Lebaran Bentuk Akulturasi Budaya Jawa dan Islam
Hari Kemenangan Umat Islam sebentar lagi datang dalam hitungan jari.
Penulis: Adi Suhendi
Editor: Iswidodo
Selanjutnya kata ‘lebar’ diserap ke dalam Bahasa Indonesia dengan akhiran ‘an’, sehingga menjadi istilah umum yang kita kenal sekarang yaitu ‘lebaran’. Artinya kurang lebih perayaan secara bersama dengan handai taulan setelah selesai menjalankan ibadah puasa.
Budaya sungkem
Dalam budaya Jawa, seseorang ‘sungkem’ kepada orang yang lebih tua merupakan suatu perbuatan yang terpuji. Sungkem bukannya simbol kerendahan derajat, melainkan justru menunjukkan perilaku utama. Tujuan sungkem adalah sebagai lambang penghormatan, dan sebagai permohonan maaf.
Para ulama di Jawa tampaknya ingin benar mewujudkan tujuan puasa Ramadhan. Selain untuk meningkatkan iman dan takwa, juga mengharapkan agar dosa-dosanya di waktu yang lampau diampuni oleh Allah SWT.
Seseorang yang merasa berdosa kepada Allah SWT bisa langsung mohon pengampunan kepada-Nya. Tetapi, apakah semua dosanya bisa terhapus jika seseorang masih bersalah kepada orang lain dan orang tersebut belum minta maaf?
Nah, di sinilah para ulama mempunyai ide, bahwa di hari Lebaran itu antara seorang dengan yang lain perlu saling memaafkan kesalahan masing-masing, yang kemudian dilaksanakan secara kolektif dalam bentuk halal bihalal. Jadi, disebut hari Lebaran, karena puasa telah lebar atau selesai, dan dosa-dosanya telah lebur atau terhapus.
Dari uraian di muka dapat dimengerti, bahwa tradisi Lebaran berikut halal bihalal merupakan perpaduan antara unsur budaya Jawa dan budaya Islam. (berbagai sumber)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.