4 Pernyataan Untar soal Mahasiswi Lompat dari Lantai 6: Tak Ada Bullying, Sediakan Ruang Konseling
Berikut sejumlah pernyataan dari perwakilan Untar terkait mahasiswi yang lompat dari lantai 6.
Penulis: Nuryanti
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Mahasiswi Universitas Tarumanegara (Untar), Jakarta, berinisial E (18) melompat dari lantai 6 gedung kampus.
E ditemukan tewas di depan kampusnya pada Jumat (4/10/2024) malam.
Kanit Reskrim Polsek Grogol Petamburan, AKP Muhammad Aprino Tamara, mengatakan saksi sempat melihat korban berada di area lantai 4 sendirian.
"Kalau indikasinya sampai saat ini masih diselidiki karena kami sudah mengecek CCTV, seluruhnya dari mulai pagi sampai saat kejadian Magrib itu dia memang sendiri," ungkapnya kepada Wartakotalive.com, Sabtu (5/10/2024).
"Dan dari keterangan saksi pun yang melihat korban saat mau loncat itu, kan ada sekuriti di bawah juga melihat, kok ini di atas (korban)" jelasnya.
Lantas, apa penjelasan pihak Untar?
Berikut sejumlah pernyataan dari perwakilan Untar terkait mahasiswi yang lompat dari lantai 6 sebagaimana dirangkum Tribunnews.com:
1. Soal Jam Operasional Kampus
Mahasiswi Untar berinisial E tersebut tewas sekitar pukul 18.37 WIB.
Humas Untar, Paula Tjatoerwidya Anggarina, menyampaikan insiden itu terjadi saat perkuliahan selesai.
Ketika itu, kampus belum sepenuhnya steril lantaran masih ada mahasiswa yang berlalu lalang di sekitar kampus.
Baca juga: Sosok Mahasiswi Untar yang Tewas Lompat dari Gedung Kampus, Terkuak Aktivitas Terakhirnya
"Jadi, kami kelas sore itu sampai pukul 18.00 WIB."
"Jadi, ini memang pada saat bubaran kelas, kami sudah ada surat keputusan (SK) rektor yang menyatakan bahwa area kampus itu harus clear pukul 19.00 WIB, memang itu sudah ada," ujarnya kepada wartawan, Selasa (8/10/2024).
Sehingga, saat insiden terjadi, pihak kampus memang belum menutup operasionalnya.
"Jadi ya ini dikatakan kejadian yang di luar itu tidak ya."
"Ini karena memang masih di dalam kegiatan kampus gitu."
"Mahasiswa yang lagi bubaran kelas itu di jam-jam itu," papar Paula.
2. Tidak Ada Bullying
Paula mengungkapkan, korban adalah seorang mahasiswi yang baru menginjak semester 1.
Dengan demikian, adanya dugaan skripsi atau proposal ditolak, ia memastikan jika hal tersebut tidaklah berkaitan.
"Jadi, dia adalah mahasiswa baru, jadi angkatan 2024."
"Dan baru masuk kita di kuliah ini sekitar bulan Agustus pertengahan."
"Jadi, kurang lebihnya dua bulan lah ya," kata Paula saat ditemui di Untar, Senin (7/10/2024).
"Ini bukan mahasiswa yang sedang skripsi, bukan mahasiswa yang katanya skripsinya atau proposal skripsinya ditolak gitu. Itu yang perlu diluruskan," jelasnya.
Selain itu, Paula memastikan tidak ada bullying yang dilakukan sesama mahasiswa atau pihak kampus kepada korban E.
"Bisa dipastikan itu tidak terjadi, karena kami memang kalau pada saat penerimaan mahasiswa baru, itu tidak lagi istilahnya OSPEK gitu ya, tapi kita lebih ke pengenalan kampus," ujarnya.
"Dan materi-materi yang diberikan ini terkait dengan bela negara, terkait dengan masalah kesehatan mental dan yang lain-lain."
"Jadi, kegiatan-kegiatannya itu tidak seperti lalu-lalu gitu. Jadi, tidak ada yang istilahnya karena bullying dan sebagainya, itu tidak ada, dipastikan tidak ada," tegas dia.
3. Untar Sediakan Ruang Konseling Khusus
Untuk menekan kasus serupa terjadi, Untar menyediakan wadah konseling khusus untuk para mahasiswa dan dosen.
