Diskusi Empat Pilar MPR, Gus Jazil: Indonesia Butuh Sosok yang Memancarkan Nilai-nilai Pancasila
Agar Pancasila bisa hidup di tengah masyarakat dan diamalkan, maka nilai-nilai yang ada perlu dipahami.
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM - "Memperkokoh Pancasila di Tengah Kehidupan Bermasyarakat" menurut Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid merupakan tema yang menarik. Hal demikian diungkapkan di awal diskusi Empat Pilar MPR yang digelar di Media Center, Gedung Nusantara III, Komplek Gedung MPR/DPR/DPD, Senayan, Jakarta.
Selain Jazilul Fawaid, hadir sebagai pembicara dalam kegiatan yang dihadiri oleh para wartawan itu, anggota MPR dari Kelompok DPD, Agustin Teras Narang dan Staf Khusus Dewan Pengarah BPIP Antonius Benny Susetyo.
Dikatakan oleh Jazilul Fawaid tema tentang Pancasila selalu hangat. sebab Pancasila adalah etika dan landasan segala kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
“Pancasila merupakan azimat yang ditemukan oleh para pendiri bangsa," tutur politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu.
Sila-sila yang ada dalam Pancasila merupakan satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan satu dengan yang lain. “Semua konsep Pancasila bisa masuk dalam sendi-sendi kehidupan”, tambahnya. Keberadaan Pancasila ditegaskan tidak perlu dipertentangkan dengan agama.
Pria asal Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur itu menyebut cita-cita Pancasila sangat ideal namun dirinya mengakui antara idealnya Pancasila dengan realita yang ada di masyarakat sering tidak nyambung. “Sering tidak nyambungnya antara cita-cita Pancasila dan realita yang ada," ungkapnya. Hal demikianlah yang disebutnya menjadi masalah.
Menurut alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) itu, agar Pancasila bisa hidup di tengah masyarakat atau diamalkan, maka nilai-nilai yang ada harus dipahami. Kiat untuk memahamkan dasar negara itu dikatakan ditempuh lewat pendidikan dan keteladanan.
Untuk mensosialisasikan Pancasila, Jazilul Fawaid mengatakan tidak cukup bila hanya dilakukan oleh MPR dan BPIP. “MPR dan BPIP mempunyai tugas untuk menguatkan Pancasila hidup di tengah masyarakat”," ujarnya.
Pun demikian agar Pancasila bisa menjadi gaya hidup dalam keseharian maka harus ada sosok yang bisa menunjukkan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. “Nah anak-anak milenial zaman sekarang butuh sosok seperti itu," tegasnya.
Pria yang akrab dipanggil Gus Jazil itu mengungkapkan prinsip perekonominan nasional adalah usaha yang disusun berdasarkan asas kekeluargaan.
“Nah apakah prinsip perekonomian yang berjalan sudah seperti yang demikian, sudah seperti nilai-nilai Pancasila?” ujarnya.
Ditegaskan bila prinsip-prinsip perekonomian sudah disusun secara kekeluargaan maka hal demikian sudah selaras dengan nilai-nilai Pancasila. “Bila tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, di sinilah salah satu dari contoh tidak nyambungnya antara cita-cita dan realita," paparnya. Dicontohkan lagi, banyak permusyarawatan yang praktiknya berbeda saat di lapangan.
Untuk itu Koordinator Nasional Nusantara Mengaji itu menegaskan perlu adanya role model yang bisa dijadikan acuan untuk menjadi contoh keteladanan “Keteladanan yang kita inginkan sampai saat ini belum berhasil kita temukan," ungkapnya.
Untuk itulah Gus Jazil ingin agar Pancasila menjadi ruh dalam segala sendi kehidupan bagi semua sehingga Pancasila bisa membumi. “Bila implementasi Pancasila belum terjadi maka masyarakat, anak-anak muda, akan semakin menjauh," ujarnya.
Teras Narang yang hadir dalam diskusi secara daring mengatakan semua warga negara harus memahami pentingnya Pancasila. “Ini pekerjaan yang tak boleh berhenti," tegasnya. Untuk memberi sosialisasi atau memahamkan nilai-nilai ini, menurut mantan Gubernur Kalimantan Tengah itu harus menyesuaikan dengan era yang ada. Unsur kebersamaan dikatakan harus selalu didengungkan.
Benny Susetyo menyebut seseorang itu mengamalkan nilai-nilai Pancasila bisa dilihat apakah dia dalam kehidupan mempunyai rasa ketuhanan, kemanusiaan, keadilan, dan persatuan. Bila nilai-nilai itu ada, maka seseorang itu mampu membuat tatanan hidup sesuai dengan apa yang kita inginkan.
Nilai-nilai yang demikian menurutnya ada pada sosok Wakil Presiden Mohammad Hatta. Hatta disebut merupakan sosok yang bisa dijadikan tauladan. “Elit politik memang harus memberikan contoh ketauladanan”, tegasnya. (*)