Wakil Ketua MPR RI : Waspadai Kondisi Ekonomi Global yang Pengaruhi Ekonomi Dalam Negeri
Kondisi ekonomi global beragam mempengaruhi situasi dalam negeri. Untuk itu, Wakil Ketua MPR RI, Oesman Sapta, mengharapkan berbagai pihak mewaspadai.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kondisi ekonomi global yang beragam mempengaruhi situasi dalam negeri. Untuk itu, Wakil Ketua MPR RI, Oesman Sapta mengharapkan berbagai pihak mampu mewaspadai keadaan tersebut.
"Semua merasakan ada satu keresahan dalam menghadapi ekonomi global maupun ekonomi dalam negeri sendiri," kata Oesman Sapta, dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta.
Keresahan terhadap masalah ekonomi global tersebut juga telah dibahas melalui diskusi bersama Wakil Ketua MPR RI dengan para pendiri dan senior Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi), hari Sabtu lalu (04/06/2016).
Pertemuan itu merencanakan dan merumuskan konsep untuk mengatasi masalah perekonomian, serta berharap pemerintah bebas dari intervensi asing atau kelompok dalam negeri yang mempunyai hubungan dengan kekuatan asing.
Beragamnya kondisi perekonomian global dipaparkan oleh pendapat beberapa pejabat negara. Salah satunya, Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo.
Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo, mengatakan, kondisi ekonomi global pada akhir Mei 2016 ini mulai membaik, dan cukup meredakan tekanan terhadap negara berkembang, termasuk Republik Indonesia.
Menurut Agus, kondisi ekonomi global yang membaik dipicu oleh terangkatnya harga minyak dunia yang mempengaruhi produksi negara-negara produsen, setelah sempat anjlok tahun lalu. Pulihnya harga minyak dunia akan mendorong pemulihan ekonomi global.
Sementara itu, Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro, menyatakan realistis pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2016 hanya berada pada kisaran 5,1 hingga 5,2 persen atau lebih rendah dari perkiraan sebelumnya 5,3 persen.
"Pertumbuhan 5,1 persen hingga 5,2 persen oke, tapi pokoknya harus di atas lima persen," kata Bambang, seusai mengikuti rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR RI, di Jakarta, Senin (6/6).
Bambang mengakui perekonomian nasional pada triwulan I-2016 belum tumbuh sesuai harapan, karena hanya berada pada angka 4,92 persen. Namun ada peluang perekonomian akan tumbuh lebih baik pada triwulan berikutnya.
Selanjutnya, Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai tujuh persen pada 2018 dengan berbagai upaya dan kerja keras.
"Sekarang realisasi pertumbuhan ekonomi 4,9 persen padahal dari resource yang ada memungkinan bisa lebih tinggi dan berkualitas. Kami beri masukan kepada Presiden, 2018 bisa mencapai tujuh persen, tapi memang perlu kerja keras," kata Ketua KEIN Soetrisno Bachir dalam jumpa pers usai pertemuan KEIN dengan Presiden Jokowi di Jakarta, Selasa (7/6).
Menutup pertemuan tersebut, KEIN menyampaikan sejumlah langkah strategis yang harus ditempuh pemerintah untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tujuh persen, antara lain mendorong masuknya investasi asing yang mendorong perkembangan industri dalam negeri.