Paula menyampaikan, layanan tersebut memungkinkan seseorang curhat dan menyampaikan keluh kesahnya.
"Kami kan ada Fakultas Psikologi, jadi di kami itu ada istilah namanya LBKP (Lembaga Pembimbingan dan Konsultasi Psikologi), itu memang kami punya," ungkapnya, Selasa.
"Jadi, itu memang mahasiswa yang merasa ada problem (masalah) itu ada tempatnya lah, ada wadahnya," imbuhnya.
Paula menambahkan, tempat tersebut diisi oleh psikolog-psikolog andal yang seusai dengan bidangnya.
"Kami menyediakan wadahnya dan kami berupaya, dosen-dosen juga sudah (memahami) situasi generasi sekarang yang memang beda kali ya dengan zaman dulu," ujarnya.
"Jadi, pimpinan itu juga menganjurkan untuk mendengarkan juga dari pihak mahasiswa."
"Dan kalau memang ada yang butuhkan, itu bisa langsung berkonsultasi," lanjut dia.
4. Mahasiswa Untar Tabur Bunga di Lokasi
Pada Senin, mahasiswa Untar terlihat mengenakan pakaian serba hitam sebagai bentuk duka cita mendalam.
Mereka juga membawa setangkai bunga berbagai warna yang kemudian dibawa ke halaman di depan gedung M Untar, tempat korban E jatuh.
Para mahasiswa juga melakukan doa bersama sesuai kepercayaan masing-masing, tepat di titik jatuhnya korban E.
Menurut Paula, aksi berbaju hitam ini adalah kegiatan inisiatif dari mahasiswa Untar.
Pihak Untar juga berkoordinasi dengan kemahasiswaan untuk menangani mahasiswa dan organisasi seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM).
"BEM minta untuk mengenakan ini kalau dilihat dari postingannya itu ada di dua hari (berkabung)" jelas Paula.
Sebelumnya, pihak kepolisian menelusuri dugaan bullying terhadap mahasiswi Untar yang melompat itu.
"Kami masih membuka semua kemungkinan, termasuk bully juga," kata Kapolsek Grogol Petamburan, Kompol Reza Hafiz Gumilang, di Mapolsek Grogol Petamburan, Jakarta Barat, Senin.
"Makanya itu kami akan mencoba untuk lebih mendalami lagi pada hari ini kepada teman-teman maupun pihak kampus," jelasnya.
Namun, Reza memastikan tidak ada barang bawaan mencurigakan yang ditemukan polisi terkait korban, baik dari ponsel atau buku catatan harian.
"Kami sudah buka (barang bawaan korban) bersama dengan keluarga, dengan pihak kampus juga tidak ada yang mencurigakan," tambah Reza.
Meski begitu, pihaknya menemukan satu buku catatan kecil berisi sajak berbahasa mandarin.
Menurutnya, buku tersebut berisi curahan hati dan perasaan sedih terhadap kehidupan.
"Itu hanya sajak-sajak mengenai kehidupan. Ya tentang kehidupan yang mengarah-mengarah ke arah situ," katanya.
Namun, Reza menegaskan kepolisian belum bisa mengungkap dan menyimpulkan motif dari korban E yang mengakhiri hidup.
"Dari keterangan orang tua korban sendiri bahwa korban tidak menunjukkan gelagat ataupun tanda-tanda yang bersangkutan mengalami depresi atau tekanan-tekanan lainnya."
"Sehingga untuk mendalami motif nanti kami akan mencoba meminta keterangan dari pihak kampus maupun dari teman-teman korban," terang Reza.
Kontak bantuan
Bunuh diri bisa terjadi di saat seseorang mengalami depresi dan tak ada orang yang membantu.
Jika Anda memiliki permasalahan yang sama, jangan menyerah dan memutuskan mengakhiri hidup. Anda tidak sendiri.
Layanan konseling bisa menjadi pilihan Anda untuk meringankan keresahan yang ada.
Untuk mendapatkan layanan kesehatan jiwa atau untuk mendapatkan berbagai alternatif layanan konseling,
Anda bisa klik website ini >>> LINK
Sebagian artikel ini telah tayang di WartaKotalive.com dengan judul Mahasiswi Untar yang Loncat dari Lantai 4 Beraktivitas Normal, Kompol Reza: Sempat Nongkrong
(Tribunnews.com/Nuryanti) (Wartakotalive.com/Nuri Yatul Hikmah)