Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pertemuan Wafid dengan Ibunya Penuh Haru dan Tangis

Tak ada buah tangan lain yang dibawa Wafid selain hati sebagai seorang anak yang ingin selalu berbakti bagi sang ibu

Penulis: Vanroy Pakpahan
Editor: Harismanto
zoom-in Pertemuan Wafid dengan Ibunya Penuh Haru dan Tangis
TRIBUNNEWS/HERUDIN
Wafid Muharam 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Waktu menunjukkan sekitar pukul 05.00 WIB. Empat petugas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan menumpang mobil Toyota Innova menyambangi "hotel prodeo" tempat Sesmenpora non aktif Wafid Muharam menginap. Tiga pria lain dari kantor hukum Erman Umar and partners melengkapi jumlah mereka.

Berjalan cepat, waktu pun membawa si terjemput, Wafid Muharam, duduk di bagian tengah mobil Innova hitam, bertemankan empat petugas berbaju sipil. Satu petugas duduk bersebelahan dengannya, satu petugas lain di bagian belakang mobil dan dua sisanya, satu memegang kendali kemudi dan yang keempat menemaninya di bangku di samping kemudi.

Berkemeja garis-garis berwarna putih abu-abu kecokelatan, pagi di hari kelima belas di bulan Oktober itu, Wafid bergegas menjemput impiannya. Pengadilan Tindak Pidana Korupsi dengan Majelis hakim yang diketuai Marsudin Nainggolan hanya memberikan waktu 12 jam untuknya menjemput impian itu.

Innova hitam melaju cepat menerabas jalanan pagi itu. Tujuannya, kota Dodol, Garut. Jawa Barat. Di sana, di sebuah rumah, perempuan 80 tahun terbaring lemah di perbaringannya, bersiap menyambut kedatangan Wafid.

Tak ada buah tangan lain yang dibawa Wafid selain hati sebagai seorang anak yang ingin selalu berbakti bagi sang ibu. Namun itu sudah cukup untuk menumpahkan air mata perempuan tujuh anak.

"Kita sampai di Garut jam sekitar 10.00 WIB," ujar penasihat hukum Wafid, Erman Umar saat dihubungi, Minggu (16/10/2011).

Sudah sekitar enam bulan lamanya Wafid tak menginjakkan kaki di tanah kelahirannya itu. Kasus suap terkait pembangunan Wisma Atlet telah membuatnya tak berdaya menjangkau telapak kaki ibu satu kali dalam seminggu. Ibu, tak mungkin juga ganti menyambanginya. Penyakit stroke yang sudah mendera selama beberapa tahun terakhir membuatnya lumpuh tak sanggup berdiri dan juga tak sanggup lagi berbicara.

BERITA TERKAIT

Tangis haru. Gambaran itu tak dapat dielakkan dari pertemuan Wafid dengan ibunya. Menjangkau raga sang ibu, Wafid menghaturkan salam hormat dan sembah sujudnya. Tak lupa dia meminta maaf lantaran absen mengunjungi ibunda selama sekitr enam bulan terakhir in.

Sang ibu menangis mendapati perlakuan anaknya itu. Seandainya mampu berkata-kata dengan baik, mungkin dia akan melontarkan pemberian maaf untuk anak kelimanya itu.

Kondisi itulah yang kemudian membuat Wafid harus berbohong. Saat menghaturkan maaf, Wafid mengaku alasannya tak bisa mengunjungi wanita tujuh anak itu lantran kesibukan kerja. Pengakuan yang terlontar untuk memenuhi rasa penasaran ibu akan keadaan "mencurigakan" itu.

Wafid hanyalah seorang anak yang tak ingin kesehatan ibunya memburuk mengetahui getir cerita hidupnya kini. Tak ada niatnya membohongi perempuan yang telah ditinggal pergi suaminya menghadap sang khalik itu. Beruntung bagi Wafid, anggota keluarga besarnya yang lain pun memilih berlaku sepertinya.

Berbohong harus dua kali dilakukan Wafid dalam enam jam pertemuannya dengan ibunda. Saat harus beranjak pergi dari sisi perbaringan ibunda untuk kembali ke "kamar hotel prodeonya" sekitar pukul 16.00 WIB, Wafid kembali menggunakan alasan yang nyari sama. "Mau kerja lagi," ungkap Erman.

Wafid legowo menerima kenyataan harus berbohong. Sikap legowo itulah yang membuat kelegaan lantaran akhirnya dapat mengunjungi ibunda, tak mampu terusir dari raut wajahnya. (*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas