Pimpinan MPR Suarakan Empat Pilar di Talkshow Parenting
Geliat dan suara Sosialisasi Empat Pilar MPR bergema dimana-mana dan diberbagai elemen masyarakat dan diberbagai momen.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Geliat dan suara Sosialisasi Empat Pilar MPR bergema dimana-mana dan diberbagai elemen masyarakat dan diberbagai momen.
Salah satunya adalah momen Talkshow Parenting dengan tema ' Tentukan Sikap Kita Hadapi Penyimpangan Seksual ( LGBT ) yang diselenggarakan Rumah Keluarga Peduli dan Yayasan Dakwatuna Perduli yang diselenggarakan di Graha SMK 57, Jakarta, Minggu ( 20/3/2016 ) dan dihadiri ratusan orang tua sebagai peserta dengan narasumber dari kalangan psikolog keluarga
Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid yang dalam kesempatan itu didaulat menjadi keynote speech dan membuka acara mengungkapkan bahwa sejak ramai masalag LBGT diperbincangkan berbagai kalangan, kesadaran masyarakat soal bahaya pengaruh LGBT meningkat. Bahkan kesadaran masyarakat itu berimbas dengan dilarangnya tayangan televisi menampilkan gaya kebanci-bancian.
"Namun, dengan berbagai penolakan dari masyarakat kaum dan pendukung LGBT, upaya mereka dalam menyebarkan pengaruh LGBT tidak pernah berhenti, ini yang harus diwaspadai," katanya.
Contohnya, lanjut Hidayat, belum ini tersiar kabar digagalkannya rencana perkawinam antara laki-laki dengan laki-laki oleh polisi. Ada juga di daerah Jawa, oknum PNS ditangkap melakulan tindakan asusila dengan pasangan homoseksualnya dan masih banyak di daerah-daerah lainnya.
" Fenomena ini saya sampaikan kepada Presiden bahwa pengaruh negatif LGBT sudah sampai ke daerah-daerah terpencil, bagaimana dengan di kota-kota besar pengaruhnya tentu lebih dahsyat. Alhamdulillah Presiden menyetujui agar soal LGBT ini diselesaikan sesegera mungkn," ujarnya.
Pengaruh kejahatan LGBT. Ini sama merusaknya dengan kejahatan narkoba sehingga disamping ada darurat narkoba, ada juga darurat LGBT. Masalah negatifnya LGBT, lanjut Hidayat, sebenernya sudah sepakat semua agama, berbagai elemen masyarakt bahkan menyatakan bahwa LGBT adalah sesat dan menyimpang dan penyakit. Tinggal negara berperan dengan mengeluarkan UU keras terhadap LGBT.
"Alhamdulillah banyak parpol Islam seperti PKS, PAN, PKB, PPP satu suara.mendukung dikeluarkannya UU yang keras melarang LGBT," imbuhnya.
Indonesia juga sangat tegas berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, itu ada dalam sila pertama Pancasila, lalu ada UU Pasal 29 ayat 1 yakni negata berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam setiap agama yang ada di Indonesia terugama agama Islam tidak ada yang namanya LGBT, semua diciptakan berpasangan laki-laki dan wanita.
"Intinya LGBT adalah penyimpangan itu sangat jelas. Kita sebagai umat Islam harus menegakkan amar maruf nahi munkar. Tapi dalam pelaksanaan amar maruf harus maruf dan mencegah kemunkaran seperti LGBT tidak boleh dengan cara kekerasan. Agama kita tidak membolehkan itu," tegasnya.
Dalam dialog dengan Presiden Jokowi, Hidayat menyampaikan bahwa Russia negara komunis saja gerah dengan perilaku LGBT sehingga Presidennya mengeluarkan UU keras melarang LGBT di Russia. Russia saja bisa, semestinya Indonesia lebih.mampu dan lebih keras terhadap LGBT.
"Sekarang ada perang yang dilancarkan dengan biaya murah yakni perang asimetris. Perang bukan fisik tapi menanamkan pengaruh dengan maksud menghancurkan sendi-sendi moral warganya. Sehingga negara tersebut tidak lagi bermoral, tidak memiliki visi ke depan, nilai-nilai luhur hancur sehingga negara tersebut ambruk dengan sendirinya. LGBT adalah sarana perang asimetris itu," tandasnya.
Untuk itulah, lanjut Hidayat, MPR RI selama jni dengan kegiatan sosialisasi empat pilar MPR berusaha membendung perabg asimetris tersebut dengan menanamkan kembali pemahaman masyarakat Indonesia akan nilai-nilai luhur bangsanya.