Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kendali Demokrat di Tangan SBY

Pidato itu seakan menegaskan, kendali Demokrat, tetap di tangan SBY, sementara Anas Urbaningrum sebatas mendapat jabatan formal

Penulis: Rachmat Hidayat
Editor: Gusti Sawabi
zoom-in Kendali Demokrat di Tangan SBY
tribunnews.com/prawira maulana
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam jumpa pers di Cikeas didampingi Ketua Umum DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum dan Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Marzuki Alie 


TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -  Pidato SBY selaku Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat (PD), dianggap menjadi babak akhir dari segala macam pergunjingan partainya yang terjadi akhir-akhir ini. Pidato itu seakan menegaskan, kendali Demokrat, tetap di tangan SBY, sementara Anas Urbaningrum sebagai Ketum PD, hanya sebatas mendapat jabatan formal saja.

"Nampaknya sandiwara Demokrat ini akan berakhir. Episode ini ditutup dengan manis oleh SBY yang sekaligus menyiratkan dua hal. Kembalinya tampuk kekuasaan Demkrat kepada kendalinya, dan kedua tentunya, menyisakan kekuasaan de jure dan formal bagi Anas Urbaningrum," kata pengamat politik yang juga Direktur Eksekutif Lingkar Madani Indonesia (LIMA), Ray Rangkuti kepada Tribunnews.com, Selasa (12/07/2011).

Pidato yang disampaikan, sambung Ray, mengarah sekaligus kepada dua sudut. Ke internal (Demokrat) artinya konsolidasi dan pengendalian partai sepenuhnya berada di tangan SBY, sekalipun tentu Anas Urbaningrum tetap menjabat sebagai ketua formal. Sudut eksternal, semacam pengumuman bahwa gonjang ganjing soal demkrat akan berakhir .

"Efeknya, ke depan kita akan melihat bahwa Dewan Pertimbangan akan terlihat lebih dominan dibandingkan dengan pengurus harian. Ini seperti Golkar di era Soeharto. Ketua umum tak lebih mrupakan perpanjangan tangan dari dewan pembina. Dewan pembinalah kelak yang akan banyak mengarahkan kemana parpol akan berjalan atau berlabuh," ujar Ray.

Adapun ketum parpol (Anas), sambungnya lagi, akan lebih bersifat administratif. Dan tentu jika kenyataan ini akan terus berlangsung, sambung Ray, strategi SBY untuk terus mengupayakan agar keluarga Cikeas berada di jalur satu politik makin terbuka.

"Sementara soal SMS Nazaruddin juga akan berakhir. Soalnya, tugas SMS itu juga telah selesai, yakni membuat citra dan keprcayaan masyarakat, khususnya kader. Demokrat terhadap Anas Urbaningrum telah sukses. Tugas selanjutnya adalah memburu dengan sebenar-benarnya keberadaan Nazar untuk di bawa ke Indonesia. Sebab membiarkan Nazar berkeliaran artinya menyisakan ruang bagi munculnya isu negatif tentang Cikeas, yang spanjang keributan ini tak pernah disentuh," papar Ray Rangkuti.

Atau bisa juga, Nazar benar-benar akan hilang, sulit dilacak seperti Nunun yang seolah-olah raib entah kemana. Apapun intinya, imbuhnya lagi, drama SMS nampaknya akan berakhir dengan berakhirnya drama persaingan antar pengurus dan pembina.

"Tetapi apakah Anas Urbaningrum akan diam? Tentu, kita tunggu episode keduanya," kata Ray. (tribunnews/yat)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas