BJ Habibie Pidato, Presiden SBY Sibuk Mencatat
TRIBUNNEWS.COM - Dari kejauhan, Presiden SBY terlihat sibuk mencatat di saat Presiden ke tiga BJ Habibie berpidato.
Penulis: Rachmat Hidayat
Editor: Yudie Thirzano
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - DARI kejauhan, putra sulung Bung Karno, Guntur Soekarnoputra terlihat sudah makin uzur. Meski begitu, Guntur yang hadir menjadi tamu pada Peringatan Pidato Bung Karno 1 Juni, dengan mimik serius memperhatikan, coba memknai, kata demi kata yang dirangkai oleh Presiden ke tiga, BJ Habibie.
Guntur adalah salah satu dari sekian tamu yang hadir di Gedung Nusantara IV MPR/DPR. Seluruh tamu negara hadir pada acara ini. Presiden SBY, terlihat duduk disamping Ketua MPR, Taufik Kiemas. Presiden SBY terlihat sibuk mencatat di saat Presiden ke tiga BJ Habibie berpidato.
Sementara Presiden ke lima, Megawati Soekarnoputri, duduk di samping mantan Wakil Presiden Try Soetrisno. Mantan Wapres Hamzah Haz, dan Jusuf Kalla juga hadir.
Dalam pidatonya, BJ Habibie mencoba mengingatkan, Pancasila bukanlah milik sebuah rezim. Pancasila yang didengungkan sang Proklamator, Bung Karno, adalah milik bangsa Indonesia, yang selalu mengirngi berakhirnya sebuah rezim yang berkuasa di negeri ini.
"Dalam perjalanannya, Pancasila selalu mendapat batu ujian. Di era demokrasi terpimpin, hingga multipartai saat ini. Setiap jaman Pancasila selalu diuji ketangguhannya," kata Habibie.
Di bagian lain, dalam pidatonya Presiden ke tiga BJ Habibie juga mengingatkan dasar negara Pancasila yang seolah makin dilupakan, seiring dengan perkembangan jaman, seiring dengan perjalanan bangsa ini.
"Seolah Pancasilan seolah lenyap dari kehidupan kita. Situasi kehidupan bangsa, pada 1945 enam puluh enam tahun yang lalu telah mengalami perubahan nyata pada saat ini. Perubahan yang dialami, terjadinya proses globalisasi. Perkembangan gagasan hak asasi manusia yang tak diimbangi dengan hak asasi manusia," papar Habibie.
"Secara formal Pancasila diakui dasar, tapi tak menjali landasan hidup. Pancasila bukan milik sebuah era, bukan representasi sekelompok orang, golongan. Tapi, menjadi arsitektural yang bernama Indonesia," Habibie menandaskan seraya menyatakan, salah besar Pancasilan dikaitkan dengan rezim tertentu.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.