Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Tangis dan Doa untuk Femi di SMA Santa Maria Yogyakarta

Tetesan air mata luluh membasahi pipi Rosalia Setyawati di SMA Santa Maria Yogyakarta yang berdoa untuk Femi

Editor: Yulis Sulistyawan
zoom-in Tangis dan Doa untuk Femi di SMA Santa Maria Yogyakarta
FB
Femi Adiningsih (Femi Bloomberg) 

Laporan Wartawan Tribun Jogja, Hendy Kurniawan

TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Tetesan air mata luluh membasahi pipi Rosalia Setyawati, saat berdiri di hadapan ratusan siswa SMA Santa Maria Yogyakarta. Sebagai tanda berkabung, seluruh siswa kompak mengenakan pita hitam di dada kiri.

Dengan terbata, Rosa mengisahkan kenangannya bersama Femi Adiningsih Soempeno, wartawan Bloomberg yang menjadi korban jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100. Femi adalah alumni SMA tersebut yang lulus tahun 1999.

"Meskipun saya tidak pernah sekelas dengan Femi, tapi kami sangat dekat. Ia tidak pernah membedakan untuk berteman, tidak hanya dengan kawan sekelas," ucap Rosa sembari mengusap air matanya.

Penuturan Rosa di Aula SMA Santa Maria Yogyakarta, Rabu (16/5/2012) itu sempat terhenti lantaran menahan tangis. Wanita yang pernah berprofesi sebagai wartawan Radio Sonora itu kembali melanjutkan kisah persahabatannya dengan Femi.
Menurutnya, saat anak seusianya masih senang dengan hal yang berbau kesenangan, Femi sudah banyak membicarakan masalah politik, berdiskusi dan berdebat tema-tema sosial.

Pola pikir dan semangat Femi, lanjut Rosa, adalah hal yang patut ditiru oleh semua orang, terutama adik kelasnya di SMA Santa Maria. Bagaimana seorang wanita memiliki passion untuk mencoba menjadikan bangsanya lebih baik dengan jalan melakukan kritisi dari berita ataupun tulisan-tulisannya yang dituangkan dalam buku.

"Femi sangat istimewa, kami sangat kehilangan dia. Apapun yang terjadi padanya saat ini, kami harap Tuhan tahu yang terbaik untuknya," ujar Rosa yang mengaku terakhir bertemu dengan Femi pada tahun 2009.

Berita Rekomendasi

Guru Pendidikan Kewarganegaraan, Probo Jati yang bertugas memimpin doa di akhir acara juga sempat mengisahkan kenangannya terhadap Femi. Ia mengingat ungkapan Femi yang menurutnya luar biasa.

"Bapak harus memimpin anak-anak untuk kami. Karena negara telah melanggar hak asasi manusia dengan kebijakan-kebijakan yang tak memihak rakyat," kenang Probo Jati mengakhiri acara doa. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas