Bus Milik Djoko Susilo Sempat Mogok
Di dalam garasi hanya ada sebuah bus Bakmi Jawa dan truk yang sedang diparkirkan. Sedangkan pintu gerbang hanya terbuka sebagian
TRIBUNNEWS.COM, GUNUNG KIDUL - Pascapenyitaan lima kendaraan yang diduga milik tersangka kasus korupsi alat Simulator SIM, Irjen Djoko Susilo, situasi garasi tempat parkir bus Bakmi Jawa di Dusun Mijahan, Semanu terlihat lengang. Tidak ada aktivitas dari pengelola perusahaan otobus Bakmi Jawa tersebut.
Di dalam garasi hanya ada sebuah bus Bakmi Jawa dan truk yang sedang diparkirkan. Sedangkan pintu gerbang hanya terbuka sebagian.
Menurut pengelola garasi PO Bakmi Jawa, Budiyono(52) yang ditemui di pos security garasi, Minggu(17/3/2013), seluruh kendaraan yang berjumlah lima unit langsung diantar ke Kantor KPK di Kuningan. Kendaraan terdiri dari 2 bus besar, dua microbus dan satu unit mobil elf. Seluruh kendaraan tiba di kantor KPK pada Jumat(15/3) sekitar pukul 13.30 wib.
“Sudah dibawa ke kantor KPK semua. Saya yang mengantarkannya langsung,”katanya.
Budi menuturkan, dirinya hanya diminta oleh Widodo, seorang anggota kepolisian di Polres Gunungkidul yang menjadi pengawas pengelolaan lima unit kendaraan tersebut untuk mengantarkan seluruh kendaraan ke kantor KPK. Widodo merupakan salah satu kerabat dari Sudiyono, sopir pribadi Irjen Djoko Susilo. Setelah mendapat perintah, dirinya kemudian langsung mengantarkan bus ke Jakarta.
Lima kendaraan tersebut dibawa ke gedung KPK tanpa pengawalan petugas. Seluruh kendaraan berangkat dari garasi Bakmi Jawa pada Kamis(14/3) sore sekitar pukul 16.00 wib. Selama menuju ke Jakarta, salah satu bus dan mobil elf sempat bermasalah sehingga menyebabkan perjalanan terlambat. Bahkan saat memasuki jalan tol Cipularang, ban elf sempat meletus sehingga harus di derek.
“Busnya sempat kanginan sehingga mogok. Sedangka elfnya sempat diderek di jalan tol karena bannya meletus,”ucapnya.
Setelah diperbaiki, pada Jumat(15/3/2013) siang sekitar pukul 11.00 wib, rombongan kembali melanjutkan perjalanan ke kantor KPK di Kuningan. Rombongan tiba di kantor KPK sekitar pukul 13.30 wiB dan langsung diparkirkan di sekitar kantor KPK. Saat di gedung KPK, Budi menuturkan, para pengemudi tidak diminta mengisi formulir serah terima. Seluruh pengemudi langsung kembali ke Wonosari via Bekasi.
Budi menceritakan, bus-bus yang disita oleh KPK tersebut dibeli sekitar tahun 2011silam. Namun siapa yang membelinya dirinya tidak tahu. Saat itu hanya ditugasi untuk menjalankannya bersama Andi, warga Logandeng, Playen. Setelah dua bus yang dibeli dari PO Blue Bird datang, kendaraan langsung diparkirkan di garasi Bakmi Jowo. Setelah beroperasi, pihak pengelola menambah tiga kendaran lagi yakni bera dua microbus dan sebuah elf. Seluruh kendaraan digunakan untuk angkutan pariwisata.
Setelah berjalan sekitar dua tahun, kata Budi, pengelolaan bus ditangani oleh Andi, warga Siyono. Bahkan seluruh biaya untuk mengantarkan bus ke Jakarta dihandle oleh Andi.
”Semuanya diurusi Andi mas. Saya hanya mengantarkannya saja,”ujarnya.
Namun, kata Budi, empat unit bus pariwisata dan sebuah elf sejak sebulan terakhir jarang dioperasionalkan. Kendaraan tersebut sebelum dibawa ke kantor KPK dimasukkan ke dalam garasi Bakmi Jawa. Pemberitaan mengenai penyitaan oleh petugas KPK saat bus mengangkut penumpang tidak benar karena seluruh kendaraan berada di garasi.
“Tidak benar kalau kendaraan disita saat sedang mengangkut penumpang. Kendaraan semuanya berada di garasi,”katanya.
Sementara itu, pengelola bus yang disita oleh KPK, Andi yang dihubungi melalui telepon selulernya membantah menjadi pengelola bus. Dirinya hanya menjadi sopir saja dan saat ini sudah keluar.
”Saya hanya menjadi sopIr saja. Sudah keluar sejak Januari lalu,”katanya.
Andi mengaku tidak mengetahui asal mula kendaraan. Dirinya hanya menjadi pengemudi sejak setahun terakhir. Dirinya hanya mendengar kalau bus tersebut sudah disita oleh KPK. Namun mengenai penyitaan yang dilakukan oleh petugas KPK, dirinya tidak mengetahuinya karena sudah tidak berhubungan lagi setelah keluar sebagai pengemudi bus pariwisata tersebut.
“Saya tidak tahu apa-apa karena sudah keluar,”ucapnya singkat dan langsung menutup pembicaraan.
Terpisah, Kapolres Gunungkidul, AKBP Ihsan Amin mengatakan kalau tidak mengetahui penyitaan lima kendaraan yang diduga milik Irjen Djoko Susilo.
“Saya tidak tahu. Mungkin bisa ditanyakan kepada pemilik kendaraan atau yang menguasai kendaraan saat disita atau ke siapa yang menyita,”ucapnya singkat.