Selamat Jalan Anakku Femi, Perjuanganmu Luar Biasa
Doa bersama digelar di siswa SMA Santa Maria Yogyakarta, tempat Femi Adiningsih Soempeno bersekolah dulu
Editor: Yulis Sulistyawan
Laporan Wartawan Tribun Jogja, Hendy Kurniawan
TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Doa bersama digelar di siswa SMA Santa Maria Yogyakarta, tempat Femi Adiningsih Soempeno bersekolah dulu. Femi, wartawati Bloomberg hingga kini belum diketahui keberadaannya setelah pesawat Sukhoi Superjet 100 terjatuh karena menabrak tebing di Gunung Salak, Rabu (9/5/2012).
Guru sejarah Femi saat bersekolah, Dewi Kartika menegaskan, perjuangan Femi menjadi wanita tangguh akan selalu dikenang oleh seluruh komponen sekolah, teman sejawat dan orang-orang terdekat.
"Selamat jalan anakku, perjuanganmu sungguh laur biasa. Kami akan selalu mengenangmu," tutur Dewi yang juga tak kuasa menahan tangis di hadapan ratusan siswanya, Rabu (16/5/2012).
Suasana haru terus menggelayut di SMA Santa siang itu. Sebagai tanda berkabung, seluruh siswa kompak mengenakan pita hitam di dada kiri. Kesedihan semakin membahana tatkala seorang alumnus membacakan puisi berjudul Jelaga dan Cempaka diiringi petikan gitar dan dentingan organ.
"Jelaga, jelaga ini melekat pekat. Melekat dalam tubuhku, Menggumpal dalam merah darah. Tak melaju seperti kapal tertambat di dermaga menunggu laut bersahabat. Biarkan sunyi ini milikku saja, biar udara tak bernyawa. Biar badai hempaskan tubuhku, bergerak perlahan penuh irama tak berujung. Merintih melantunkan mantra bianglala."
Tak pelak, suara sesenggukan tangis terdengar lirih di telinga. Mengiris batin siapapun yang mendengarnya. Layaknya doa yang dipanjatkan tulus untuk ketenangan Femi di alam baka.
Tetesan air mata terus membasahi pipi Rosalia Setyawati. Dengan terbata, Rosa mengisahkan kenangannya bersama Femi.
"Meskipun saya tidak pernah sekelas dengan Femi, tapi kami sangat dekat. Ia tidak pernah membedakan untuk berteman, tidak hanya dengan kawan sekelas," ucap Rosa sembari mengusap air matanya.
Guru Pendidikan Kewarganegaraan, Probo Jati yang bertugas memimpin doa di akhir acara juga sempat mengisahkan kenangannya terhadap Femi. Ia mengingat ungkapan Femi yang menurutnya luar biasa.
"Bapak harus memimpin anak-anak untuk kami. Karena negara telah melanggar hak asasi manusia dengan kebijakan-kebijakan yang tak memihak rakyat," kenang Probo Jati mengakhiri acara doa. (*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.