Pembekalan Wisuda Unsoed, Ma'ruf Cahyono: Biasakan Berpikir Kreatif, Inovatif, dan Suka Tantangan
“Wisudawan Unsoed sebentar lagi akan meninggalkan kampus tapi saya ingatkan jangan sampai lupa pada asal usulmu,” tutur Ma'ruf.
Editor: Content Writer
TRIBUNNEWS.COM - Sekretaris Jenderal (Sesjen) MPR Ma’ruf Cahyono merasa bangga ketika dirinya didaulat menjadi salah satu pembicara dalam pembekalan bagi calon wisudawan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Purwokerto, Jawa Tengah, Periode Desember 2021.
Pembekalan melalui zoom yang digelar oleh ‘Soedirman Career Center’, 9 Desember 2021, 09.00-12.00 WIB, itu bertema ‘Strategi Menjadi Lulusan yang “Agile” dan “Berdaya Saing” Menuju Era Society 5.0’.
Zoom yang dimoderatori oleh Dosen Teknik Informatika Unsoed, Nur Chasanah, M.Kom., itu selain menghadirkan Ma’ruf Cahyono juga mengundang Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Unsoed Dr. Kuat Puji SH. MHum; Ketua Soedirman Career Center Dr. Santi Dwi Astuti STP., M.Si; Dosen Teknik Sipil Unsoed dan Kandidat Ph.D National Cheng Kung University, Taiwan., Yanuar Haryanto ST., M.Eng; dan Co-Founder & CEO Innocircle Initiative Incubator Startup Coop, Anis Saadah S.Sos.
“Saya merasa tersanjung dan bangga menjadi narasumber dalam zoom ini,” ungkap Ma’ruf Cahyono.
“Kebangaan tersendiri karena saya juga alumni Unsoed,” tambah alumni Fakultas Hukum Unsoed itu. Menurut pria kelahiran Banyumas, Jawa Tengah, itu kampus Unsoed merupakan bagian perjalanan dari hidupnya. Dikatakan banyak kenangan suka dan duka selama dirinya menimba ilmu di kampus yang berada di Purwokerto itu.
Pria yang juga menjadi Pengurus Pusat Keluarga Alumni Unsoed itu menyatakan kecintaannya kepada Unsoed tak lekang oleh waktu. Untuk itu dirinya menyatakan bangga ketika dijadikan narasumber.
“Wisudawan Unsoed sebentar lagi akan meninggalkan kampus tapi saya ingatkan jangan sampai lupa pada asal usulmu,” tuturnya.
Dalam pemaparan, pria yang pernah menjadi Plt Sekretaris Jenderal DPD pada tahun 2017 -2018 itu mengatakan, jika manusia melakukan perubahan, itu berarti bahwa manusia yang bersangkutan menjadikan keadaan lain dari pada semula, keadaan atau hal harus menjadi lebih baik.
“Perubahan harus menjadikan keadaan atau hal lebih baik,” ujarnya.
Sesjen MPR termuda ini mendorong agar kita menjadi orang yang lebih nyaman dengan perubahan, terbiasa memikirkan sesuatu yang belum pernah dipikirkan, kreatif dan inovatif, lebih menyukai apa yang belum pernah diketahui dari pada yang sudah diketahui.
Perubahan dapat berlangsung secara reaktif, aktif, dan/atau proaktif. Dari sinilah sosok yang masuk dalam 100 tokoh yang berpengaruh di Jawa Tengah ini mendorong semua agar menjadi agen perubahan yang mampu dan sanggup mentransformasi sumber daya yang ada di sekitarnya untuk memperoleh nilai tambah yang menguntungkan, baik secara ekonomi maupun agroekonomi, pribadi maupun sosial.
Society 5.0 menurutnya digagas oleh Jepang. Dikatakan konsep ini memungkinkan kita menggunakan ilmu pengetahuan yang berbasis modern seperti AI, robot, Iot, untuk kebutuhan manusia dengan tujuan agar manusia dapat hidup dengan nyaman.
Ma'ruf membandingkan jika revolusi 4.0 menggunakan AI, dan kecerdasan buatan sebagai komponen utamanya maka Society 5.0 menggunakan teknologi modern hanya saja mengandalkan manusia sebagai komponen utamanya.
Lebih lanjut dikatakan, dalam Society 5.0 di mana komponen utamanya adalah manusia yang mampu menciptakan nilai baru melalui perkembangan teknologi dapat meminimalisir adanya kesenjangan pada manusia dan masalah ekonomi dikemudian hari.
Kepada wisudawan, pria yang menjadi dosen di Magister Hukum Unsoed, Universitas Pancasila, dan STIH IBLAM Jakarta itu mengingatkan agar mereka memiliki kemampuan 6 Literasi Dasar, yakni numerasi, sains, informasi, finansial, budaya, dan kewarganegaraan.
“Serta mampu berpikir kritis, bernalar, kretatif, berkomunikasi, kolaborasi serta memiliki kemampuan problem solving,” ujarnya. Sebagai warga negara, Ma’ruf Cahyono secara tegas juga mengatakan, “dan yang terpenting memiliki perilaku, karakter, yang mencerminkan nilai Pancasila, kepedulian sosial dan budaya”.