Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mahasiswa Malaysia di Jambi Merasa Tenang dan Nyaman

Mahasiswa asal Malaysia yang kuliah di Jambi, tetap menganggap Jambi daerah tenang dan nyaman untuk belajar.

Editor: Juang Naibaho
zoom-in Mahasiswa Malaysia di Jambi Merasa Tenang dan Nyaman
TRIBUNNEWS.COM/DANY PERMANA
Massa Benteng Demokrasi Rakyat (Bendera) menggelar aksi unjuk rasa di depan Kedutaan Besar malaysia, di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (23/8/2010). Massa yang membawa kado kotoran manusia, menentang aksi arogansi Malaysia terhadap kedaulatan Indonesia, dan mengkritik langkah-langkah Pemerintah yang dinilai terlalu lunak. 
Laporan Wartawan Tribun Jambi, Duanto A Sudrajat

TRIBUNNEWS.COM, JAMBI - Konflik Indonesia-Malaysia ternyata tidak berpengaruh pada mahasiswa negara tetangga dalam menjalani studi di Provinsi Jambi. Mahasiswa asal Malaysia yang kuliah di Jambi, tetap menganggap Jambi daerah tenang dan nyaman untuk belajar.

Kenyamanan dan ketenangan dalam menjalani studi dapat dilihat dari hubungan baik yang terus terjaga antara mahasiswa negeri Jiran dengan akademisi, tempat tinggal dan pemerintah mereka sendiri. "Hal ini (konflik) tidak memberi kesan (dampak) kita studi di fakultas (kuliah)," kata Ahmed Rozelan Syah, seorang mahasiswa asal Malaysia, Selasa (31/8/2010).

Bersamanya saat ini sekitar lima puluh mahasiswa Malaysia yang menjalani studi di Institut Agama Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi, masih bisa melakukan studi dengan tenang. Tidak ada niat dari mereka untuk meninggalkan bangku kuliah terkait masalah konflik di perbatasan yang akhir-akhir ini semakin memanas.

"Belum terpikirkan kami untuk balik, pengalaman kita selama disini baik-baik saja. Kami mahasiswa Malaysia tidak ada merasa kesan (dampak) di Jambi," katanya.

Ia mengatakan, selama konflik dua negara ini semakin tinggi suhunya, sosialisasi dengan masyarakat tempat tinggalnya tidak masalah. Walaupun terkadang ditanya mengenai masalah tersebut mahasiswa ini menjawab dengan tenang tanpa bermaksud menimbulkan perasaan saling tidak enak.

Sebagai mahasiswa, wajar kalau muncul pertanyaan dari teman-teman kampus mengenai konflik, namun tidak ada pertanyaan yang sifatnya menyudutkan atau memancing. "Teman-teman pernah tanya mengapa, kami jelaskan tentunya," ujar Rozelan.

Gurauan-gurauan mengenai sengketa perbatasan terkadang dilontarkan teman kuliah mereka. "Hai kamu jangan mencuri motor seperti negaramu mencuri pulau," ujar Rozelan menirukan teman-teman kuliah saat bercanda.

Berita Rekomendasi

Menurutnya, dari semua masalah yang terjadi antara dua negara, masalah Manohara-lah yang mendapat sorotan karena secara langsung berkaitan dengan mata kuliah di kampus, semisal hukum pernikahan.

Sebagai mahasiswa yang belajar bukan di negaranya, mereka tidak diperbolehkan melakukan aktivitas atau hal yang masuk dalam ranah politik. Pemerintah Malaysia, menurut Rozelan menetapkan sanksi yang tegas apabila didapati mahasiswa terlibat dalam aktivitas politik. "Sanksinya ada kena tarik ke negara kami," paparnya.

Oleh Pemerintah Malaysia, dikatakan Rozelan apabila diketahui terdapat mahasiswa yang masuk ranah politik sekalipun kebijakan kampus, maka bisa jadi mereka ditarik beasiswanya dan dikembalikan ke negara asal.

Namun ketika diminta tanggapan Tribun mengenai konflik perbatasan dan barter nelayan Malaysia dengan petugas kelautan Indonesia, sebagai rakyat mahasiswa semester lima Fakultas Syariah ini menjawab kalau harus diselesaikan secara hukum.

Saat liburan semester sekarang ini, hampir semua mahasiswa negeri Jiran yang studi di IAIN Jambi kembali ke negara. Sampai dengan kemarin hanya terdapat empat orang yang masih tinggal di seputaran Perpustakaan Wilayah Kota Jambi, dan Rozelan sendiri tinggal di Mess Pelajar Malaysia.(*)

Sumber: Tribun Jambi
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas