Polisi: Aksi Anarkis di Palopo Diduga Kuat Terencana
Kasus Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Palopo akan menjadi sejarah kelam dalam berdemokrasi di Indonesia
Penulis: Adi Suhendi
Editor: Gusti Sawabi
Laporan wartawan tribunnews.com : Adi Suhendi
TRIBUNNEWS.CM, JAKARTA- Kasus Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Palopo akan menjadi sejarah kelam dalam berdemokrasi di Indonesia. Ketidakpuasan terhadap hasil perhitungan Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) seharusnya tidak ditunjukan dengan bentuk-bentuk aksi anarkis yang merugikan orang banyak.
Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Mabes Polri) mensinyalir bahwa ada unsur perencanaan dalam aksi anarkisme di Palopo, Sulawesi Selatan. Hal tersebut ditunjukan dengan ditemukannya benda-benda seperti botol dan bensin untuk melakukan pembakaran terhadap kantor milik pemerintah.
"Dengan ditemukannya botol yang isinya bensin itu indikasi dipersiapkan, untuk apa mereka menghadiri rapat pleno membawa barang-barang yang tidak wajar. Karena untuk menyaksikan rapat Pleno tidak perlu membawa barang-barang seperti itu. Sehingga patut diduga ada unsur perencanaan, karena mereka membawa barang yang tidak patut," ungkap Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri, Brigjen Pol Boy Rafli Amar di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Rabu (3/4/2013).
Namun kepolisian belum menemukan adanya indikasi bila aksi anarkis pembakaran kantor Walikota Palopo tersebut dibiayai pihak-pihak tertentu dari peserta Pilkada. Saat ini, kepolisian sudah menangkap AT yang merupakan aktor intelektual dibalik aksi anarkis tersebut.
"Belum ada fakta yang menunjukan apakah aksi tersebut didanai pihak lain atau tidak, belum ada fakta-fakta sampai ke sana, kalau pun ada fakta-fakta itu semua berpulang pada hasil pemeriksaan AT, apakah aksi tersebut spontan atau terencana," paparnya.
Menurut Boy, peristiwa tersebut bisa dianalisis sebenarnya pihak mana yang melakukan tindakan anarkis. Tanpa menyebut pihak mana jendral polisi bintang satu ini mengungkapkan bahwa semua orang bisa melihat siapa pihak yang unggul dan pihak mana yang kalah dalam perolehan suara.
"Kita belum lihat posisinya, pasti aksi tersebut punya alasan yaitu ketidak puasan. Teman-teman (wartawan) bisa menganalisia pihak mana yang posisinya unggul dan tidak unggul," ungkapnya.