidak terlihat di samping suaminya saat almarhum terbujur kaku di ruang tengah rumah me

Editor: Erik S
zoom-in Kebingungan Keluarga Bos Aksesori Saat Kematian Asep: Istri Tidak Terlihat Sedih, Anak Senyum-senyum
Wartakotalive.com
Seorang anak tega membunuh ayah kandungnya sendiri di wilayah Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi. Alasannya, karena kesal hubungannya dengan sang pacar tidak direstui ketika ingin menikah. - 

TRIBUNNEWS.COM, BEKASI-  Keluarga sempat bingung melihat tingkah istri dan anak korban pembunuhan berencana Asep Saepudin (45), Kamis (27/6/2024).

Ketika kedua adik korban, yakni Ade Mulyana (43) dan Ahmad Wahyudi (33) datang ke tempat kejadian perkara (TKP), Juhariah (45) istri korban berada di ruangan yang berbeda

Juhariah tidak berada di samping suaminya saat almarhum terbujur kaku di ruang tengah rumah mereka.

Baca juga: Kesaksian Adik Bos Aksesoris di Bekasi, Motif Pembunuhan Bukan Ekonomi, Korban Dibunuh saat Tidur

Ade hanya melihat anak pertama Asep dan Juhariah, Silvia Nur Alfiani (22), yang juga merupakan salah satu tersangka dalam kasus pembunuhan berencana.

“Saat itu, saya juga bingung, enggak ada istrinya, di ruang tengah itu enggak ada istrinya, anaknya ada. Silvia, hanya lihatin saja,” ujar Ade saat ditemui di RT 03/RW 04, Desa Taman Rahayu, Setu, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Rabu (24/7/2024).

Menurut Ade, Juhariah saat itu tidak menunjukkan wajah sedih.

“Istrinya berada di ruangan yang berbeda dan tidak seperti menampakkan orang sedih dan histeris, atau bagaimana, ya dia tenang saja,” lanjutnya.

Berita Rekomendasi

Bukan hanya itu, Ade juga melihat Silvia tidak memberikan reaksi kesedihan. Justru, Silvia sempat tersenyum saat Asep tergeletak di ruang tengah kediaman mereka.

“Saya melihat, 'kok (Silvia) ada senyum-senyum gitu'. Karena, saat orang lagi kayak begini (berduka), dia sempat ada senyum. Saya saja enggak bisa buat senyum di saat kami lagi berduka seperti itu,” ujar Ade.

Tak berselang lama, Yudi menarik Ade ke salah satu ruangan di dalam rumah tersebut. Yudi mendapatkan informasi bahwa telah terjadi cekcok antara Asep dan Juhariah sebelum korban meninggal dunia. Alhasil, Ade pun bertanya langsung kepada Silvia.

“'Iya, tadi mama berantem, aku lagi tidur, tahu-tahu sudah bunyi berisik atau apa. Aku samperin, tahu-tahu mama sama bapak lagi dorong-dorongan, terus bapak dicekik, bapak sempat gigit tangannya, akhirnya didorong dan kena lemari’,” kata Ade menirukan percakapannya dengan Silvia.

Mengingat suasana tengah berkabung dan sejumlah masyarakat berdagang ke TKP, Ade dan Yudi lebih memikirkan pemakaman kakak pertamanya ini.

Tidak tahu pelaku punya utang

Ahmad Wahyudi atau Yudi mengaku tidak tahu Juhariah  memiliki utang.

Diketahui, utang tersebut disebut menjadi penyebab Juhariah beserta anaknya, Silvia Nur (22), dan kekasih Silvia, Hagistko Pramada (22), nekat membunuh Asep.

"Kalau itu (utang) saya enggak tahu. Saya kalau tahu pasti saya ngobrol sama almarhum, saya kasih tahu baiknya bagaimana," kata Yudi, saat dikonfirmasi melalui telepon, Selasa (23/7/2024).

Yudi membantah bahwa pembunuhan terhadap sang kakak dilatarbelakangi motif ekonomi. Menurut Yudi, kehidupan keluarga sang kakak sangat berkecukupan.

"Rilis kemarin motifnya ekonomi. Enggak ada motif ekonomi, soalnya almarhum kerja bareng saya, karena uang (dari pelanggan) masuk ke saya baru transfer ke dia (korban), saya sangat tahu kondisi ekonomi dia," ujar Yudi.

Baca juga: Kronologi dan Motif Anak di Sleman Bunuh Ayah, Diduga Alami Gangguan Jiwa

"Di rumahnya sangat berkecukupan, ada AC (air conditioner), PS (Playstation), TV 60 inch ada dua atau tiga," tambahnya. Di lain sisi, Yudi mengaku pernah mendapatkan informasi soal Juhariah yang memotong gaji karyawan yang bekerja dengan Asep.

"Banyak cerita ke saya, kalau gaji (karyawan) Mas Asep sudah menitipkan Rp 4 juta sama Juju (istri korban). Sampai ke tukang kerja bukan Rp 4 juta, tetapi Rp 1,5 juta. Dibilang ini dipinjam dulu, nanti dibayar. Tapi bayarnya Rp 100.000, Rp 200.000," tutur Yudi.

Sempat belanja bareng

Pembunuhan berencana tersebut terjadi di Kampung Serang, Desa Taman Rahayu, Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, pada Kamis (27/6/2024) lalu. 

Padahal sehari sebelum dibunuh, Asep sempat mengajak istri dan anaknya makan dan berbelanja di mal. 

Ahmad Wahyudi adik kandung korban mengatakan, Juhariah dan Silvia Nur Alfiani bertingkah seperti biasa saja. 

"Semuanya biasa-biasa aja enggak ada masalah, malam sebelum kejadian juga mereka ke mal makan sama shopping," kata Yudi.

Baca juga: 5 Fakta Anak dan Istri Bunuh Suami di Bekasi: Masalah Utang hingga Restu Nikah Jadi Motif

Malam itu lanjut Yudi, korban bersama anak istrinya berangkat sehabis magrib ke mal menggunakan kendaraan pribadi. 

Sepulang dari mal, korban bermain bulutangkis bersama teman-temannya sehingga lelah dan terlelap. 

"Pulang dari mal dia main bulutangkis, pulangnya lelah kali ya terus tidur nah itu dieksekusi jam tiga atau setengah empat subuh," jelasnya. 

Pembunuhan berencana

Ketiga tersangka merencanakan aksi pembunuhan bos aksesori itu sejak Juni 2024.

Awalnya, minuman korban diberi cairan pembersih lantai, tapi upaya tersebut gagal.

Mereka kemudian menganiaya korban hingga tewas pada Kamis (27/6/2024) sekitar pukul 03.30 WIB.

Kapolres Metro Bekasi, Kombes Twedi Aditya Bennyahdi mengatakan Silvia Nur Alfiani emosi lantaran hubungannya tak direstui korban.

Sementara Juhariah juga kesal karena tak diberi uang untuk membayar utang.

"Motif dari keterangan, istri korban ini ada beberapa utang ke temen-temannya, korban tidak bersedia untuk melunasi. Dikasih nafkah juga menurut dia (pelaku) tidak cukup."

Baca juga: Pengusaha Aksesori di Bekasi Sempat Lolos dari 2 Kali Usaha Pembunuhan Istri, Anak dan Pacar Anaknya

"Kemudian kalau anaknya udah pacaran bertahun-tahun, tapi tak kunjung dikasih restu untuk menikah oleh korban," ujarnya, Senin (22/7/2024), dikutip dari TribunBekasi.com.

Mereka dua kali merencanakan aksi pembunuhan menggunakan racun tapi gagal.

Korban kemudian dibunuh dengan cara dicekik dan dibenturkan kepalanya.

"Istri dan anak korban dua kali sempat gagal melakukan percobaan pembunuhan dengan mencampur cairan pembersih lantai dengan minuman soda susu dan minuman jeruk," sambungnya.

Ketiga tersangka membuat skenario AS tewas karena sakit dan mengundang warga saat prosesi pemakaman.

Usai melakukan pembunuhan, tersangka Hagistiko Pramada mengajukan pinjaman online sebesar Rp 13 juta dan Rp 43 juta menggunakan handphone korban.

Setelah pinjaman cair, uang ditransfer ke rekening Silvia Nur Alfiani dan Hagistiko Pramada.

Akibat perbuatannya, para tersangka dijerat Pasal 44 Ayat 3 Jo Pasal 5 UU RI No. 23 Tahun 2004 tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Pasal 340 KUHP, Pasal 338 KUHP, dan Pasal 351 Ayat 3 Jo Pasal 55 dan 56 KUHP.

"Ancaman hukuman yang dihadapi termasuk hukuman mati, penjara seumur hidup, atau penjara hingga 20 tahun," jelasnya. (Kompas.com/Tribunnews/TribunJakarta) 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas