Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

MPR Ajak Pancasila Bukan Hanya Dihafal Tapi Dipraktikan

"Mari kita galakkan sosialisasi Empat Pilar bukan hanya oleh MPR tapi oleh kita semua agar Pancasila mewarnai perilaku hidup kita sehari-hari,"

Penulis: Adi Suhendi
zoom-in MPR Ajak Pancasila Bukan Hanya Dihafal Tapi Dipraktikan
Istimewa
Ketua MPR RI Zulkifli Hasan 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua MPR Zulkifli Hasan mengungkapkan Pancasila terancam lumpuh karena Pancasila dihafalkan tanpa dijadikan pedoman perilaku hidup sehari-hari.

Ketua MPR RI Zulkifli Hasan mengingatkan tantangan bangsa Indonesia untuk menjadikan Pancasila sebagai budaya dan perilaku hidup sehari-hari.

"Karena itu mari kita galakkan sosialisasi Empat Pilar bukan hanya oleh MPR tapi oleh kita semua agar Pancasila mewarnai perilaku hidup kita sehari-hari," kata Zulkifli Husai menyampaikan materi sosialisasi Empat Pilar MPR RI di Gedung Bale Racage, Cianjur, Jawa Barat, Minggu (19/6/2016)

Sosialisasi yang diikuti sekitar 200 peserta tersebut merupakan kerjasama MPR dengan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Cianjur.

Zulkifli Hasan memulai sosialisasi Empat Pilar MPR dengan mencocokan sebuah hasil survey media terkemua dengan bertanya ulang kepada peserta sosialisasi.

Ada empat pertanyaan survei yang ditanyakan Zulkifli kepada peserta sosialisasi.

"Apakah persatuan Indonesia semakin kuat atau semakin lemah?" tanya Zulkifli.

BERITA TERKAIT

"Siapa yang berpendapat makin kuat?" tanya Zulkifli Hasan kembali.

Tapi pertanyaan yang dilempar Ketua MPR tersebut tidak ada yang merespon.

Lantas ia pun melanjutkan pertanyaannya.

"Persatuan semakin lemah?" tanya Zulkifli.

Semua peserta angkat tangan.

Hasil itu cocok dengan survey, karena dari survey hanya 7 persen responden yang menjawab persatuan semakin kuat dan 93 persen menjawab persatuan semakin lemah.

Pertanyaan kedua, apakah semakin kuat atau semakin lemah perilaku musyawarah untuk mencapai mufakat.

Ketika ditanyakan ke peserta sosialisasi, sebagian besar menjawab semakin lemah.

Ini cocok dengan hasil survei, yaitu 1,6 persen responden yang menjawab musyawarah untuk mufakat semakin kuat dan 98,4 persen yang mengatakan Indonesia tidak menganut musyawarah lagi.

Pertanyaan berikutnya, apakah semakin kuat atau semakin lemah menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi.

Ketika ditanya kepada peserta sosialisasi, Zulkifli mendapat jawaban mayoritas menganggap semakin lemah menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau kelompok.

Itu sesuai dengan hasil survey, yaitu 5 persen yang menjawab semakin kuat dan 95 persen semakin lemah.

Artinya, saat ini orang memiliki ego yang tinggi karena menempatkan kepentingan pribadi atau golongan di atas kepentingan bangsa dan negara.

Pertanyaan terakhir yang ditanyakan kepada peserta sosialisasi adalah apakah semakin jauh atau semakin dekat dari sila kelima Pancasila.

"Semakin jauh," jawab peserta sosialisasi.

Hasil itu juga sesuai dengan survey.

Hanya 7 persen yang menjawab semakin dekat dan 93 persen menjawab semakin jauh.

"Sudah memadai atau belum peran negara (camat, Kapolres, Bupati, Gubernur, DPR, Presiden) untuk mewujudkan keadilan sosial?" tanya Zulkifli lagi.

"Belum...," peserta sosialisasi menjawab serentak.

"Dari data-data itu Pancasila terancam lumpuh. Pancasila dihafal tapi tidak dipraktikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara," kata Zulkifli.

Pancasila, lanjut Zulkifli Hasan, adalah perilaku yang disinari cahaya Ketuhanan.

"Setiap individu haruslah menjadi manusia yang disinari cahaya Illahi atau ketuhanan," katanya.

Bila disinari cahaya Illahi atau ketuhahan, tambah Zulkifli, maka perilakunya memanusiakan manusia, berperikemanusiaan dan beradab, tidak memecah belah, tidak menghasut, dan tidak menebar kebencian.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas