Jakarta Makin Polutif, Sekolah Ini Jadi Proyek Percontohan Udara Bersih di Lingkungan Belajar
upaya menciptakan Zona Udara Bersih) ini dijalankan di sepuluh kampusSIS di Indonesia untuk menjaga 4.500 siswa dapat mengakses ke udara sehat
Penulis: Choirul Arifin
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribunnews, Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kota Jakarta makin polutif belakangan ini seiring dengan makin bertambahnya populasi kendaraan bermotor dan pabrik di sekitar Jakarta. Kondisi udara dengan indikator PM2.5 di Jakarta saat ini adalah 21 (µg/m³).
Sementara, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan 15 µg/m³ sebagai konsentrasi ambang batas PM2.5 selama 24 jam rata-rata. Saat ini, konsentrasinya adalah 0.84 kali batas yang disarankan.
Mengatasi problem tersebut, dua sekolah di Jakarta, yakni Singapore Intercultural School (SIS) South Jakarta dan Kelapa Gading menjalankan program Zona Udara Bersih sekaligus untuk mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNSDGs) bekerja sama dengan Nafas Indonesia.
Aditya Shah, Managing Director SIS Group of Schools mengatakan, dalam upaya menjaga kualitas udara yang bersih pihaknya menekankan pentingnya pendekatan pendidikan yang komprehensif yang menghargai keberhasilan akademis dan kesejahteraan siswa.
Menurut dia, upaya tersebut membuahkan hasil. "Terjadi pengurangan signifikan dalam polusi udara, menciptakan lingkungan yang lebih baik untuk belajar dan kesejahteraan siswa secara keseluruhan," ujarnya dikutip Kamis, 25 Juli 2024.
Baca juga: Warga Jakarta Mulai Khawatir Polusi Udara dan Cuaca Tidak Menentu: Bikin Badan Sakit!
Dia menjelaskan, secara keseluruhan, upaya menciptakan Zona Udara Bersih) ini dijalankan di sepuluh kampus SIS di Indonesia untuk menjaga 4.500 siswa agar dapat mengakses ke udara yang lebih bersih dan sehat.
Aditya menambahkan, pemantauan kualitas udara yang berkelanjutan di jaringan sekolah SIS membantu menjaga atmosfer yang aman dan sehat bagi siswa dan staf.
"Pendekatan proaktif ini menangani kekhawatiran tentang dampak kualitas udara buruk terhadap kesehatan dan pembelajaran anak-anak, termasuk masalah seperti skor tes yang lebih rendah, masalah perkembangan kognitif, dan kondisi pernafasan," sebutnya.
CEO Nafas Indonesia, Nathan Roestandy bilang, kolaborasi yang dijalankan lembaganya dengan SIS untuk mendukung penyediaan kualitas udara dalam ruangan yang ditingkatkan dan memprioritaskan hidup sehat, terutama untuk siswa.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of
Follow our mission at sustainabilityimpactconsortium.asia