Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Imaduddin Abdulrahim Guru Para Tokoh Besar

Sejumlah tokoh pernah murid Dr Ir Imaduddin Abdulrahim, seperti Anwar Ibrahim, Akbar Tandjung, Fuad Amsyari, dan Muslimin Nasution.

Penulis: Domu D. Ambarita
zoom-in Imaduddin Abdulrahim Guru Para Tokoh Besar
insistnet.com
Imaduddin Abdulrahim 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Sejumlah tokoh Malaysia dan Indonesia pernah  menjadi murid Dr Ir Imaduddin Abdulrahim. Di antaranya, mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim, mantan Ketua DPR RI Dr Ir Akbar Tandjung, Dewan Pembina ICMI Pusat dan Dewan Syuro DPP partai Bulan Bintang Dr Fuad Amsyari, serta mantan Menteri Kehutanan Prof Dr Muslimin Nasution.

Mereka ini berkumpul di kampus ITB Bandung menggelar sarasehan mengenang mendiang, hari ini, Senin (30/1/2012). Lalu siapakah Imaduddin Abdulrahim?

Berikut sosok Bang Imat menutur Hidayat MT dan Wendi Zarman MSi Peneliti Institut Pemikiran Islam dan Pembangunan Insan, Bandung, seperti dilansir insistnet.com.

Dr Ir Imaduddin Abdulrahim disapa Bang Imad. Namanya tidak asing lagi bagi intelektual Muslim Indonesia. Kiprahnya dalam dunia dakwah di kampus sangat fenomenal. Bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di Malaysia. Banyak mahasiswa dan sarjana berubah pikiran setelah mendengar ceramah Bang Imad atau membaca tulisannya.

Bang Imad lahir di Tanjungpura, Langkat, Sumatera Utara, 21 April 1931. Ayahnya, Haji Abdulrahim, seorang ulama yang juga tokoh Masyumi di Sumatera Utara. Sedangkan ibunya, Syaifiatul Akmal, seorang wanita yang merupakan cucu dari sekretaris Sultan Langkat.

Bang Imad dibesarkan dalam tradisi pendidikan Islam yang kuat. Sejak kecil ayahnya sendiri yang langsung mengajarnya Alquran, berupa tajwid dan tafsir setiap usai shalat subuh. Dalam mengkaji Alquran, ayahnya sering menyelipkan berbagai cerita tentang tokoh-tokoh besar Islam.

Didikan kuat sejak kecil ditanamkan orangtuanya berbekas dalam diri Imaduddin, sehingga tidaklah mengherankan, sedari muda ia telah memiliki ghirah keislaman yang menyala-nyala. Semangat ini membawanya berkecimpung dalam berbagai kegiatan dakwah dan perjuangan Islam.

BERITA REKOMENDASI

Meskipun aktif dalam kegiatan Islam sejak muda, Imaduddin tidak meneruskan pendidikannya dalam bidang ilmu-ilmu keislaman. Ia justru memilih kuliahTeknik Elektro di ITB. Pilihan ini didukung ketekunan dan kecerdasannya semasa di bangku sekolah. Sejak Hollandsch-Inlandsche School (HIS), sekolah setingkat SD pada zaman penjajahan Belanda, hingga SMA ia selalu berusaha menjadi yang terbaik di kelasnya.

Kendati belajar di perguruan tinggi sekeler, semangat perjuangan Islam Bang Imad bukannya luntur, tapi malah semakin membara. Begitu diterima sebagai mahasiswa, ia langsung bergabung dengan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Bandung dan menggalakkan kegiatan mengkaji Alquran dan tafsirnya di kalangan para aktivis.

Tahun 1963 Bang Imad berangkat keluar negeri melanjutkan S2 di Iowa State University, Ames, Iowa, Amerika Serikat. Tahun 1965, ia menyelesaikan jenjang magister dan langsung melanjutkan S3 di Chicago. Baru dua bulan di Chicago Bang Imad mendapat kabar tentang terjadinya pemberontakan PKI.

Beberapa diindikasikan terlibat sehingga terjadi penangkapan terhadap sejumlah dosen ITB. Akibatnya, terjadi kekosongan pengajar di berbagai jurusan. Bang Imad kemudian diminta pulang untuk membantu mengatasi kelangkaan pengajar tersebut. Sebagai aktivis, Bang Imad memberanikan diri menjadi dosen Agama Islam, di samping juga mengajar pada mata kuliah lain di DepartemenTeknik Elektro.

Kuliah-kuliah yang disampaikan Bang Imad ternyata member kesan yang dalam bagi mahasiswa dan dosen, sehingga beberapa di antaranya meminta Bang Imad membuat pelatihan sejenis Latihan Mujahid Dakwah (LMD) sebagaimana yang pernah dilakukannya di ITB.


Di Indonesia, pelatihan ini diberi nama LMD, di Malaysia pelatihan ini digelari LatihanTauhid. Peserta pelatihan ini diwajibkan membawa Alquran ke kampus. Pelatihan ini membawa perubahan besar di kalangan mahasiswa Malaysia. Sebagai contoh, mahasiswa yang sebelumnya merasa malu membawa Alquran dan membungkusnya kedalam majalah, setelah pelatihan ini menjadi bangga membawa Alquran ke kampus.

Bang Imad akhirnya meraih Doktor Filsafat Teknik Industri dan Engineering Valuation dari Iowa State University. Jasanya dalam dunia dakwah sangatlah besar. Pada 2 Agustus 2008, ia meninggal. Bang Imad telah berjasa besar dalam upaya mendekatkan antara sains dengan Islam, antara pribadi saintis Muslim dengan Islam itu sendiri. Bang Imad telah melakukan rintisan besar dalam dunia dakwah di kampus.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas